8. Truth

3.8K 623 21
                                    

01.40 A.M.

Han Jisung menatap mayat yang ada di hadapannya ini dengan pandangan datar. Jemarinya mengusap darah sang mayat yang terciprat di pipinya. Ia melangkah lebih dalam memasuki ruangan, menghampiri mayat tersebut dan satu orang lagi yang sibuk mengoyak sang mayat dengan ganas.

Jisung menghela nafasnya dan ditepuknya pundak orang itu, membuatnya menoleh dan menatap Jisung dengan bengis.

Yah, anggap saja kalau Han Jisung memang mencari mati saat ini.

Lagipula ucapan teman-temannya saat itu benar-benar membuat semangat hidup Jisung kian menipis.

"Chae, apa gunanya lo ngebunuh temen lo sendiri?"

Gadis bernama lengkap Lee Chaeyoung itu memamerkan senyum miringnya. Diarahkan olehnya pisau berdarah itu pada Jisung yang masih setia diam menatap Chaeyoung tanpa rasa takut sedikitpun.

"Dia bukan temen gue! Temen mana yang rela nikung temennya sendiri?!"

Jisung tak menjawab. Ia memutuskan berjalan lebih mendekati gadis itu dan memegang si pisau hingga telapak tangannya terluka dan mengeluarkan darah yang bahkan tidak bisa dibilang sedikit.

"Tapi seenggaknya lo gak perlu kayak gini." Masih dengan wajah dan nada yang santai, Jisung menarik pisau itu hingga terlepas dari genggaman Chaeyoung.

"Kenapa nggak kalau gue bisa bebas dengan ngebunuh orang yang gue benci?"

"Lo gak merasa bersalah? Lo gak mikirin perasaan keluarga dia kalau tau dia meninggal dengan hal gak wajar kayak gini?" Jisung terkekeh pelan. "Gue kecewa sama lo, Chae."

Jeda beberapa detik.

"Tau gak, Chae? Padahal dulu gue suka banget sama lo dan rela ninggalin Yoora cuma gara-gara lo. Tapi apa? Lo tetep ngejar Jinyoung yang sama sekali gak pernah nganggap lo ada." Jisung mulai bermonolog.

"Bego banget ya gue? Harusnya gue gak ninggalin Yoora yang lagi terpuruk seorang diri gara-gara kelakuan kalian. Harusnya gue tetep di sisi dia dan semangatin dia. Tapi akhirnya, gue milih lo dan ninggalin dia."

"Kalau gue gak ninggalin dia, hal ini mungkin aja gak terjadi. Terkadang sedikit kesalahan yang kita perbuat bisa berakibat fatal, ya?"

"Gue contohnya. Padahal gue gak sengaja ninggalin dia, tapi si pelaku malah ngasih cuplikan seakan-akan gue yang paling jahat sama dia. Merkosa dia kemudian ngebuang dia? Hell." Jisung mengakhiri kalimatnya. Ia melemparkan pisau yang masih digenggamnya ke sembarang arah.

Tanpa Chaeyoung sadari, air matanya telah keluar dari pelupuk matanya. Ia jatuh berlutut dan mulai menangis, meratapi segala sesuatu yang telah terjadi.

Chaeyoung merasa dirinya paling bodoh disini. Ia tak tahu seberapa besar penderitaan yang Jisung rasakan dari dulu hingga sekarang, dan menganggap seolah-olah dialah yang paling tersakiti di dunia ini.

"G-gue gak bermaksud...." Chaeyoung menggantungkan ucapannya. "Gue cuma lagi panik. Disaat gue panik, Yoora datang dan ngasih gue keringanan. Dia minta gue bunuh orang-orang yang gue benci dan dia bakal nge--"

Zrash

Ucapan Chaeyoung terhenti kala tubuhnya terbelah menjadi dua karena sebuah kapak yang jatuh dari atas atap. Melihat itu membuat Jisung membulatkan matanya.

Terkejut? Itu pasti.

Ayolah, walaupun Jisung masih bisa tenang saat teman-temannya yang lain terbunuh, itu tidak berlaku jika orang yang terbunuh selanjutnya adalah orang yang ia cintai sejak dulu.

"Jisung."

Sesosok gadis muncul di hadapannya. Walaupun tak begitu jelas--karena saat itu ruangan benar-benar gelap--, Jisung bisa memastikan kalau dia adalah Lee Yoora, gadis yang dianggap mereka pelaku dari semua ini.

Tetapi, lagi-lagi ini mengganjal di hatinya.

Sosok itu tersenyum cantik ke arah Jisung. Perlahan tapi pasti, ia berjalan mendekati Jisung dan mengusap pipi si pemuda dengan lembut.

"Ikutlah denganku."

Jisung diam. Ia lebih memilih memundurkan wajahnya dari jangkauan gadis itu.

"Ikutlah denganku untuk melenyapkan mereka semua."

"Tidak." Jawaban Jisung lontarkan, tak peduli apa yang akan terjadi kepadanya.

"Ayolah. Bahkan mereka telah membuangmu. Hanya karena melihat sebuah cuplikan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya itu."

"Lebih baik mereka musnah saja dari dunia ini, bukan?"

"Dimana tubuh aslimu?"

Sosok itu semakin tersenyum lebar. "Sudah ku katakan, tubuhku tidak bisa berjalan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DGS ( 1 ) - Life or Death? [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang