3. Osis

296 57 45
                                    

Alvaro menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Di ruangan yang ber-AC ini, Alvaro tengah sibuk mendengarkan penjelasan rapat dari Xavera. Tapi, Siapa sangka jika pikiran Alvaro tidak sepenuhnya tertuju pada rapat.

"Jadi gimana?" Tanya Xavera meminta pendapat Alvaro. 

"Gimana apanya?" Bukannya menjawab, Alvaro malah berbalik bertanya.

Xavera berdecak pinggang. Mendengus nafas kasar, Gadis itu nampak kesal.

Kesalahan pertama, Cewek paling nggak suka pertanyaan dijawab oleh pertanyaan.

"Roo, Organisasi osis kita sekarang lagi kacau, Bykev keluar dari osis," Jelas Xavera masih menunjukkan wajah kesalnya.

"Bykev? Bykev si sekretaris kita itu kan? Mampus. Kok tiba-tiba sih dia keluarnya?" Protes Alvaro dengan mulut menganga.

Xavera menganggu cepat, "Mangkannya ini kita lagi bingung cari pengganti si Bykev,  Bykev keluar dari Osis karena penyakitnya sering kambuh. Doa terbaik ajalah buat dia. Gue gabisa nahan, Kita juga gak punya hak buat nuntut dia, takutnya kenapa-kenapa,"

"Jadi, mending sekarang kita cepet-cepet deh, cari pengganti si Bykev, yang bertanggung jawab dan gak punya penyakit," Lanjut Xavera serius.

Alvaro mengangguk mengerti, Begitu pula dengan Anak Osis lainnya.

"Kalau kita cari pengganti Kak Bykev anak kelas 10, Oke ngga?" Usul Anak Perempuan berambut keriting disertai senyuman yang manis.

Xavera mengenyeritkan alis, tampak berpikir, "Oke juga. Jangan anak kelas 12, pada sibuk mereka. Cari yang pengangguran tapi berpelangaman, Tugas sekretaris juga cukup padat,"

"Jadi sekiranya kalian punya teman yang ngga sibuk, tawarin aja deh siapa tau mau. Tapi jangan sembarangan nawarinnya. Cari yang berqualitas, bertanggung jawab dan---"

"Bawel lo ver, Lo tinggal aja pasang pengumuman di mading kalo kita lagi butuh sekretaris baru. Pasti rame kok ntar yang daftar," Potong Alvaro mulai jenuh dengan topik yang dibahas.

Saat ini pikiran Alvaro hanya satu. Nasi soto hangat buatan Mamanya telah menunggu kepulangannya di rumah. Salahkan saja perut Alvaro yang sudah kelaparan selepas bermain basket tadi.

Xavera melotot. Terlihat jelas dari wajahnya bahwa dirinya sedang mati-matian untuk tidak mengeluarkan sumpah sarapah untuk Alvaro.

Gadis itu tampak dua kali lebih kesal daripada sebelumnya.

Kesalahan kedua, Cewek paling nggak suka pembicaraannya dipotong.

"Rapat selesai!" Ucap Xavera dengan nada tinggi. Langkah kakinya buru-buru menuju pintu luar.

Alvaro menepuk jidat, "Gawat, Mak Lampir Murka."

🍃

"Kak Rara!"

Langkah Rara yang akan naik keatas melalui tangga mendadak berhenti demi melihat siapa yang memanggilnya.

Begitu pula dengan Pijel, melihat Rara yang mendadak berhenti membuat langkah Pijel reflek ikut terhenti.

Kelas 10 IPS A berada dilantai atas. Hal itulah yang membuat Rara dan Pijel bolak-balik naik turun tangga jika ingin sholat di masjid sekolah.

"Iya?"

Gadis didepannya tersenyum tipis, lalu memberikan sebuah barang pada Rara, "Ada titipan buat Kak Rara."

Sebuah Cokelat dan Bunga Mawar kesukaannya.

Rara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang