Part - 3

16.8K 98 1
                                    


Naya kembali teringat beberapa waktu lalu, ketika masa awal-awal perkenalannya dengan Udin.
Udin adalah tukang ojek ujung komplek yang membantu mengantarkan Naya berangkat interview karena mobilnya entah kenapa susah untuk dinyalakan. Dan ternyata, semenjak kejadian itu, Udin menjadi tumpuan harapan bagi Naya dalam hal trasportasi. Baik sebagai sarana antar jemput atau untuk minta tolong segala macam kebutuhan Naya.

Yah dengan kata lainnya, Udin dapat diandalkan sebagai tangan tambahan ketika Naya tak mampu dalam mengerjakan sebuah tugas.
Ramah, baik dan tak perhitungan. Itulah yang membuat Naya percaya untuk menggunakan jasa Udin.

Namun ada satu hal yang Naya kurang suka dengan tukang ojek itu. Udin memiliki sifat mesum.

Apalagi semenjak putri semata wayang Naya juga mulai sering menggunakan jasa ojek Udin, sifat mesum Udin menjadi semakin menjadi-jadi.

Hingga pernah, Naya beberapa kali memergokin Udin yang sering memphoto dirinya ataupun Mitha ketika mereka sedang mengenakan rok pendek atau baju dengan atasan berbelahan dada rendah. Dan yang paling parah, Naya sempat mendapati adanya sperma di kamar mandi, setelah kamar mandi itu digunakan Udin.

"Yup, Udin beronani dikamar mandi.
Memang sih, Udin tak pernah mau mengaku melakukan hal itu, tapi Naya benar-benar yakin jika lelehan sperma di dinding dan lantai kamar mandi itu berasal dari batang penisnya.

Udin juga sepertinya membawa dampak buruk kepada Mitha.

Karena semenjak kenal Udin, Mitha menjadi sangat susah diatur, suka melawan, dan mulai menggunakan gaya berpakaiannya yang berbeda.
Dulu, putri satu-satunya itu selalu malu jika diminta untuk mengenakan baju seksi, namun sekarang, tak disuruh pun Mitha dengan pedenya berani mengenakan jinsketat atau jeans super pendek, berkaos kecil, yang kesemuanya menonjolkan lekuk tubuhnya .

"Huuuffhhh.... " desah Naya lirih. Kali ini, pikirannya semakin kacau.

"Mas Loddy...Apa yang harus Naya lakukan...?" Tanya Naya dalam hati.

Diraihnya gagang telephon yang ada di atas meja ruang tengah, dan mulai menekan beberapa tombol.

Naya berharap suami tercintanya yang sedang tugas keluar kota mampu memberikan masukan tentang masalah yang ia hadapi saat ini. Namun tiba-tiba Naya memilih meletakkan gagang telepon, dan tak jadi menghubungi suaminya. Ia tak mau mengganggu pikiran suaminya dengan masalah lagi. untuk sementara, ia pendam saja dulu masalah ini.

Naya kembali kearah dapur, mengambil gelas jus melon favoritnya dan bergegas ke kamar mandi di lantai atas. Ia menutup pintu kamar mandi, meletakkan gelas jus disamping bathup dan mulai melucuti jubah mandinya. Naya berjalan ke cermin dan membiarkan jubahnya jatuh ke lantai. Itu adalah kebiasaan sehari-hariuntuk memeriksa tubuhnya sendiri sebelum mandi.

Dengan jeli, mata bulat Naya memeriksa sekujur tubuhnya. Terkadang, Naya merasa bangga akan tubuh yang ia dapati. Masih berusia 34 tahun namun sudah memiliki seorang putri cantik berumur 15 tahun. Hal itu pun terkadang membuatnya sedikit besar kepala, karena ketika mereka jalan berdua, tak jarang banyak orang yang salah mengira jika mereka kakak adik.
Rambut hitam yang lurus panjang, menjuntai hingga punggung.

Tubuh yang dibalut kulit berwarna kuning langsat, tinggi 165 cm dan berat tak lebih dari 50 kg itu pun sering membuat mata lelaki susah untuk tidak melihat kesintalan tubuh ibu satu anak itu. Belum lagi dengan tonjolan buah dada 34C dan bongkahan bokongnya yang membulat indah, membuat Naya benar-benar seperti bidadari.

"Waktunya berendam..." bisik Naya dalam hati.

Segera saja, Naya meluncurkan kaki jenjangnya kedalam bathup. Mencoba beradaptasi sejenak hingga tubuhnya menjadi terbiasa dengan panasnya air yang menggenang di bathup. Lalu tak lama kemudian, sekujur tubuhnya sudah masuk semua kedalam bathup itu.

"Oooouuuhh... nyaman sekali rasanya..." desahnya lirih.

Diusapnya pangkal luar lengannya yang mulus, pundak, payudara, perut, paha hingga kedua betis butir padinya.
Dengan perlahan ia menyeka semua daerah itu sembari memeriksa kulit mulusnya. Naya memejamkan mata, dan menenggelamkan seluruh tubuhnya.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang