7. Tentang Mereka Squad "Charming"

33 4 5
                                    

Gue percaya, suatu hal yang di bangun dengan kepercayaan dan cinta, nggak akan bisa di hancurkan gitu aja, tapi gue sadar, persepsi orang itu beda beda.

Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasanya, tak ada yang spesial, hanya ada yang mengganjal. Pukul tujuh kurang lima, Nabila belum juga berangkat, memang rasa rasanya tak mungkin jika Nabila berangkat.

Mereka bertiga merahasiakan kejadian itu dari warga kelasnya, mereka takut, itu akan menjadi gosip gosip yang tidak benar.

Namun saat jam tujuh tepat, mereka di kejutkan dengan datangnya Nabila, dengan senyum merekah, seperti tak ada apa apayang terjadi dengannya.

"Hai," sapa Nabila

"H..hai." mereka bertiga kaku untuk menjawab.

Nabila duduk di samping Desta dengan tenang dan tanpa dosa.

"Lo.. Kemarin kenapa?" tanya Desta

"Hah? Gue..." terlambat, bu guru sudah masuk ke kelas dan duduk tenang di tempatnya.

***

Bel istirahat berbunyi, semua anak anak berjalan keluar menuju kantin, mushala, dan sebagainya.

"Kok kalian nggak keluar? Kantin yuk, gue laper," ajak Nabila seraya berdiri namun Desta menariknya kembali untuk duduk.

"Kemarin lo kenapa?" tanya Desta

"Iya, lo kenapa si?" ucap Shafa

Nabila tampak gugup "Hah? Gue? Gue... Gue nggak kenapa kenapa kok, emangnya kemarin gue kenapa? Kemarin kan gue sakit, jadinya gue nggak berangkat,"

"Bohong," ucap mereka bertiga hampir serempak.

"Lo inget nggak waktu malem gue telponan sama lo? Gue denger suara laki laki sama kaya benda di pukul," ujar Shafa "Itu apa?"

"Ooh itu, gue lagi nyalain tv, biasa laah.. Sinetronnya ibu gue,"

"Trs kemarin kita ke rumah lo, kenapa rumah lo berantakan?" tanya Afin.

Nabila pucat "kalian... Ke rumah gue?" di susul anggukan mereka bertiga "rumah gue yang mana? Gue udah pindah rumah, hahaha..." Nabila tertawa.

Afin menyerngitkan alisnya "Apaan sih, nggak lucu.. Aneh banget tau nggak,"

***

Shafa merebahkan dirinya di atas kasur, lelah dengan Nabila, semuanya tampak baik baik aja tapi mendadak, semuanya tampak nggak ada yang baik.

Shafa membiarkan dirinya terlarut dalam nyamannya kasur itu, tak sadar kalau dia belum melepas sepatunya. Dia tak peduli, dia hanya ingin menenangkan pikirannya.

Baru beberapa menit, pintu kamarnya sudah di ketuk, "Shaf, ada kiriman tuh,"

"Kiriman apa sih Bu?" tanya Shafa jengkel.

Ibunya menaruh sebuah kotak di atas meja yang ada di dekat kasurnya. "Dari cowok lho, namanya Rai," bisik ibunya setengah menggoda.

"Rai? Sekarang orangnya mana?"

"Udah pulang, ibu bilang kamu lagi tidur," ucap Ibunya sambil ke luar kamar "ehem... Pacar?"

Shafa menyerngit "ha? Enggak kok bu... Biasa lah, fans,"

Ibunya tertawa dan menutup pintu kamar Shafa. Shafa pun beranjak untuk mengambil kotak tersebut lalu membukanya. Jus lemon? Shafa terkejut dengan isinya, ada sebuah surat berwarna.. Ungu? Shafa pun mengambilnya.

Lo cape ya? Minum dulu, orang bilang, jus lemon jus paling ampuh untuk nyembuhin cape.
Rai.

Shafa tersenyum geli, manis juga...lalu dengan cepat memukul kepalanya... Dia hanya teman sekelasnya! Hanya teman! Shafa terus menepuk nepuk kepalanya. Lo nggak boleh kepengaruh! Dia cuma orang sinting!

Shafa mengangkat gelas plastik yang berisi jus lemon itu sambil mengamatinya dalam dalam, takut takut kalau, Rai sudah meludahi atau memasukan hal hal berbahaya lainnya.

Bersambung....
MOHON MAAF APABILA ADA PIHAK YANG MERASA DIRUGIKAN. MAAF APABILA ADA KESAMAAN NAMA. INI HANYA FIKTIF BELAKA.

FOLLOW AND VOTE...

About EXSSEB "Friendship Will Be Endless"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang