Part - 4

16.3K 88 1
                                    


***

Tak terasa, sudah hampir sejam Naya tertidur di bathup. Karena begitu sadar dari lelap, jemari tangannya sudah terlihat keriput, dan air yang memenuhi bathup itu sudah tak lagi hangat.

Segera saja Naya beranjak dari bathup dan mulai membilas tubuh langsingnya. Naya mengambil sabun aroma melati dan membilas bahu serta lengannya sebelum pindah ke dadanya.

Mendadak, Naya tersentak kaget saat sabun dan buih-buihnya meluncur di sekitarputting payudaranya. Puting berwarna merah muda itu selalu sensitif, bukan sensitive lagi, melainkan super sensitif . Sentuhan sepelan apapun, selalu dapatmengirimkan getaran kejang ke sekujur tubuhnya.

Puting payudaranya selalu mencuat keras dan begitu menjulang jauh kedepan, sehingga terkadang putting itu terasa begitu ngilu jika terhimpit oleh kain branya. Dan saat ini, kedua putting payudara itu benar-benar sensitive, keras dan sakit.

Naya menggosok sabun di sekitar bawah payudaranya sebelum meluncur di atas perutnya yang rata. Terakhir dia menyabuni selangkangannya dan meluncur ke tungkai pahanya. Dia tergoda untuk membiarkan tangannya berlama-lama di antara kakinya, daerah intim wanita yang selalu membuatnya merasa geli barcampur nikmat ketika digosok.

"Andai kamu ada disini mas...." ujar Naya.

Sambil terus mengusap selangkangannya, kembali Naya membayangkan kehadiran suaminya.
Rasa licin dan lembutnya sabun yang berada di sekitar puting payudaranyamembuat dia terangsang. Ingin sekali rasanya bercinta saat itu juga, namun Loddy, suami Naya masih dinas diluar kota.

Dan masih ada waktu sekitar seminggu lagi hingga suaminya bisa pulang dan menyetubuhinya.
Lagi-lagi. Naya harus menahan birahi yang memuncak itu. Naya ingin ketika suaminya pulang, ia akan mendapatkan kebinalan dirinya secara penuh.

Setelah kurang lebih lima menit membilas tubuh, Naya akhirnya menyudahi mandi sorenya.

Ditariknya karet penyumbat bathup itu dan ia segera beranjak keluar kamar mandi. Dikeringkannya tubuh basah itu dengan handuk putih tebal lalu menggosokkan baby oil ke seluruh kulit tubuhnya.

Mendadak, Naya merasa begitu lapar.
Mandi berendam di sore hari seperti ini memang sangat menguras stamina. Walau sama sekali tak melakukan aktifitas apapun, tubuh seperti baru saja melakukan renang melewati dua pulau.

Dengan rambut yang masih digelung kain handuk, Naya keluar dari kamarnya dan menuju kedapur.

Suasana rumah kembali terasa sepi, karena si Mitha sedang menjalani hukumannya di dalam kamarnya.
Namun, ketika Naya melewati kamar Mitha, sayup-sayup terdengar suara cekikikan yang sangat ia kenal.

Dengan cepat, Naya membuka pintu kamar putrinya dan melihat kesekeliling ruangan. Mitha yang semula sedang tertawa-tawa, langsung menyembunyikan handphone yang ia genggam kebelakang punggungnya begitu maminya masuk.

"Kesinikan handphonemu..." pinta Naya.

"Buat apa mi...?" Tanya Mitha

"Kesiniin....!!!" Ucap Naya lagi dengan nada sedikit keras.

Dengan berat hati, Mitha melempar handphone itu ke sudut kasur, dekat dengan posisi Naya berdiri.

"Mitha smsan ama Rezy mii.... Bener kok..." sanggah putrinya.

"Yuk kita lihat..." lankitnya

Merasa pernah muda, Naya tak bisa dibohongi anak semata wayangnya begitu saja. Ditekannya tombol hijau di telpon Mitha, menelpon teman putrinya yang bernama Rezy.

"Baru juga sms-an bentar, sayang Mitha udah kangen ama kontol abang udin ya? Sampe nelpon-nelpon segala..." ujar lelaki dari ujung telephon.

"BANGSAT lo Din... JAUHI Mitha...!!!" bentak Naya seketika dan mengakhiri pembicaraan.

"Mitha... mami kecewa denganmu... mami tak mengira kamu masih berhubungan dengan lelaki mesum itu.." Naya sangat gusar pada putrinya.

"Biarin... Mitha cinta bang udin... dan Mitha tak akan tinggal diam melihat mami menghalang-halangi hubungan kami..." Mitha merajuk penuh emosi.

"Berani kamu ya...?" Emosi Naya meningkat.

"Ayo ikut mami... mami tak akan membiar kanmu seperti ini" tukas Naya dengan tegas dan gudar.

"Mitha ga mau ikut..." Tolak Mitha sengit sambil cemberut dan menyilangkan lengan didepan dadanya.

"Ikut...!" bentak Naya sambil mencengkeram pergelangan tangan Mitha.

Diseretnya putri semata wayangnya itu kearah kamar tidurnya.

"Kali ini kita tukeran kamar tidur... " ujar Naya sambil mendorong Mitha secara paksa memasuki kamar tidurnya.

"Kali ini, kamu akan merasakan, apa itu rasanya dikurung..." tambah Naya lagi sambil mengunci pintu kamar tidurnya.

"Mitha benci mami... Mitha ga mau punya mami jahat seperti mami..." histeris Mitha dari dalam kamar Naya.

Sebenarnya, Naya merasa menyesal akan apa yang telah ia lakukan pada Mitha barusan. Akan tetapi ia sama sekali tak memiliki jalan keluar tentang apa yang harus dilakukan guna memisahkan putri satu-satunya dengan ojek kampung itu.

Naya merasa begitu frustasi, dan berpikir untuk segera menelpon Lody. Namun, kembali, ia mengurungkan niatnya. Ia tak ingin membuat suaminya itu khawatir akan apa yang terjadi kepada putri satu-satunya tersebut.

Dengan langkah gontai dan pikiran kalut, Naya berjalan kearah dapur dan membuat makan malam. Dua porsi besar spageti bakso dan dua gelas orange jus, satu untuk dirinya, dan satu untuk Mitha.

Sejahat-jahatnya ibu, Naya tak tega juga melihat putrinya hanya meringkuk di sudut tempat tidurnya.

"Mitha... nih makan malamnya udah mami siapin.. yuk kita makan malam bareng...."
Tak ada jawaban sedikitpun dari Mitha. Rupanya saat itu Mitha masih benar-benar sebal akan hukuman dari Naya.

Walau sedang menghukum putri semata wayangnya, Naya juga tak tega melihat putrinya itu kelaparan. Oleh karena itu, ia sengaja meletakkan makan malam itu di dalam kamar tidurnya, lalu kembali keluar dan mengunci kamarnya lagi.

"Aku mami yang sadis...." Ujar Naya dalam hati meleh air matanya.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang