Bab 4

19.8K 3.2K 100
                                    

Blush on paling cantik untuk wanita itu bukan yang merek Chanel. Cukup kamu bilang, "Will you marry me?".
―London Sarasvati―

***

London merapatkan matanya menahan malu. Baru saja dia terjungkal ke belakang. Momen patah hatinya sekejap hancur akibat kecelakaan paling nggak banget. Di MidLand lagi, adoh.

"Strawberry shortcake." Ucapan seorang pria mengejutkan London.

Perlahan-lahan London beranikan diri membuka mata. Sebelah kiri dulu, persiapan kalau orang jelek yang bicara. Kepala seorang pria di atas wajahnya. Mata London membulat kaget. Dia melompat sampai kepalanya membentur dahi si pria.

"Adoh!" Pekik kesakitan pria muda itu.

London nggak peduli. Dia bergegas membenahi dress yang melorot sampai pangkal paha dan menampilkan err celana dalam bergambar-

"Strawberry shortcake!" Bentak pria itu kesal. Sebelah tangannya memegangi dahi.

London balas melotot, cewek cantik nggak nerima dibentak apalagi sama bocah ingusan. Paling masih mahasiswa. Salah sendiri membungkukan badan di atas kepala London, bukannya bantu berdiri. Dasar kampungan, belum pernah ketemu bidadari surga (pakai kancut bergambar Strawberry Shortcake).

"Sakit, bray?" Suara pria lain menyadarkan London. Kepalanya memutar seisi ruang VVIP dan membelalak sempurna. Sekitar lima pria lain dalam ruangan, berbotol minuman alkohol, dan beberapa wanita berpakaian sexy.

Nggak butuh instruksi siapapun, London kabur dari situ. Malu banget mengingat kejadian dia jatuh dan memamerkan Akh nggak mau ingat! Salahkan mami yang memesan custom celana dalam bermotif Strawberry Shortcake dari Hongkong. Hanya agar kedua puterinya memakai pakaian kembaran, minimal pakaian dalam.

"Strawberry shortcake," panggil pria yang tadi terbentur kepala London.

"Gue bukan errr-" London menjaga suaranya agar Giand yang berada di salah satu VVIP room nggak mengetahui keberadaannya. Saat pria itu mau bicara lagi, London berinisiatif-

DUG!

"ADOH!"

-menghantamkan kepalanya pada kening si pria. And she do it very well. Pria itu mundur sambil mengerang kesakitan. London ambil kesempatan itu untuk kabur.

Semesta, selamatkan si Centil dari gangguan pria bengcek.

***

Mami Adriana heran melihat London gunda gulana saat berangkat kerja. Selama ini Adriana tahunya London memang giat bekerja. Belum tahu saja si mami betapa pemalasnya Little Elly di kantor. Anaknya gemar berangkat pagi agar bisa melihat Giand menyusuri lorong kubikel HRGA untuk menuju bagian marketing.

Lestari dan Ira pun berpikiran serupa Adriana. Tumben sekali London menjauhi cermin lebih dari setengah jam, bahkan rekor hari ini London belum menyentuh cermin mejanya.

Orang-orang nggak paham apa yang menyesaki bathin London. Dasar nggak peka, ada yang 'hancur hancur hatiku'. Menghormati momen broken heart pertama dalam periode hidupnya, London memakai kosmetik adipurna. Kali saja dia mau mewek saat mengetik, maskara dan eyeliner waterproof wajib dipilih. Seandainya dia akan memekik kesal, staycolor lipstick telah menyempurnakan tampilannya.

Galau pun wajib cantik mahadahsyat.

"Mending gue balik jadi secret admirer," gumam London sambil menyelesaikan lapor pajak reklame. Biar centil, pemalas, dan rada susah diatur, London patut berbangga diri pada keahliannya menyerap ilmu yang diajarkan senior staf. Status boleh GA legal, kerjaan kadang mirip procurement dan admin staff. Alasannya minus manpower, kenyataannya bayar karyawan tuh mahal. Mending maksimalkan yang ada. London nggak mengeluh. Dia memang sedang butuh banyak kerjaan agar bisa melupakan kemesraan Giand dan Merli.

"Cowok bengcek tuh yang ngajak cewek duduk bareng terus ditinggal. Bikin kesal. Nggak lagi deh gue coba dekati dia. Atau gue cari cowok lain?" London masih bergumam sendiri. Beruntung kubikel di dekatnya kosong karena sekarang jam istirahat. "Pacaran sama yang nggak disuka pasti merepotkan. Ah, galau."

"Pacaran sama siapa, Mbak London?"

"Astaga!" London terkejut saat menyadari Giand berdiri di depan dinding kubikelnya bersama setumpuk berkas.

Itu kerjaan gue? Mata London memicing kesal pada apa yang dibawa Giand. Mestinya dia kabur ke salon buat pengalihan pikiran. Mengingat sekarang tanggal 23, debitnya seret dipakai gesek di kasir. Bekerja malah ketemu cowok yang membuat jantungnya berdarah-darah.

"Mau apa?" London enggan berbasa-basi. Cewek cantik kalau sedih wajib pasang tameng melalui aksi 'to the point'. Basa-basinya sudah kadaluarsa karena kejadian peyuk-peyukan di MidLand.

"Ini kontrak yang sudah ditandatangani untuk arsip GA," ucap Giand.

London terima tumpukan berkas itu tanpa minat. Jam istirahat masih saja kena gempur kerjaan. Untung London siap move on dari Giand, mau balik jadi penggemar ala kadar. Nggak lagi-lagi deh London berharap jadi pacar Giand, begitu jatuh nggak ada yang nolongin.

"Semalam Mbak London pulang sama siapa?" Pertanyaan Giand terasa seperti lemparan heels Louboutin dua belas senti pada kepala London. Saking kacau situasi semalam, London lupa mengabari bahwa dirinya pulang duluan. Dalam benaknya waktu itu, London butuh bantal demi menumpahkan kesedihan dan malu.

"Sendiri. Nggak enak badan," kilah London, nggak berani menatap Giand. Takut ketahuan berbohong. Dia mengalihkan pandangan pada monitor.

"Saya panik mbak diganggu orang nggak benar."

Maunya London nyinyir, bukannya situ masuk golongan orang nggak benar?

"Nggak."

"Mbak London tumben kerja sendirian," kata Giand lagi. Dia kelihatan nggak menyerah mengajak ngobrol London.

"Iya."

"Sudah makan siang?"

"Belum."

"Sama, saya juga belum. Gimana kalau makan siang bareng?"

London merasa ada letusan bunga aneka rupa saat Giand menawarkan makan bersama. Otaknya yang tersusun atas neuron ngayal babu, neuron ngimpi jadi Ratu sejagad seumur hidup, dan neuron berangan roman picisan tetiba merangkai adegan ala sinetron receh. Cowok yang dia taksir mendekatinya dan menyatakan suka yang dipendam selama ini.

Ampun, deh, si Elly butuh kena getok magic buat reparasi kepala.

"Boleh. Makan apa?" Sahut London antusias. Dia melupakan segala tetek bengek patah hati terhadap Giand. Sanubarinya telah berganti musim cinta penuh berbunga.

"Lagi mau makan nasi goreng. Ada rekomendasi? Atau kamu-"

"Kita makan umerice yuk!" London bangkit penuh semangat mengalahkan emak-emak yang mengincar obralan baju lebaran. Pesona Giand sukses meruntuhkan benteng move on London yang telah dibangun sejak semalam.

"Hehehe, kayaknya boleh juga saran mbak." Giand melirik jam di pergelangan tangan kanannya. "Semoga empat puluh menit cukup untuk makan."

"Kalau empat puluh menit, nggak bakal cukup." London menyangsikan kemampuan resto yang menjual umerice akan bisa menyajikan makanan secepat itu.

"Sebenarnya saya tahu tempat makan yang bisa menyajikan makanan cepat. Tapi saya takut nggak sesuai selera Mbak London," kata Giand sambil tersenyum canggung.

Baru senyum canggung saja London sudah kebat-kebit. "Aku nggak pilih-pilih makanan kok."

"Yakin?"

"Asal nggak dicekal MUI dan kemenkes, aku sih yes." Apalagi sama kamu, super duper yes yes.

###

01/06/2018

Part ini berjamur nunggu apdet. Sekarang waktunya neror Lesssugar18 apdet 😁😄💣😎

Kancut strawberry shortcake mau makan siang ama babang Giand, siapa yang mau ikut?

Ikut pake kancut gambar strawberry shortcake 😂😈😚

LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang