1 | meet him

74 6 7
                                    

Namaku Tarana Vanesh, biasa dipanggil Tara oleh kebanyakan orang. Sebenarnya nama panggilan atau nama kecilku bukan itu, tapi Nava. Aku berniat menggantinya karena lantaran suatu kejadian yang memilukan beberapa tahun kemarin, sejak saat itu nama panggilannku berganti Tara. Sederhana, bahkan lebih sederhana Tara ketimbang Nava.

Aku seperti anak remaja kebanyakan, diumur sepertiku lah kisah-kisah hidup menyulitkan datang atau pun juga bisa sebaliknya. Umurku kini lima belas tahun kurang dua bulan, mungkin cukup umur untuk mengenal apa itu kehidupan. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Dari ke dua saudaraku, hanya aku yang berbeda postur badan dan hanya akulah yang berambut panjang, pasalnya aku perempuan.

Seperti yang ku jelaskan diatas, aku memiliki seorang kakak laki-laki bernama Dhekky Baranesh, umurnya mungkin dua tahun lebih tua ketimbang aku. Dia mungkin menginjak kelas sebelas atau dua belas saat ini, dia cerdas, disiplin dan mandiri. Namanya terkenal sampai di telinga presiden, entah apa yang membuatnya terkenal. Aku tahu kabar baik itu setelah dikabari Andra lewat email sebulan lalu.

Andra adalah adik laki-lakiku nama panjangnya Chandra Pranesh. Dia kalau tidak salah umurnya sudah sebelas tahun, dua bulan ke depan mungkin ia masuk ke kelas satu SMP, dia kan loncat satu tahun karena kepintaran murid?. Andra lah yang selalu mengontakku dari seberang samudera luas sana lewat email, dia selalu menceritakan kejadian di rumah kita, keluarga, kerabat, teman-temannya ,terkadang juga di sekolahnya. Lebih tepatnya sih curhat.

Dia masih sebelas tahun, tapi kemampuannya di bidang tekhnologi aku nilai sudah lebih dari cukup untuk kemampuan seumurannya, aku saja tertegun tidak percaya membaca kabar di emailnya. Ia bilang telah berhasil menuntaskan 'bencana' itu, pemiliknya pun tidak sepersen-pun tahu dan menyelidik curiga. Saat itu Andra mengirim email meminta bantuanku untuk menyelesaikan 'bencana' yang ia ciptakan.

Bagaimana tidak? Ia berfikir ketika selesai membongkar laptop si sulung Bara, ia akan bisa mengembalikannya seperti semula. Oh tuhan, merusak lebih mudah daripada memperbaiki ndra. Tapi tak kusangka itu berhasil juga.

Kakakku seorang yang mungkin genius, bagaimana tidak? Namanya saja sudah tersohor. Dan adikku seorang yang mungkin juga memiliki otak brilian seperti Bara, masak iya bocah sebelas tahun bisa membongkar-pasang laptop tanpa bantuan tukang service atau setidaknya orang dewasa. Sekarang dengan ku, apa bakat yang ku miliki? Untuk membanggakan orang tua--mama dan papa-- yang kasih sayang nya pun tak pernah aku rasakan.

Ah sudahlah, itu cerita versi masa lampau, tapi mengapa aku selalu mmemikirkannya? Memang benar kata pepatah, semakin kita berusaha melupakannya. Semakin pula kita lebih banyak mengingatnya.

Kira-kira saat berusia lima tahun, tepat aku duduk di bangku Taman Kanak-kanak, aku di tinggal sendiri di negara asal. Papa mama ku berdinas diluar negri, mereka hanya di bolehkan membawa satu anak saja, menyebalkan bukan? dan anak itu adalah Bara, kakakku. Harian bulanan tahunan aku dirumah dirawat oleh seorang babysister yang berpura-pura menjadi 'mama' dan sopir yang berpura-pura menjadi 'papa' dalam hidupku .mereka memang sepasang suami istri yang dipercaya untuk mengurus keperluanku, mama papaku selalu mengirim uang setiap bulannya untuk hidup -mama papa palsuku- dan hidupku .

Aku tahu cerita ini dari mbak keyn, awalnya dia mengajakku bercanda di ruang tamu saat itu, kami tertawa renyah memegangi perut masing-masing karena candaannya selalu lucu. Kami saling pandang-memandang sesaat kemudian. Setelah tawa terhenti, dia mendekat mengelus rambutku, menatapku dalam-dalam dan berkata yang sangat tidak masuk akal. Dia berkata bahwa ia dan suaminya bukanlah orang tuaku sebenarnya, mereka hanya pengasuh yang sudah merawatku hampir tujuh tahun lalu.

TaranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang