Chapter 2

17 4 0
                                    

Mendadak sesuatu itu keluar dari tubuhku dan hal terakhir yang kulihat sebelum kegelapan merenggutku adalah bayang-bayang hitam yang meliuk-liuk, ini semua gila… Dan aku tak sadarkan diri.

*********

Tak Tak Tak Tak ...  suara ketukan keyboard computer menggema di sebuah ruangan yang berisi layar-layar CCTV yang menampakkan pemandangan sebuah hutan dari berbagai tempat. Seseorang duduk di depan layar CCTV mengamati salah satu layar besar yang menayangkan seorang pemuda yang tengah dibelit oleh akar-akar pohon. Pandangannya tak pernah lepas dari layar tersebut seakan apa yang dilakukan pemuda itu adalah hal yang menarik baginya.

“Ayolah, kau tidak mungkin seburuk itu kan Alec?” gumam orang tersebut sambil menyenderkan tubuhnya di kursinya yang  empuk.

Sesaat kemudian matanya melebar melihat apa yang dilakukan Alec.

“HAHAHAHA!!! Bagus! Permainan baru saja dimulai” ujarnya sambil bersenandung senang.
**********

“Ugh,” gumamku.

Aku bangun sambil meraba kepalaku, sepertinya aku terbentur tadi atau aku terlalu kesakitan hingga aku pingsan? Entahlah… Hei, bagaimana dengan akar pohon sialan itu? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tanda-tanda keberadaan pohon itu dan menemukan pemandangan aneh di depanku. Pohon tersebut telah habis terbakar, api hitam menjilat-jilat dari batang pohon yang masih tersisa. Entah kenapa ada yang aneh dari api itu, seakan dia hidup... Bagaimana mungkin? Apakah aku yang melakukannya? Ah, pasti bukan… mungkin saja orang lain yang telah menyelamatkanku atau apapun itu… Aku menggeleng-gelengkan kepala berusaha mengusir pikiran kalau aku yang telah melenyapkan pohon tersebut meski aku tahu kalau tidak ada orang lain di dalam hutan ini selain aku

Aku cepat-cepat berdiri dan membersihkan tanah yang menempel di bajuku kemudian mengambil ranselku yang masih berada di bawah pohon, lalu kembali memakan beberapa buah. Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku, pukul lima sore lewat sepuluh menit. Aku harus segera mencari tempat untuk tidur sebelum matahari terbenam. Setelah kejadian tadi aku yakin kalau hutan ini memang bukan hutan biasa. Jika aku salah selangkah, nyawaku taruhannya.

Baru saja aku melangkahkan kaki, aku mendengar suara lain dari arah pohon yang terbakar tadi. Segera saja aku mengeluarkan belati yang ada di dalam tas, seandainya saja aku bisa mengeluarkan sebuah pisau kecil seperti yang kugunakan untuk memburu kelinci dari tanganku pasti aku akan melakukannya. Namun aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya, dan sepertinya aku terlalu lelah untuk menggunakan hal itu.

Terdengar suara langkah berat yang diseret perlahan, keringat dingin menetes dari dahiku. Jantungku berpacu kencang menunggu apa yang akan muncul. Kemudian sesosok pria berdiri beberapa langkah dariku. Bukan… dia bukan manusia… Tidak ada manusia yang memiliki tubuh bagian atas berwarna putih hingga sebatas lengan dan sisanya berwarna hitam serta jari-jari juga kepala yang ditumbuhi ranting pohon warna hitam. Sejenak aku seperti membeku ketika melihat matanya yang hitam dan sesuatu berwarna putih yang terlihat bergerak-gerak. Kemudian entah bagaimana aku melakukannya tapi aku berlari. Aku terus berlari hingga akhirnya aku terjatuh kelelahan.

Makhluk apa itu tadi? Tanyaku dalam hati. Aku berusaha menormalkan nafasku dan melihat jika makhluk itu masih mengikutiku atau tidak, namun sepertinya tidak. Aku menghela nafas lega dan berbalik hendak melanjutkan perjalanan.

“AAAAH!!!” wajah makhluk itu hanya berjarak beberapa centi dariku!

Aku baru saja hendak berlari lagi saat ranting-ranting yang ada di jarinya memanjang dan melilitku erat hingga aku tak dapat bernafas. Makhluk itu mendekatkan wajahnya ke wajahku, aku bisa melihat ternyata sesuatu berwarna putih yang bergerak yang kulihat tadi adalah kumpulan belatung, matanya tidak ada! Makhluk itu semakin mendekatkan wajahnya kemudian dia membuka mulutnya lebar-lebar dan menjerit, suara jeritannya membuat telingaku sakit. Kemudian dia mengangkat tubuhku tinggi-tinggi dan menghantamkannya kepohon.

The IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang