1. Sebuah Nama

464 85 89
                                    

Bandung, 5 April 2018.

"Kamu pakai tas sekolah itu lagi?" Tanya Bunda Rara, --Aisyah-- dengan tatapan heran.

Gadis itu, --Rara-- langsung bergabung di meja makan keluarga untuk sarapan bersama.

"Iya, Bun. Rara kangen tas ini, hehe," Jawab Rara polos dengan cengiran khasnya.

Tas yang sudah berusia 8 tahun itu sudah jelas tertinggal zaman. Tentu saja membuat Aisyah heran pada anak bungsunya. Sedemikian banyaknya tas Rara yang mahal dan ber-merk hanya tas biru muda itulah yang menjadikan tas kesayangan Rara.

"Karena tas ini adalah sebuah simbol Bun, Simbol bahwa Rara dan dia pernah bersahabat," Batin Rara yang sedang berusaha keras menyembunyikan wajah sendunya.
Dirinya merasa ngilu mengingat tentang dirinya sendiri.

Mengingat saat dia pergi tanpa sekali pun menoleh.

Saat dia memutuskan hubungannya mereka seperti itu.

Kenyataan tidak selalu mudah, apalagi untuk menerima.

"Abang yang antar kamu ke sekolah biar kamunya ngga--"

"Ngga usah bang!" tolak Rara sadis seolah berangkat dengan sang kakak adalah hal yang paling dihindari.

Bahkan, Abang satu-satunya --Abim-- masih belum bisa mengerti mengapa adiknya enggan sekali Jika dia mengantarnya ke sekolah.

"Aduh, Adek abang galak amat, ntar makin susah dideketin cowok," Ledek Abangnya dengan dramatis.

"Yee... kayak Abang gampang aja dideketin cewek," balas Rara tidak mau kalah.

Gadis dengan kerudung putih itu mengerucut bibirnya. Ia terlihat kesal diledek Sang Abang.

"Nggak usah ribut, Ntar mendiang Abi pasti sedih ngeliat kalian ribut mulu dari pagi sampai pagi kaga kelar-kelar," Akhirnya, Kakak perempuan Rara, --Aiza-- yang sudah bosan melihat mereka bertengkar memilih untuk angkat bicara.

Mendengar Kak Aiza sudah mengungkit-ngungkit mendiang Abi keduanya langsung diam. Aiza memang yang paling tahu cara paling ampuh untuk melerai kedua adiknya jika mereka sudah membuat keributan.

Aiza yang paling tahu bagaimana Rara yang setiap malamnya selalu membuang ribuan bunga mawar yang dia dapatkan dari pengagumnya. Atau.

Aiza yang paling tahu bagaimana Abim --Adiknya yang sekaligus Abang Rara-- selalu berusaha keras untuk menolak ajakan-ajakan teman perempuannya, bahkan hanya untuk sekedar pulang bersama.

Aiza selalu tahu bagaimana pergaulan adik-adiknya selama ini.

Dan sejauh ini, semuanya masih terlihat baik-baik saja.

"Rara berangkatnya sama Bunda aja," Ucap Rara kemudian sambil menggendong tas biru mudanya.

🍃

Namanya Rara Shakirah. Anak terakhir dari Rizky dan Aisyah. Seorang gadis yatim yang selalu ceria meskipun dunia sedang muram. Seorang gadis manis yang memiliki pipi merah tembam dan penyuka bunga mawar. Namun, ia juga termasuk tipe orang yang dingin dan cuek di waktu tertentu. Terutama pada kaum lelaki.

"Rara, tunggu!"

Seperti misalnya, hari ini. Lagi-lagi Rara harus menghentikan langkahnya karena ada seseorang yang memanggilnya dari kejauhan.

Rara menengok kebelakang, memastikan siapa yang memanggilnya. Seorang laki-laki. Rara langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam. Rara tidak mengenal siapa laki-laki asing tersebut, tapi sepertinya dia kakak seniornya.

"Jadi, Elo yang namanya Rara? Rara Shakirah?" Tanya laki-laki asing itu kepada dirinya.

"I-iya Kak" Jawab Rara tegas tapi gemetar. Kepalanya menunduk sedalam-dalamnya. Rara yakin, didengar dari suaranya, Orang yang berada didepannya ini seorang laki-laki, laki-laki yang bukan mahramnya.

"Gue ngomong sama lo, Lo jadi adkel kaga ada sopan-sopannya. kalau diajak ngomong sama orang tuh, tatap matanya! Jangan lihat ke bawah terus. Emang sepatu gue lebih keren ya daripada wajah gue?" Ujar kakak kelasnya sedikit sewot karena merasa tersinggung. Pasalnya, sedari tadi Rara terus-terusan melihat ke arah bawah. Entah apa yang dia lihat.

"Kalau gitu saya permisi dulu kak, Assalamualaikum," Ucap Rara cuek sambil melangkah pergi menjauh, seolah-seolah kalimat barusan tidak tertuju pada dirinya.

"Waalaikumsalam, Anjir gue dikacangin," Rutuh Alvaro kesal.

Dia, --Alvaro Megantara Wijaya--, Seorang kakak kelas yang terkenal di sekolah SMA Kaptiana Keeper harus mengakui sebuah fakta.

Bahwa dirinya sedang menyukai seorang gadis lugu berpipi merah tembam dengan ciri khas berkerudung lebar yang selalu membungkus di kepalanya dan selalu jalan menunduk. Dia adalah Rara.

Simpelnya, Alvaro menyukai Rara.

Tapi gadis itu sangat sulit untuk didekati. Bahkan, hanya ingin meminta id line nya saja. Alvaro butuh waktu berhari-hari.

"Sial," Bahkan dihari ini, Alvaro masih belum bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

👉TBC👈

Rara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang