Cinta Seorang Dubber

Bagian 2

Ya, kompleks sekolahan mereka tidak berjauhan. Mungkin hanya butuh berjalan kaki Gini bisa menemui Ferrel disekolahnya. Pagar besi membatasi antara jalanan dan kompleks yayasan dan kalian tau....? Gini termasuk anak populer. Tidak sulit bagi Hanggini untuk meraih peringkat satu di sekolahnya. Matematika? Gampang. Bahasa Inggris? Ibunya pernah tinggal di Inggris sehingga memudahkannya untuk mempelajari bahasa internasional itu. Fisika? Bisa. Kimia? Apa yang susah dari menghafal rumus-rumus kemudian dijabarkan. Namun, satu yang paling sulit ditaklukkannya adalah....ini. Lelaki keren yang sangat sering HAMPIR merebut Kursi singgasananya sebagai seorang juara sekolah adalah.....Adit. Ya, Adit and the gank sangat sekali sering mengganggunya bahkan untuk urusan sepele.
***
Aku menaikkan mic menghadap layar monitor. Aku siap. Aku siap untuk ini. Dan aku pun memulainya.
Kenalkan, aku Gini. Aku seorang pelajar kelas 2 SMA dan kerap bekerja sampingan sebagai seorang dubber alias pengisi suara. Aku tinggal di Jakarta dan aku pengisi suara seorang tokoh animasi kartun terkenal -maaf aku tidak bisa sebut namanya- setiap hari minggu pagi.
Suaraku serak-serak. Biarkan saja, aku sudah nyaman dengan ini. Aku juga bangga karena suaraku yang serak-serak basah ini bisa berubah 180 derajat jika sudah didepan microphone dan monitor komputer tempatku bekerja. Andilku besar sekali ditempat kerjaku karena aku memainkan tokoh utamanya. Penghasilanku.....Yahhh, mungkin cukup lah untuk jajan dan jalan-jalan. Tau tidak...? Teman-temanku tak ada satu pun yang tau aku menjadi seorang dubber. Sengaja kurahasiakan, mengingat privasiku sangat penting.
Hanya terkadang, jika sedang letih, bosan, malas, dan tak tau mau apa, kuceritakan pekerjaanku pada Ferrel adikku.