Bab 2

24.8K 3.6K 312
                                    

Cewek cantik itu patut dipertanyakan, pas SD pipisnya berdiri apa jongkok?
―London Sarasvati―

***

London masih ingat bagaimana rasanya kuliah empat tahun. Menjalani rutinitas menjemukan di fakultas ekonomi, menghindari segala kegiatan kemahasiswaan, dan masuk dalam golongan 'kasat mata'.

Yup, our Princess Elly jauh dari spotlight selama berstatus mahasiswa.

Alasannya klasik, dia hanya satu dari sekian ratus gadis tipe B aja. Sementara uni tempatnya kuliah adalah uni swasta bonafit. Banyak mahasiswi kece mampus yang berseliweran. Satu yang seperti London bagai semut yang merayap di dinding.

Eum, semut kan yang merayap di dinding?

Nggak ada dalam sejarah bersekolah, London merasakan benih cinta ala Galih dan Rangga, Cinta dan Ratna, atau Sule dan Andre. Sejak SD sampai SMA, London masuk sekolah khusus wanita yang berada dalam satu kompleks. Kebayang betapa membosankannya masa remaja London. Teman sekelasnya yah itu-itu saja dari putihーmerah sampai lepas baju putihーabu-abu.

Untung Yang Terhormat Nyonya Mami Adriana memberinya kesempatan masuk uni normal, yang ada cowok-cewek. Kalau tambah empat tahun lagi London harus kuliah di uni khusus wanita, dia memilih diekspor ke Hongkong. Jadi TKW nggak apa, yang penting London bisa dekat manusia ber-eurrr ganteng.

Bayangan kisah seindah novel wanita pudar, lantaran London ditampol fakta; cowok suka cewek cantik nan seksi. London nggak didekati cowok manapun selama semester pertama. Teman pun sekedar mereka yang datang saat ujian mendekat dan tugas menyerang.

Friends were big bullshit!

Hawa surga datang tatkala Elly yang masih polos-polosnya diberikan duduk di TransJakarta oleh seorang pria dalam balutan kemeja yang dilapis jaket toska dan celana dasar plus senyum paling malaikat seantariksa.

Elly melting, mami...

Hari-hari London berikutnya diisi kesenangan naik TJ jam tujuh kurang sepuluh dari Dukuh Atas demi bertemu si Mas Toska, pria yang memberinya duduk di bis. Sepagi itu berlari melintasi jembatan panjaaaang penghubung Dukuh Atas satu dan dua di jam padat karyawan berangkat kerja, berdesak-desakan, bahkan nyaris pingsan, sudah pernah London lakoni. Padahal jam kuliah paling pagi London adalah jam sembilan. Mami bangga melihat puteri sulungnya semangat mengenyam pendidikan di kampus, nyatanya Elly sibuk memata-matai Mas Toska. Menjadi secret admirer untuk seseorang yang nggak diketahui namanya dan mentok mengagumi dari jauh ... selama empat tahun.

Empat tahun menyimpan 'rasa' pada seseorang yang secuil pun nggak sadar keberadaannya, London pikir setelah lulus kuliah 'rasa' itu bakal lenyap. Tergerus waktu.

Empat tahun bekerja di jasa Wedding Organizer, London belajar memperbaiki penampilan. Kenal dandan, kenal diet, kenal salon, kenal betapa cantik dirinya tanpa perlu pernyataan dari orang lain. Dari situ, London bertransformasi. Elly The Duck bermetamorfosis sebagai Elly The Beautiful Swan. Cowok-cowok mendekat kayak obralan celana jeans di Tanahabang. Sayang hati London bukan barang obralan. Semua yang datang diseleksi, dibandingkan dengan Mas Toska.

And they FAILED!

Sampai hari itu tiba, hari dimana London datang interview ke perusahaan property. Lalu kutukan 'lajang meradang' nyaris lenyap saat dia tahu Mas Toska-nya juga kerja di situ.

Please note, nyaris ye.

Sebab Mas Toska―yang bernama asli Giandra Dakela―telah memiliki pacar. Seorang perempuan yang cukup cantik.

