Bab 5

4.7K 74 0
                                    

    Risa berjalan ke kampus dengan penuh tekad untuk membalas Andy. Celana jins pressbody melekat di tubuhnya dipadu dengan tanktop hitam yang dilapisi jaket kulit. Rambutnya yang panjang bergelombang ia biarkan tergerai melambai-lambai tertiup angin. Tas kecil bertali panjang tergantung menyilang di bahunya. Tangannya yang kiri memeluk buku kuliah yang cukup tebal dan besar. Inilah Risa yang penuh semangat, yang selalu dipandang oleh para cowok setiap kali ia berjalan. Dia berjalan dengan penuh percaya diri. Tak peduli dengan pandangan setiap cowok yang menatap takjub padanya.

    Di depan pintu masuk gedung fakultas Teknik Informatika Risa berpapasan dengan Andy, dosen barunya yang juga orang tak tahu malu karena berani mengajaknya kencan. Mereka berdua sama-sama berhenti dan berdiri berhadapan. Andy menatapnya dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Mengamati penampilan Risa secara detil. Lalu tatapannya kembali lagi ke wajahnya. Risa balas menatapnya tajam. Penuh permusuhan.

    "Apa sudah ada yang mengingatkanmu kalau penampilanmu ini bisa mengundang bahaya?" tegur Andy.

    "Sudah, tapi aku tidak peduli. Aku bisa melindungi diriku sendiri. Apa kau lupa kalau dulu aku ikut karate? Sampai sekarang pun aku masih mengikutinya."

    "Ikut karate tak menjamin keselamatanmu jika kamu tetap berpenampilan seperti ini. Bagaimana pun juga kamu itu seorang cewek. Tetap saja laki-laki lebih kuat daripada perempuan."

    "Yah, dan kebanyakan laki-laki menyalahgunakannya untuk menyakiti seorang cewek. Walaupun tidak secara fisik." Sindir Risa. Andy menggertakkan gigi karena sindiran itu.

    "Tidak bisakah kamu bersikap wajar padaku tanpa menunjukkan sikapmu yang bermusuhan itu? Lagipula kamu juga belum mendengar penjelasanku tentang waktu itu..."

    "Aku tak perlu mendengarkan penjelasanmu. Aku juga mengakui, aku tak bisa bersikap wajar padamu. Karena aku begitu membencimu." Ujarnya keras kepala. "Permisi, 'pak dosen'!"

    Risa berjalan dengan angkuh meninggalkan Andy yang tetap berdiri di situ. Sama seperti dulu. Risa pergi begitu saja sebelum mendengar penjelasannya. Sampai kapan permusuhannya ini akan terjadi? Andy hanya menghela napas, tak tahu jawabannya. Yang jelas, ia akan terus mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Risa yang telah rusak karena kesalahpahaman beberapa tahun yang lalu. Dulu, ia begitu mencintai Risa, sekarang pun masih. Tak ada seorang cewek pun yang bisa menggantikan tempat istimewa yang telah dimiliki Risa di hatinya. Hanya Risa yang bisa memiliki seluruh hatinya, tak ada yang lain.

     "Met pagi, guys. Apa kabar semua hari ini?" sapa Risa memasuki ruang kuliah. Teman-temannya langsung bersorak menyambut kehadirannya.

     "Wow! Lo tampak keren dan penuh semangat hari ini. Apa itu tandanya kalo kencan lo tadi malam menyenangkan banget?" seru Fery.

    "Sapa bilang? Doni gak jadi datang. Yang ada malah gue dikerjain orang brengsek."

    "Kamu kan bisa karate, Ris. Harusnya kamu bisa membela diri kalau dikerjain orang gitu." Jawab Endah polos. Risa ingin berteriak rasanya mendengar ucapan temannya yang benar-benar lugu itu. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan kesal.

     "Bukan gitu, Endah sayang. Tadi malam gue dikerjain cowok. Gue dipaksa pergi kencan ma dia, padahal gue gak mau."

     "Tumben lo nolak ajakan kencan? Biasanya kan, lo mau-mau aja."

     "Reseh, lo. Kesannya gue cewek gampangan banget. Gini-gini, gue juga pilih-pilih kalo ada cowok yang ngajak gue kencan. Gak sembarangan. Apalagi ma cowok yang super duper gue benci itu."

     "Maksudnya lo diajak kencan ma cowok yang lo benci? Napa gak lo kerjain aja tu cowok. Bikin dia malu, misalnya." Usul Fery dengan seringai usil.

Aku dan DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang