.
Dengan rasa terpaksa Aku mengikuti apa yang disuruh oleh Ifan, lelaki menyebalkan sedunia. Masa, Aku dituduh piket hari selasa, sedangkan Aku piket hari Jum'at. Ahrg... benar benar gila dia. Gara gara dia Bu Yuni menyuruhku untuk menemani Ifan membuat biopori DiGreen House depan Lobby sekolah. Dia yang dihukum Kok aku yang diajak.
Aku pergi kebank sampah dibelakang Aula berdua dengan Ifan untuk mengambil Alat penggali tanah. Kurasa seluruh mata siswi menuju tajam kearahku. Hmm.. Aku sudah tahu sebabnya, sungguh hal yang tak terduga bisa berduaan dengan Primadona sekolah yang cukup banyak digemari kaum Milea disekolahku, jujur Aku merasa Risih diperhatikan seperti itu, aku merasa seperti orang yang punya banyak hutang.
"Nah! Bawa!" Ucap Ifan sambil menyodorkan Penggali tanah yang terbuat dari besi panjang berbentuk huruf T dan berekor besi yang melengkung seperti pengait.
"Loh? Kok Aku?" Aku menggerutu.
"Kamu disuruh juga!" dia nge-gas.
"ck" Aku mendengus dan mengambil Penggali tanah itu dengan merampasnya, Aku gak tau kalau penggali tanah itu berat dan Akhirnya Badanku terasa lebih ringan dan tubuhku mengikuti Arah Penggali tanah itu tumbang, untung saja Ada tembok Aula yang menopang tubuhku.
Aku membanting penggali tanah itu. Dan beruntungnya gak kena Kakinya.
"ihhh! Gada hukuman lain kah? Kamu sih, makan tadi gak ingat masuk kelas, ketahuan dihukumkan!? Gini sudah, Aku yang susah, Munyak betul Aku sama kamu tuh, Bikin repot aja" Aku mengomel.
Kulirik dia hanya tertawa kecil dan masih Asyik mengumpulkan daun daun kering yang ada dibank sampah.
Akhirnya Dia yang membawa penggali tanah itu beserta ember berisi daun kering. Aku mengikuti langkahnya dari belakang. Sesampai ditanah yang cukup berumput dia menaruh ember dan penggali tanah itu disandarkan tepi pohon, dia mengambil cangkul dekat pos dan mencangkul tanah itu, sedangkan aku? Aku hanya diam berdiri seperti mandor yang bertugas mengawasi Ifan mengerjakan hukumannya.
Kulihat Dia menmutar penggali tanah itu kedalam tanah dengan susah payah hingga meninggalkan lubang yang cukup dalam. Aku hanya Diam, entah mengapa perasaan bersalah menghinggapi otakku, beberapa pertanyaan timbul, kenapa Aku memarahinya tadi? Kenapa Aku diam saja melihatnya bekerja keras? Apakah aku terlalu kurang ajar mencaci makinya tadi? .. Aduh aku harus apa?.
Akhirnya Aku memutuskan untuk membantu Ifan memasukkan daun kering itu kedalam lubang, sedikit demi sedikit Daun masuk kedalam lubang dan tak sengaja Aku menoleh Kearah lobby, mataku memanas, Aku langsung Badmood dan ingin marah seketika. Aku langsung menghambur Isi ember dan menginjak injak daun kering itu. Aku sadar Ifan bingung melihat tingkah gilaku.
"cemburu, ya cemburu... Jangan terlalu ditampakin, kasian" ucapnya datar sambil mengumpulkan daun kering yang kuhambur.
"eh?!" Aku menoleh kearah Ifan yang berjongkok Didepanku. "cemburu! MATAMU!!siapa juga yang cemburu" sambungku.
"ga usah bote! Kamu cemburu"
"apan sih Fan?"
"ngeliat Anhar bawain tasnya Delia aja udah kayak orang ditinggal Nikah"
"gejelas, ngapain juga Aku cemburu?!" Aku mengerutu kesal.
"Ngapain ngarepin Anhar sih?"
"kamu kok tau Aku suka Anhar?" kutanya Ifan, Dia hanya Diam dan tersenyum menaikkan satu Alis kanannya. Dan Dia jadi ganteng.
"Akukan Dukun"
"Dukun beranak Kamu tuh!" ucapku kesal.
"Dukun cinta Aku." Ucapnya mengelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [SUDAH TERBIT]
Teen FictionTahun 2014 dimana tahun yang sangat berkesan bagi Nilma, tahun dimana gadis yang masih duduk dibangku Smp itu, menemukan seseorang yang membuatnya semangat sekolah dan belajar, dan bisa bercerita tentang hari-harinya bersama Ifan. Dimana Nilma yang...