Taraf luar biasa cantik teuteup dipegang London dong.

Lalu sekarang, London terjebak dilema dunia penggemar anak marketing dan bobok manis manjah.

"Lo ikut kita ke MidLand?" Tanya Lestari, anak HR yang naksir salah satu anak marketing.

London mempertimbangkan tawaran menggiurkan itu. Malam ini anak-anak marketing akan berkumpul di MidLand, kafe DJ di lantai 43 tower sebelah. Membayangkan bisa mengintai bagaimana lifestyle Giand di luar jam kantor, pasti woah, mau banget, super duper mau!

"Katanya Pak Giand pakarnya ajojeng," celetuk Ira, sesama GA, bedanya Ira di bagian procurement.

Ajojeng? Hidung London mau mimisan menghayal Mas Toska impiannya bergoyang mengikuti hentakan musik DJ.

"Lo pasti udah sering datang ke tempat kayak MidLand ya?" Pertanyaan Lestari mematahkan sayap imajiner London. Matanya memindai one piece dress merah berkerah sabrina dan panjang sepuluh senti di atas lutut yang dikenakan London.

London menelengkan kepalanya bingung. Si anak mami nggak pernah menginjakkan kakinya ke tempat sarat maksiat begitu. Kalau ketahuan maminya, bisa-bisa dikirim jadi TKW ke Arab.

"Udah nggak usah malu, dari penampilan lo aja ketahuan banget sering nongkrong ke tempat begituan. Biasanya main ke mana?" Lestari nggak melepas London dari tuduhan.

Mau main ke sana sama siapa?

London memilih diam dan membuntuti Lestari dan Ira yang memimpin jalan menuju tower sebelah. Bingung mau menanggapi apa kalau sudah kena double attack tuduhan tanpa bukti.

Yang penting bisa lihat Giand.

"Terakhir gue ke MidLand bareng cowok gue, ada Pak Giand sama Merli lagi cipokan. Hot banget di sofa lantai dua..."

Telinga London mendadak terbakar. Mas impiannya cipokan ... hot pula ... bareng Merli si pacar. Uluh uluh, London mau nangis. Tahu rasanya cium pipi sama cowok saja baru sama suaminya mami alias bapak kandungnya pas lebaran.

Mendadak ada bunyi kretek kretek dalam dada.

Mereka bertiga masuk ke dalam lift yang mengantar mereka ke lantai 43. London masih diam, menganalisis kesahihan gosip Ira soal cipokan Giand. Bang Iqbal pasti bisa jadi narasumber terpercaya.

"Pernah gue lihat Pak Giand beli kondom di apotek bawah. Tampangnya malu-malu gitu ke-gap sama gue." Mantap jiwa, gosip timpalan Lestari sukses meledakkan hati London.

Tiga bulan kerja di perusahaan yang sama, London memang lambat bergaul. Nasib cewek cantik suka dijauhi geng cewek jelek. Dekat dengan Lestari dan Ira saja baru dua minggu. Sampai sekarang belum ada satu pun yang tahu dia naksir Giand. Urusan gosip, London paling dungu.

London putar badan menghadap dinding lift, menempelkan dahinya di sana. Bibir bawah naik, mata memanas, hidung kembang-kempis, dan dada sesak. Begini ya rasanya patah hati di umur dua puluh enam. Bikin mau makan double beef burger Kenny Rogers sembari garuk-garuk meja dan nyanyi lagu Om Meggi Z.

Lebih baik makan banyak, daripada sakit di hati.

"Kata Waluyo, dia pernah lihat Merli keluar dari apartemen Pak Giand subuh. Mereka move in kali."

"Pak Giand pasti hot permainannya. Merli sampe nempel mulu."

Dan blablabla gosip Lestari dan Ira yang menguatkan London pengen kabur ke Bikini Bottom lalu berteman sama Patrick Star. Dia menyesal nggak pulang dan bobok manjah di kasur sambil ditemani Obelix si boneka kodok.

###

Cerita ini dipindah ke KBM dengan judul yang sama, London. Nama penulis Nona Chiaseed.

LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang