Part - 2

19K 101 0
                                    


Malam itu mereka makan berdua tanpa kehadiran papi Mitha, kata mamanya barusan papinya yang lagi ada di luar kota telephone tidak bisa pulang cepat karena ada pekerjaan kantor yang belum selesai.

Habis makan malam Mitha pamit pergi ke rumah teman, katanya akan mengambil buku yang di pinjam temannya. Tanpa curiga mamanya (Naya) mengijinkan pergi dengan syarat pulangnya di bawah jam sembilan malam.

"Naya segera memberesi bekas - bekas mereka makan malam, setelah selesai dia memeriksa semua pekerjaan kantor dimana Naya bekerja. Pekerjaan Naya tidak satu kantor dengan suaminya.

"Naya melirik jam yang melingkar di tangannya dan waktu menunjukkan telah larut malam, delapan tiga puluh lima hampir pukul sembilan malam Mitha belum pulang juga. Naya mencoba bersabar menunggu beberapa menit sebelum dia telpone putrinya. Karena dia tidak memberi tenggat waktu yang pasti sebelum jam sembilan malam. Naya telah selesai dengan semua aktivitasnya sekarang dia nonton TV sambil menunggu Mitha pulang, acara televisi mempertontonkan film lepas menunjukkan waktu telah larut. Putrinya belum juga pulang Naya mencoba telephone Mitha tidak lama kemudian Naya mendengar suara putrinya membuka daun pintu.

"Selamat malam mami.., sapa Mitha"
Mami kok belum tidur lagi nunggu Mitha pulang ya...?"
Naya tidak menyahutinya hanya mengangguk dengan di pandangi putrinya yang sedikit lesu langsung pergi masuk kekamarnya. _______©

Pagi hari Mitha tampak sedikit semangat dengan senyum - senyum sendiri akan pergi ke sekolah, Naya merasa heran tidak seperti biasanya dia bersikap seperti itu. Setelah sarapan dia pergi sekolah tanpa mau di antar seperti biasanya. Naya pergi dengan mobilnya dan melaju di jalan dan tanpa sengaja aku lihat Mitha di bonceng sama ojek.

Lho.. kok malah naik ojek!?" Batin Naya.

Naya curiga diam - diam dia ikuti sambil terus mengamati si tukang ojek. Ternyata tukang ojeknya adalah si Udin, Naya jadi gusar melihatnya dan mereka jalan terus sampai tiba di sekolahnya Mitha.

Sore itu habis pulang kantor Naya melihat Mitha lagi telephone di ruang tengah sedikit mojok kayak mau sembunyi gitu. Naya heran melihat puntrinya itu.
Naya mencoba mengingat tentang kejadian beberapa waktu lalu. Ada beberapa kejanggalan mengenai putrinya yang susah untuk dijelaskan.

Pulang larut malam, cupangan di leher bawah serta dadanya, dan yang paling mengejutkan adalah adanya plastic kondom di laci kamarnya.

Hal itulah yang membuat pikiran Naya menjadi gelisah.
Ada apa gerangan yang terjadi pada kelakuan putri satu-satunya itu.

"Ah.. Kamu jangan gitu ahh... Mitha juga pengen...."
Terdengar suara putrinya masih menjawab telephone.

Kembali Naya membuang semua pikiran aneh itu dan lebih memilih untuk mendengarkan percakapan putrinya dari jauh.

Hingga, sebuah kalimat yang membuat detak jantungnya seolah berhenti.

"Mitha juga pengen ngejilatin kontolmu Mas... pengen banget minum pejuhmu lagi.." suara putrinya pelan.

DEG..

Naya seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

Walau terdengar begitu samar, namun Naya yakin, jika barusan ia mendengar putrinya ingin meminum sperma lelaki teman bicaranya.

"Mitha ga sabar nunggu mami pergi keluar kota lagi, jadi khan kita bisa nerusin rencana mas Udin yang sempat tertunda kemaren.." jawab Mitha

"Udin....?" Tanya Naya dalam hati.

Mendengar pembicaraan mereka yang mulai tak senonoh, Naya berjingkat pelan. Mendekat kearah Mitha dari arah belakang punggung Mitha dan...

"Kamu sedang ngobrol dengan Udin si tukang ojek itu ya...?

Mitha menengok kearah datangnya suara itu dan langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Sialan... udah dulu ya sayang, ada mami... " jawab Mitha pada orang yang di telephone.

Sebelum Mitha meletakkan gagang telephon itu ke badan telephon, Naya langsung menyerbu kearah Mitha sambil berteriak lantang.

"Berikan telepon itu..." bentak Naya sembari menyambar gagang telephon itu dari tangan putrinya.

"Dengar ya Din...

Jika gue ngelihat lo dekatan dengan anak gue lagi, gue ga akan segan-segan untuk ngelaporin lo ke Polisi.
Mengerti lo?" Bentak Naya sambil menutup telepon.

Seperti mendengar gemuruh geluduk di siang bolong, Mitha yang mendengar lelaki tercintanya diancam seperti itu, menjadi tak terima.

"Miiii, apa yang mami lakuin sih? Emang Mas udin salah apa miiiih..??"
Protes Mitha.

"Mami ga suka kamu menjalin hubungan dengan lelaki tanpa masa depan seperti itu.." jawab maminya tegas.

"Tapi miii, aku mencintainya..." sambil nangis Mitha berkata - kata.

"Buka matamu sayang... tukang ojek seperti dia tuh tidak cocok buatmu..." sahut Naya dengan mengusap rambut putrinya.

"Mitha tak peduli dengan apa kerjaan dia, yang jelas Mas Udin cinta ama Mitha..." putrinya masih tetap ngotot.

"Jadi kamu menentang pendapat mami?" jawab Naya dengan gusar.

"Mami Jahat...
Mitha benci Mami..." putrinya tampak protes dengan keras.

"Udah-udah...
Kamu dihukum....
Weekend ini kamu tak boleh keluar rumah... sana masuk kamar.." bentak Naya pafa putrinya.

"Aku benci mami...
Aku benar-benar benci mami...!" Tangis Mitha histeris. Ia berlari masuk kamar lalu membanting pintu kamarnya keras-keras.

Tiba-tiba, rasa bersalah muncul dalam hati Naya. Apakah dia salah atau terlalu keras dalam mendidik Mitha, sehingga Mitha bisa berteman dengan lelaki busuk semacam Udin.

Apakah Naya kurang dalam memberikan perhatian dan kasih sayangnya, sehingga Mitha bisa menjalin hubungan special dengan lelaki tak terurus seperti Udin.

Udin, lelaki yang dalam pandangan matanya benar-benar jauh dari ganteng, putih atau bermasa depan.

Lelaki yang selalu menggunakan pakaian hitam belel, celana jean sobek dan berbau asem. Belum lagi reputasinya sebagai pengedar narkoba yang entah itu benar atau salah, semakin membuat citra Udin mejadi begitu buruk dimata Naya.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang