Dua: Yang Mengejutkan

1.6K 295 64
                                    

"Harganya 100 Bath."

Arthit terperangah. Beberapa lembar uang dan recehan ditangannya hampir saja jatuh ketanah. Mengabaikan fakta jika siang ini terik matahari sedang bersemangat membakar kulit putihnya, berkelana mengelilingi Bangkok hanya demi mendapatkan beberapa ekor katak.
Pasar hewan dibagian utara kota ia datangi, menahan ngeri karena pasar itu menurutnya sangat mengerikan. Bagaimaba tidak? Arthit bahkan disambut oleh sekumpulan paman-paman tua yang menawarkan ular kobra hidup padanya.

Sampai pada kakinya lelah dan menemukan pria paruh baya yang berjongkok sedang menjajakan katak hijau hidup dalam sangkar buatannya.

"Mahal sekali, paman! Tidak bisa kurang sedikit?"

Arthit melirik nanar pada sekepal uang ditangannya, yang jika ditotalkan hanya berjumlah 50 Bath saja. Ia bahkan berharap jika harganya bisa dibawah itu.
Paman dihadapannya itu malah merengut.

"Au, tidak bisa nong! Aku bahkan belum mendapat satu pun pelanggan hari ini."

"Aku hanya punya 50 Bath saja paman."

Arthit memasang wajah memelas, kadang cara ini memang berhasil. Tapi ia juga tak bisa berharap banyak. Masa iya ia harus membobol tabungannya hanya untuk sekumpulan katak berlendir.

"50 Bath untuk 5 ekor saja."
Jawab paman itu tak mau kalah. Arthit menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal. Mau dicari kemana lagi sisanya?

"Ayolah paman. Naaa~."

Oke. Cara terakhir, entah mempan atau tidak tampang sok imutnya ini. Paman berwajah kaku itu malah memasang wajah jijik.

"Dasar! Kalau tidak punya uang jangan beli. Sana! Cari saja katakmu dirawa-rawa!"

Arthit merengut. Ternyata paman katak itu jahat sekali. Merasa capek sendiri, Arthit memilih pergi setelah meminta maaf dan memberi salam. Ia mengusap peluh didahinya, tenggorokannya mulai kering karena sudah berjam-jam ia mengitari pasar hanya untuk mencari pedagang yang menjual katak.

Sampai pada matanya menangkap sesuatu yang indah. Disana, penjual minuman. Bukan paman gendut yang menjual minuman itu, melainkan cairan berwarna merah jambu yang selalu menjadi candunya.
Segera bak melihat artis idola, Arthit berlari menghampiri gerobak paman gendut itu.

"Paman, pink milk nya satu."
Pintanya. Sungguh melihat minuman surga itu dari dekat malah membuat tenggorokannya makin kering. Tak lama kemudian, paman gendut itu memberi seporsi pink milk dingin. Segera Arthit meminumnya rakus.

"Apa yang kau cari disini, nak?"

Arthit sendawa setelah menenggak separuh minuman kesukaannya.
"Aku sedang mencari katak, paman."

"Bukankah yang kau hampiri tadi menjual katak?"

Arthit mengangguk, moodnya berangsur baik berkat pink milk.
"Mahal sekali. Uangku tidak cukup. Paman, dimana aku bisa mencari katak secara gratis ya?"

Paman gendut itu malah tergelak. Arthit dalam hati bingung, apa ada yang lucu dari pertanyaan nya?
Padahal ia kan hanya berusaha meminimalkan pengeluaran.

"Kalau mau gratis, kau bisa mencarinya sendiri. Katak biasanya hidup dirawa-rawa."

Arthit mengernyit bingung. "Rawa-rawa?"

Arthit berbinar, selama itu tidak menguras kantongnya, apapun akan ia lakukan.

○○○

"Mengerikan."

Disinilah Arthit. Berbekal jaring yang biasa dipakai Spongebob untuk menangkap ubur-ubur ditangan kanannya dan sebuah sangkar kaca dengan banyak lubang ditangan kirinya.
Sempat ia kira jika rawa-rawa itu adalah tempat yang kesannya mirip dengan danau atau sungai, namun setelah sampai ditujuan, Arthit rasanya mau pulang saja.

My Frog PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang