1

55 14 15
                                    

Breaking news pagi ini. Seorang pria ditemukan meninggal di gang sempit di tengah kota.

"Hey! Lihat ada lagi orang yang meninggal." Ucap salah seorang pria mengguncang bahu sahabatnya.

"Aku sudah menontonnya pagi ini." Ucap sahabatnya santai.

"Ahh, apakah Moros tidak punya kerjaan lain. Apa serunya membunuh orang?" Gumam pria itu sambil memperhatikan gambar tubuh korban dengan pita merah di lehernya.

'Cih, kau saja yg tidak tahu.'

"Berhenti berceloteh tentang hal yang tidak masuk akal." Sang sahabat melesakkan sepotong roti kedalam mulut sang pria.

"Hei! Apa maksudmu Tae?" Protesnya mengeluarkan sepotong roti yang memenuhi mulutnya.

"Sudahlah aku sibuk. Lakukanlah hal lain yang lebih berguna hari ini daripada berceloteh mengenai hal yang tak jelas." Ucap sang sahabat yang bernama Kim Taehyung.

"Memangnya kenapa kalau aku menyukainya." Bantah sang pria.

"Berbuatlah hal yang berguna. Umur tak ada yang tahu. Dasar bodoh." Gumam Taehyung sebelum keluar dari dalam sebuah cafe.

"Aish anak itu. Memangnya dia orang yang paling benar apa?" Ucap sang pria sambil menyeret jasnya dengan nametag bertuliskan Park Jimin di dadanya.

Taehyung berjalan santai menikmati kota yang sungguh tak pernah bosan ia lewati. Sangat menyenangkan melintasi jalanan Tokyo ini.

Dengan gerakan lincah nan indah, tangannya mulai menyelusup ke setiap saku maupun tas para pengunjung yang saling berdesak desakan.

Bagai sudah terprogram, ia sudah menghafal setiap titik buta dari banyaknya CCTV yang dipasang oleh pemerintah untuk meminimalisir copet. Sehingga pria dengan kulit putih itu bisa dengan nyaman menggondol semua dompet milik turis.

"Kupikir ini sudah cukup."

Taehyung memandang sekiranya 10 dompet milik wisatawan yang berhasil ia ambil. Saatnya untuk keluar dari sana pikirnya.

Kakinya sangat lincah menyusuri setiap bangunan - bangunan di sisi kanan maupun kiri jalan yang berdiri dengan gagah sampai ia menemukan sebuah tangga kecil di sela gedung yang nyaris tak terlihat.

Kakinya mulai menuruni satu persatu anak tangga yang membawanya ke depan sebuah pintu besi yang sudah usang.

Tok

Tok

Tok

Taehyung menyebutkan beberapa kosa kata dalam bahasa latin dengan pelafalan yang sangat mahir. Hingga pintu di depannya bergerak memberikan ia jalan untuk masuk kedalamnya.

Dan, disinilah ia. Berada dalam hingar bingar musik yang berdentum keras. Mungkin akan membuat telinga pecah bagi siapa saja yang baru pertama kali kemari.

Ia memilih duduk di sebuah pojokan disana. Dimana terdapat sebuah meja bulat yang diapit sebuah sofa merah setemgah lingkaran.

"Mau apa tuan?" Tanya seorang pelayan ramah kepada Taehyung.

"Seperti biasa." Jawaban itu direspon anggukan mengerti dari si pelayan sebelum akhirnya pergi dengan senyum manisnya.

"Mari kita hitung berapa yang kita dapatkan hari ini."

Dia bergumam, lebih tepatnya berbicara pada dirinya sendiri. Kemudian, tangan dengan jari yang panjang itu menebar dompet curiannya di meja.

"Ah, terima kasih dewi fortuna."

Senang Taehyung melihat ada segepok euro di dalam dompet yang berhasil ia gondol. Di dompet lain ada berlembar - lembar dollar. Sepertinya semua korbannya adalah turis.

"Silahkan minumannya tuan."

Pelayan itu datang kembali membawa dua botol minuman keras dan meletakkannya di atas meja sebelum akhirnya berlalu dari sana.

Taehyung meraih sebuah botol dan membenturkan tutupnya di bibir meja membuat penutup botol bahkan isinya tumpah ruah membasahi lantai.

"Ahhh." Lenguh Taehyung merasakan cairan kegemarannya menelusuk di lehernya hingga ke perut.

"Hai." Seorang jalang datang mendekat dengan baju yang sangat minim dan dandanan yang sangat menor melebihi boneka.

Taehyung tidak menjawab, ia lebih memilih menaikkan sebelah alisnya menyaksikan wanita itu duduk di sampingnya dengan gaya yang sensual.

"Mau main tebak - tebakan?" Tanya Taehyung dengan senyum kotaknya yang khas.

"Owh, tentu saja." Jawab wanita itu semangat.

"Apa yang dimasukkan malah keluar?" Tanya Taehyung , senyumannya pun semakin melebar membuatnya nampak semakin tampan.

"Apa itu?" Wanita itu tampak tak berfikir malah ia lebih memilih untuk menatap garis rahang tegas milik Taehyung.

"Matamu. Saat aku memasukkan pisau di sana. Maka bola matamu akan melompat keluar." Taehyung menjawab dengan tekanan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Kyaaaaa-" Jeritan wanita itu terhenti saat Taehyung langsung membekapnya.

Wanita itu meronta, meminta dirinya untuk dilepaskan. Ia bahkan sudah berdiri namun,  dengan kekuatan yang lebih besar, Taehyung bisa mendudukkannya.

"Hei aku hanya bercanda. Mau main bersama?" Ucap Taehyung sambil mengelus lengan sang wanita.

"Dengan senang hati. Ayo." Wanita itu menyeret lengan Taehyung dari sana, meninggalkan tempat duduk mereka.

"Ck, bodoh."



Tbc.

Haiii balik lagi nih gw.
Ada yg nunggu?
Ga ada.
Ya sugalah.

Memento MoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang