11. Perpustakaan

331 6 0
                                    


Sejak dari kolam renang itu, Melly selalu menyembunyikan wajahnya saat Damian memandang tingkah nya.
Ia merasa deg-degan semenjak Mikhael tersenyum dengan senyum yang terukir indah dari bibirnya.
Mulai dari situ juga Damian sadar jika mainannya baru saja tersipu malu dengan senyum andalannya.
Mikhael semakin yakin jika dengan ini Melly bisa lebih patuh lagi dengan Dia.

"Kau mau makan apa ?"
"Aku gak lapar. Makan aja sendirian." Jawaban ketus dari Melly membuat Mikhael sedikit bingung. Ia kira Melly mulai mematuhinya namun sepertinya tidak.

"Baiklah, tapi ingat jangan salahkan kalau perut mu lapar dan minta makanan. "
Mikhael meninggalkan Melly yang duduk di kursi makan.
Saat ini Mikhael menyibukkan dirinya memasak buatan tangannya tanpa ada yang membantunya.

Ia sengaja meliburkan para pelayannya hari ini.
Mengingat Mikhael juga ingin melihat seberapa kuat Melly menahan egonya ketimbang bersikap manis padanya.

Makanan yang Mikhael siapkan sudah siap rupanya.
Harum nya nasi goreng yang Ia buat membuat Melly terpaksa menatap lapar makanan ala Indonesia itu.
Dalam hati Mikhael tertawa kegirangan melihat ekspresi Melly yang kelaparan ini.
Tapi di luar, Mikhael bersikap acuh tak acuh dengan ekspresi yang Melly tampilkan.

Setelah makan siang usai, Mikhael mengajak Melly ikut dengannya.
Kali ini Mikhael hendak membawa Melly ke ruang perpustakaan miliknya.
Ternyata di balik megah serta besarnya rumah ini, terdapat ruang bawah tanah yang sering Ia kunjungi tengah malam.

Ruangan khusus itu dibuat bagi Mikhael untuk belajar lebih dalam tentang berbagai ilmu yang belum Ia ketahui.
Sosok Mikhael yang tampak haus akan pengetahuan itu malah membikin Melly kembali memuji kelebihan yang Damian punya.

Perlu diketahui, semenjak Mikhael mengurung dan menjaga Melly, Ia merasa tidak takut dengan sosok Mikhael. Meskipun Mikhael selalu mengeluarkan ancaman andalannya tapi tetap saja Melly selalu berhasil menentang Mikhael hingga akhirnya Ia menyerah.
Sampai detik ini pun, Melly selalu berhasil membuat Mikhael bersikap lunak padanya hingga rasa nyaman tercipta tanpa diketahui.

Tangga rahasia dibalik pintu biru dibuka oleh Mikhael dengan sidik jari khusus milik Mikhael.
Melly yang melihat kecanggihan teknologi yang Mikhael punya berdecak kagum  dalam hati atas kemewahan yang Mikhael miliki.
Ia pun sempat berpikir bagaimana caranya Mikhael bisa memiliki kemewahan semuanya sementara Melly sendiri tidak pernah melihat Mikhael bekerja di luar.

Langkah kaki panjang Mikhael menuntun Melly untuk mengikuti langkah Mikhael yang cepat.
Pencahayaan yang kurang dengan suasana yang dingin beraroma kayu membuat suasana semakin ngeri dirasa. 
Sejenak Melly menetralkan bulu kuduk nya yang merinding.

Sampailah mereka disebuah ruangan perpustakaan besar milik Mikhael. Berbagai buku serta berbagai judul sudah tertata rapi dilihat.
Gaya ruangan yang klasik dengan tumpukan buku yang menumpuk menyuruh tangan Hana untuk mengambilnya.

Rak-rak yang disusun berjejer menampakkan setiap buku yang memiliki ketebalan lumayan dasyat. Hingga niat untuk membacanya terpaksa Ia urungkan demi kesehatan mata dan jiwanya.

"Ambil aja kalau kau mau baca. " Mikhael menyadari jika Melly mengagumi berbagai buku yang Mikhael koleksi sejak SMA.

"Tidak perlu, bisa-bisa mata ku rabun gara-gara buku mu ."
Elak kan serta hinaan yang Melly katakan barusan langsung membuat Mikhael berdiri dari kursi kerjanya.

"Pantesan hidup mu selalu berkecupun karena malas membaca buku. Lagian kalau mata mu rabun itu pertanda kalau kamu baru saja mendapatkan ilmu yang tidak pernah kamu dapatkan sebelumnya. Terserah kau mau ngapain di sini yang pasti kau harus menemani aku seharian di sini. " Nasehat pendek yang Mikhael berikan sedikit menggugah hati Melly untuk mengambil sebuah buku di atas sana.

Mengingat buku tersebut berada di rak paling atas mengharuskan Melly untuk mencari ide untuk bisa mengambilnya tanpa ada bantuan Mikhael.
Ia pun langsung mengambil kursi serta meja yang terbuat dari kayu jati dan menyusunnya.
Kursi jati itu Ia angkat ke atas meja lalu Ia naik ke atas meja dan naik ke atas kursi.
Ketinggian di atas kursi sama sekali tidak membuat Melly ketakutan dibuatnya. 

Baru saja Ia mendapatkan buku panjang nan tebal itu, Ia merasa kursi yang Ia naiki tiba-tiba patah.
Dengan penuh ketakutan Melly berteriak memanggil nama Mikhael yang saat itu segera menangkap tubuh Melly yang hampir saja jatuh ke lantai.

Rasa lega dengan rasa aman yang Mikhael tunjukan pada Melly menyuruh matanya memandang mata Mikhael yang melihatnya dari dekat.
Bahkan kedekatan mereka hampir mengenai bibir mereka yang hampir bersentuhan.
Beberapa detik kemudian, Melly tersadar dan menuruni tubuhnya dari pelukan Mikhael.

"Maaf aku sudah buat kursi mahal mu patah ."
Melly langsung teringat jika Ia salah jika Ia meminta maaf pada pria iblis ini. Bisa dipastikan jika Ia akan mempermainkan Melly dengan kata maafnya itu.

"Eh salah, maksudnya tadi gara-gara kursi mu aku hampir terjatuh. Untung aja aku selamat. Gimana kalau enggak ? Bisa -bisa udah masuk UGD aku. " Melly tak mau menampakkan kesalahan yang Ia buat.

"Kalau salah seharusnya minta maaf bukan menyalahkan kursi kesayangan ku itu. Kau tahu kursi yang kau patahkan itu aku beli di Itali. Apa kau sanggup membelinya ?"

"Berarti yang salah orang pengrajin di Italia itulah, kenapa dia buat kursi gampang patah kayak gini. Kan jadi bahaya kalau sudah kejadian kayak gini. "
Melihat Melly yang tak mau kalah dengan Mikhael, lagi membuat Mikhael bersabar melihat sikapnya.

*Keep Coment and vote ya
*Happy reading
Thank you dari saya.

Cool ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang