3 | kelas satu SMP

34 4 0
                                    

Hari pertama sekolah, sungguh melelahkan. Ada banyak sekali hal gila pagi itu, mulai dari memakai kaos kaki beda warna, menguncit rambut dengan karet warna-warni, memakai rompi kantong plastik merah, memalukan. MOS, Sangat menyebalkan. Dimana satu-persatu murid baru memperkenalkan namanya ketika dia mendapat hukuman, tentu saja hampir semua murid mendapat hukuman itu.

Setelah seminggu hari MOS, pelajaran berjalan dengan normal.

Hari itu hari senin, aku duduk di bangku paling depan. Dikelas itu, satu bangku ditempati satu murid. Aku malas sekali sekolah. Sebelum ada guru yang masuk ke kelas, batinku memutuskan untuk keluar kelas. Meninggalkan tasku, mengambil uang dan handphone. Disekolah SMP dulu, diperbolehkan membawa handphone. Tapi hanya boleh digunakan ketika jam istirahat saja, selebihnya di larang.

"Hei, kamu mau kemana?" sekilas aku melihat seorang laki-laki berdiri dari bangkunya. namanya Fama, kalau tidak salah dia adalah ketua kelas. aku bosan berurusan dengannya.

Aku berjalan santai, berniat keluar kelas. Banyak mata melihat kelakuanku yang mungkin tidak sopan. Saat sudah sampai di tengah pintu, aku menjawab pertanyaan si ketua "Kantin". Dua langkah ke depan, banyak cibiran gila tentangku. Bodoh amat, aku tidak pernah mengusik kehidupan mereka. Sepertinya ketua kelas cukup kesal melihatku.

Aku melanjutkan perjalanan menuju kantin, lorong-lorong sangat sepi, hanya satu dua murid berlalu-lalang. sesampainya di kantin, aku memesan kopi. Lalu memilih tempat duduk dan mengaktifkan handphone. Suasana kantin sepi sekali

Whatsapp, aku suka dia. Dari pada Line dan BBM. Aku chat Dani, teman dari SD yang sama.

Taraa : heh dan

DaniSiregar : eh, lo nyalain handphone saat pelajaran, wah wah😒

Taraa : nah lo juga sama

DaniSiregar : eh, gue lagi di kamar mandi.

Taraa : gue di kantin

DaniSiregar : ngapain lo? Lo bolos pelajaran, wah gabisa dibiarin nih.

Taraa : daripada gue bolos sekolah? Lagian gue juga males sekolah disini. Nyesel gue daftar.

DaniSiregar :jadi?

Taraa : gue punya tekad buat pindah

DaniSiregar : eh lu gilaa?
DaniSiregar : lu ga becanda kan ra😶
DaniSiregar : baru seminggu lebih satu hari lo sekolah, minggu kemarin baru selesai mos.

Taraa : emang lu pernah liat gue bo'ong

Read

' Eh anjay nih anak, gue ini mau nyusun rencana. Tai lo read doang' ucapku dalam hati, berdecak sebal.

Aku disini tidak punya teman, lagian juga buat apa kan? Mereka kan kerjanya cuma manfaatin, morotin, ngomongin dan banyak lagi. Ada rencana buat pindah sih emang, tapi aku gak tau mau kemana. Aku berencana  bertahan satu semester saja. Nanti semester kedua aku usahakan sudah pindah.

Bosan dikantin, setelah menghabiskan kopiku. aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Entah bagaimana reaksi mereka saat melihatku kembali. Melirik jam tangan di pergelangan tangan kananku, jam sembilan sudah termasuk jam kedua. Bahasa inggris , pak Giio.

Masuk kelas bebarengan dengan mengucap salam. Seluruh perhatian mengarah padaku. Aku berjalan santai, duduk dibangku dan mengeluarkan paket bahasa inggris.

Pak Giio terlihat sedang menjelaskan berbagai materi didepan papan tulis. Melihatku bingung "Saya kira kamu tidak masuk"

"Saya tadi ke kantin pak, beli bulpoin" aku mengangkat bulpoin baru yang memang aku membelinya tadi dikantin. Biar selamat dari BK.

"Oo, yasudah. Setelah saya jelaskan panjang lebar, silahkan kalian kerjakan halaman 5 ya anak-anak" titah pak Giio lalu kembali ke bangkunya.

Gila, gue baru aja masuk udah disuruh ngerjain. Apa daya.

Bel pulang menggema diseluruh penjuru sekolah, aku pulang bareng Bara. Saat jam istirahat tadi aku bertemu Bara, ia bilang nanti pulang aku harus bareng dia. Ngapain sih repot-repot, aku kan juga bisa naik angkot.

Sampai dirumah kedatanganku dengan Bara disambut oleh mama, Hana Devira. Mama Hana mengecup jidatku dan Bara. Hampir setiap hari dia begitu.

Lima bulan berlalu, libur semester satu hampir habis. Aku membulatkan tekad untuk bicara dengan mama dan papa. Meskipun agak kikuk, aku akan mencobanya. Mengatakannya saat nanti makan malam saja.

Makan malam tiba, malam itu ada papa, mama, Bara dan Andra. Usai makan aku membuka percakapan.

"Aku ingin pindah" menatap bergantian mama dan papa.

Lenggang beberapa menit, dengan santai papa menjawab, "Kemana ra?"

Berbeda dengan mama dan Bara yang terkejut setengah mati . 

"Singapura"

Bara melotot, "serius?"

"Duarius" aku menjawab mantap.

Papa mengurus semua keberangkatanku, beliau punya teman disana. Jadi menurutnya masalah perpindahanku ini hanya masalah biasa.

Seminggu kemudian aku mempersiapkan keberangkatanku, ke singapura. Menempuh SMP disana. Kata bu Rani, wali kelas satu SMPku. Aku cukup cerdas dan pintar, hampir semua mata pelajaran aku kuasai. Tapi beliau tidak rela melepasku begitu saja, Karena aku murid kebangga'annya.

Hari itu semua keluarga ku berada di bandara, menemaniku berangkat. Aku siap dengan tiga koper besarku. Bersalaman, berpelukan, cium kanan dan kiri bergantian. Mama Hana menangis, entah itu air mata sungguhan atau palsu.

Mata papa dan Bara hanya berkaca-kaca, tidak sampai menangis. Andra tidak memperdulikan sekitar, ia sibuk dengan gadgetya. Sebenarnya ia tahu wajahku, tapi kenapa waktu di Email dia bilang tidak tahu? Mungkin lupa.

Aku Berangkat ke negri seberang, meninggalkan semua anggota keluarga dan tanah kelahiranku.

***

Hai gaes, ini cerita makin lama, makin gajelas ya?

Krisarnya ya

TaranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang