Seminggu lagi pengumuman tentang kelulusanku, aku harap keluarga ku menyempatkan hadir di acara graduation ini. Ini harapan, kalau pun yang hadir hanya kakak dan adikku saja juga tidak masalah atau kakek dan nenekku? Mereka kan juga masih keluargaku.
Hari ini jamkos disekolah pasalnya kami sudah menjalani ujian akhir semester, semua siswa memang di wajibkan masuk supaya ketika ada pengumuman mendadak kita bisa tau, gitu kata Miss Fania. Aku sekarang berada di kantin dengan Sean, ya cuma Sean. yang lainnya siswa dari berbagai negara. Aku ga suka aja akrab akrab nanti kalau di tinggal kan sakit, lagi pula aku juga punya sahabat yang lebih mengerti aku, buat apa kan nambah lagi?.
Setelah aku menyeruput es mocca yang aku beli 10 menitan tadi, aku bertanya pada Sean "Sean,udah ngabari kelurga? Wisuda kita dua minggu lagi?". Sean tersedak karena dia sedang menyeruput kopi dingin. Aku merasa bersalah sekali mengagetkannya. "apa? Ya tuhan, aku lupa" katanya sambil menepuk jidat.
"Huffttt ternyata kita samaan" aku meraup wajahku dengan kedua telapak tangan.
"Kamu itu yang meniru aku" kata Sean berpura-pura meninju lenganku.
"Hahaha"aku tertawa.Jam menujukkan pukul 10 pagi lewat 7 menit, bel pulang bergeming di seluruh penjuru sekolah. Tidak ada pengumuman hari ini, kami memutuskan pulang ke asrama.
- -
Tak terasa satu minggu telah berlalu, hari ini adalah hari pengumuman kelulusanku. Berangkat pagi-pagi bersama Sean berniat melihat daftar kelulusan di awal.
Kami pulang pergi naik sepeda federal, ya karena letak asrama sama sekolahan kami lumayan dekat sih hehe.
Aku dan Sean berlari masuk lorong sekolahan yang amat sepi, cepat-cepat setelah memakirkan sepeda kami, berhenti dan menatap monitor layar lebar putih besar didepan kami. melihat daftar nama 500 murid yang berjalan sendiri di layar tersebut. Dengan layar selebar itu tulisannya pun agak besaran, jadi mataku tidak perlu pakai kacamata min lagi.
Kami membaca nama siswa mulai dari bawah hingga atas, pasalnya agar tidak terlalu kaget. Lama sekali, aku capek melihat satu persatu nama. Nama teman-teman cukup sulit juga.
Mungkin sekitar lima menit berlalu, satu dua murid datang, ikut melihat daftar nama.
Aku kecewa namaku tidak terdaftar di urutan 300-500 siswa, Sean pun juga begitu. Kami tidak pantang menyerah terus-menerus mencari nama kami. Agak pesimis aku berfikir aku tidak lulus tahun ini, apa mungkin aku akan mengulang? toh namaku tidak terdaftar di urutan tersebut.
Seluruh koridor bergeming, sangat sepi. Hanya ada tujuh murid disini.
"Yeeeeee, Aku lulus Tara" suara Sean mengkagetkanku setengah mati, aku di peluk Sean, mendadak sekali memeluknya. Aku hampir kehabisan napas. Sean sangat terharu, matanya berkaca-kaca dan mulai meneteskan air mata. Itu air mata bahagia, aku tahu itu. Menyerap kata-kata Sean aku ikut bahagia, meski nama ku belum terlihat oleh mata.
Dua menit berlalu, sepuluh sebelas anak sudah datang. Fokus ke arah monitor raksasa, dengan wajah yang antusias.
"Oh iya kamu mana ya" Sean melepas pelukan dan mengusap air matanya, kembali melihat layar, membantuku mencari namaku.
"Urutan berapa kamu?" aku bertanya padanya.
"51" Sean menunjuk namanya di atas layar bercahaya itu.
"Bagus banget Sean" aku turut bangga dengan kemampuannya.
"Biasa aja ra duuh" jawab Sean malu-malu, menyikutku pura-pura.
Kami melanjutkan misi, yaitu mencari nama ku. terus berusaha mencari dan mencari di urutan 1-200 ini.
Mataku menyipit melihat daftar nama dibagian paling atas, agar samar. Terus mencari dan mencari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarana
ContoTarana vanesh, seorang remaja perempuan yang lugu dan baik. Kadang hatinya hancur kadang juga utuh. Ditinggal keluarga dan pilih kasih bukankah hal biasa? Tapi ini berbeda. "this...