03. Warung Makan

402 13 0
                                    

Setidaknya belajarlah menghargai. Bukan hanya menghargai seseorang tapi juga menghargai setiap kebaikannya.
-Melly -

Kini masalah Mikhael sudah kelar rupanya. Namanya sudah kembali bersih berkat Jonathan yang membantunya.
Tak ada lagi rasa takut yang mengintai nya.
Hingga Ia merasa bebas Ia rasa.
Kemudahan bebas seperti ini kadang membuat Mikhael tidak habis pikir dengan otak Jonathan.
Sebegitu liciknya otak Jonathan yang Tuhan ciptaan baginya.

Siang ini, Jonathan hendak bertemu dengan Mikhael disebuah restaurant cepat saji yang sederhana. Tak ada kata kemewahan dalam restaurant ini.
Bahkan bisa dikatakan tempat ini hanya ditujukan pada mereka yang berkecukupan.
Entah apa alasan Jonathan tapi yang pasti Mikhael merasa jijik saat membayangkannya.

"Kau dimana brengsek ?" Mikhael sudah keluar dari mobil nya sambil memandang warung makan yang berjajar dengan rapi.

"Aku ditempat makan yang paling pojok dekat pohon bambu yang paling besar. " Tawa Jonathan seperti tidak tahan untuk menahanan kegeraman Mikhael yang tampak lucu banginya.

Kedatangan Mikhael membuat para semua mata memandangnya. Terlebih lagi dengan penampilannya yang begitu mencolok ditempat ini. Tak heran jika para wanita tak berhenti menatapnya sambil tersenyum manis. Mereka belum tahu saja jika sosok yang mereka kagumi itu ialah pria arogan yang Tuhan matikan hati tulusnya.

Kegeraman Mikhael bertambah ketika Ia harus masuk dan melewati beberapa tempat  makan demi bisa sampai ke warung makan paling ujung.
Tak banyak dari mereka ada yang menarik jas hitamnya sambil menggoda Mikhael sebentar.
Ada juga bahkan yang sengaja menjatuhkan dirinya di depan Mikhael hingga terpaksa Mikhael menangkapnya dan itu pun sangat terpaksa.

Jarang-jarang Ia mau berdekatan dengan orang-orang kalangan bawah seperti ini. Apalagi menyentuhnya.
Jika bukan karena Jonathan sama sekali Ia tidak sudi menginjakkan kaki di tempat kumuh yang tak layak baginya.

Kakinya yang panjang membuat Mikhael cepat melewati segerombolan masyarakat yang terpana dengan nya.
Ia sudah bebas sekarang.
Dan tampak di sana Jonathan sedang duduk manis sambil menatap Mikhael dengan tatapan lucu.
Ia tak henti-hentinya tertawa ketika Mikhael berjuang melewati segerombolan masyrakat yang menginginkan nya.

"Di sini ternyata kau brengsek ." Dirapikan jas hitamnya dengan kasar. Lalu membuka kacamata hitam nya dengan kasar juga.

"Salah kau sendiri kenapa kau malah menggunakan jas mahal mu itu. " Jonathan berubah menjadi serius sekarang.

"Aku mana tahu kalau kau bermaksud membawa ku ke tempat kumuh seperti ini."
Mikhael berbicara dengan sangat pelan saat Ia melihat pengunjung mulai menatapnya.

"Ini tempat langganan ku ." Ucap Jonathan dengan nada santai sambil menyeduh kelapa muda yang ada di depannya.

"Ternyata begini selera mu. Aku baru tahu rupanya. " Entah itu ejekan atau lucuan tapi sosok perempuan di ujung sana tampak tak menyukai perbincangan di antara mereka berdua.

"Iya begini selera ku. Kau mau pesan apa ?" Tanya Jonathan mengabaikan sedikit hinaan yang Mikhael katakan padanya.

"Tidak perlu. Bisa-bisa aku sakit nanti. "
Jawaban Mikhael membuat perempuan pemilik tempat makan ini merasa geram dengan hinaan Mikhael.

"Aku jamin kau tidak akan sakit perut nanti. Pesan lah aku yang bayar. " Mikhael menerima buku menu yang Jonathan sodorkan padanya.

Menu makanan ini sama saja seperti menu makanan di tempat  biasa. Sama sekali tidak ada yang  menggiurkan bagi Mikhael.
Seumur hidupnya tak pernah Ia merasakan makan di tempat makan seperti ini.
Harap nya saja Ia tidak mati setelah makan di tempat ini.

"Melly aku mau pesan ." Datanglah perempuan pemilik tempat makan ini yang sempat mendengar hinaan dari mulut pria yang  memakai jas.

"Bapak mau pesan apa ?" Tanya Melly yang hanya memandang ke arah Jonathan tanpa sudi menatap mata Mikhael.

"Kalau aku seperti biasa. Kalau kau Mikhael ?" 

"Aku bingung tidak ada yang menggiurkan. Boleh aku minta saran mbak, makanan apa yang paling enak dan paling bersih?. "
Pena yang Melly pegang tiba-tiba patah hingga mereka berdua menatap Melly dengan tatapan bingung.

"Bagaimana kalau kau ikut menu aku saja? Dijamin enak rasanya apalagi Melly yang memasaknya."
Dengan sabar Melly tersenyum manis meskipun Mikhael sendiri tahu itu bukan senyum yang tulus.

Pergi lah Melly meninggalkan dua pria tampan yang baru saja memesan makanan.
Ia masih belum bisa bernafas lega sebelum Ia berbicara langsung dengan Mikhael untuk menjelaskan pada pria sombong itu jika makanan buatannya tidak seperti yang Ia pikirkan.
Melly memang seperti itu, Ia paling tidak suka jika ada yang meremehkannya apalagi membicarakannya di belakangnya.
Andai saja dia bukan teman Jonathan sudah Melly usir jauh-jauh dari hadapannya.
Percuma tampan dan kaya kalau sifatnya saja melebihi sifat anak kecil yang baru merangkak.

Datanglah Melly membawa dua piring berisi nasi dan lauk pauk yang sederhana.
Lalu Ia meletakkan makanan yang banyak pada Jonathan dan meletakan makanan yang paling sedikit pada Mikhael.

Awalnya Mikhael tidak mempermasalahkan jika lauk Jonathan lebih banyak darinya.
Toh, Ia juga terpaksa makan makanan seperti ini.
Tapi yang membuat Mikhael marah adalah ketika Ia melihat beberapa helai rambut panjang yang ada di nasi nya.
Merasa tidak terima diperlakukan seperti ini, Mikhael membuang makanan yang ada di hadapannya hingga menciptakan bunyi yang keras.  Semua orang yang tadinya sibuk untuk mengisi perut kini dikagetkan dengan bunyian keras itu.

Secepat kilat Melly lari dan menghampiri meja Jonathan dan Mikhael.
"Ada apa ya pak?" Melly merasa malu diperlakukan seperti ini.

"Kalau kau tidak suka dengan ku tidak perlu kau masukkan rambut mu itu ke makanan ku."

"Ternyata benar dugaan ku. Aku pergi Jo." Pergilah Mikhael meninggalkan Jonathan dan Melly. Ia tidak mempermasalahkan wanita yang mau menggodanya.
Ia pun menerobos orang-orang dengan kasar hingga Ia bisa masuk ke dalam mobil mewah yang sedang terparkir dan pergi meninggalkan tempat perkampungan itu.

♡ Tidak  pernah  merasa bosan untuk mengingatkan koment dan vote dari kalian.

♡Thank You
From Author

Cool ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang