4. Ucapan

427 49 60
                                    

1000 Teman terlalu sedikit
1 Musuh terlalu banyak .

————————–—————————


Kelas 10 IPS A sudah mulai gaduh. Suaranya terdengar sampai ke luar, beginilah suasana saat jam kosong. Entah apa yang dilakukan teman-temannya hingga mampu menciptakan suara sedemikian rupa.

Berisik.

Ada yang pergi ke kantin, Ada yang menonton film, Ada yang membuat segerombolan lalu bergosip bersama, Dan Ada juga yang hanya sekedar bernyanyi bermodalan gitar buntut yang sudah temannya persiapkan dari rumah.

Berbeda dengan Rara, Rara membuka tasnya lalu mengeluarkan Al-Qur'an kecil bermotif cantik pemberian Almarhum Abinya.

Rara melirik, melihat Pijel yang sedang sibuk bermain Gadget pintarnya.

"Ngga mau ngaji bareng, Jel?" Tawar Rara pada sohibnya.

Pijel menggelengkan kepalanya, "Gue halangan Ra,"

"Oh."

Detik selanjutnya, Rara mulai sibuk dengan Al-Qur'an yang dibawanya. Membaca Al-Qur'an diwaktu yang longgar adalah cara membunuh waktu paling menyenangakan.

Setidaknya, Rara sudah berusaha keras tidak membuang-buang masa remajanya dengan cara bersenang-senang. Tapi jauh dari Allah.

Sedangkan, Pijel mulai sibuk berkutat dengan Handphonenya. Detik selanjutnya, Pijel menyumpal telinganya dengan headset dan mulai memutarkan lagu favoritnya dengan volume yang keras.

Aneh.

Rara merasa aneh, merasa tidak nyaman. Rara merasa bahwa hampir teman seisi kelasnya tengah memperhatikan gerak-gerik Rara saat ini.

Rara menutup Al-Qur'an nya sejenak dan mulai menajamkan telinga.

Rara tersenyum kecut. Ternyata, teman-temannya yang Rara sayangi saat ini, sedang membicarakannya dengan tatapan sinis.

"Sok-sok an ngaji di kelas, sok suci dia mah."

"Sok Alim, palingan juga pencitraan doang."

"Sumpah, gue kemaren liat Rara pulang dibonceng cowok!"

"Pacarnya kali, gue juga liat! Cowoknya ganteng kan?"

"Gue juga kemaren liat Rara ketawa-ketawa bareng sama pacarnya pas boncengan. Idih, kesenengan kali dia punya pacar cakep."

"Gatel banget jadi cewek, heran gue apa bagusnya sih, Si Rara. banyak banget cowok yang deketin dia, dungu begitu. Sok Alim lagi, muka dua banget."

"Liat aja, temen-temennya satu persatu pada ninggalin dia, munafik sih jadi cewe."

"Iye tuh, gue jadi kasian sama Pijel, kena pengaruh Si Rara. Kerudungnya juga ikut-ikutan lebar kaya mak-mak, miris."

"Lo liat aja, palingan juga bentar lagi kalo Pijel sadar pasti dia ninggalin si Rara, kita tinggal tunggu aja tanggal mainnya."

"Katanya alim kok pacaran, munafik!"

"Pencitraan doang, Najis!"

Kalimat terakhir saat memohok, benar-benar mengesalkan. Tapi Rara hanya diam.

Padahal, bisa saja Rara saat ini menggebrak mejanya lalu mengatakan dengan lantang. Bahwa, apa yang mereka pikir semuanya salah. Bahwa apa yang mereka katakan semua fitnah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang