8. Tentang Mereka Squad "Charming"

48 5 8
                                    

Gue tau, semua yang gue perjuangin nggak semestinya harus terbalas, tapi, yg lebih gue tau, semua yang gue relain, suatu hari nanti akan kembali.

Shafa melangkahkan kakinya menuju kedalam kelas, berjalan cepat ke arah bangku Rai dan menaruh jus lemon itu tepat di depannya.

"Gue nggak mau," ucap Shafa

"Loh, kenapa?" tanya Rai bingung.

"Pasti lo nggak ikhlas kan, pasti ada maunya, emangnya lo mau apa dari gue?"

Rai memutar matanya "Nggak usah geer deh lo jadi cewe, ngapain juga gue mau apa apa dari lo, emang lo punya apa?"

"Punya hati!" Shafa berbalik kesal dan melangkah ke arah bangkunya, lalu duduk dengan kasar. Dasar nggak berguna.

Jam 7 tepat, ketiga temannya belum juga berangkat. Karena khawatir, dia mengecek ponselnya.

Shaf, jangan masuk dulu, kita mau ke rumah Nabila.

Setelah membaca surat dari Afin, Shafa langsung bergegas keluar sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Mengendap endap seperti pencuri, dan akhirnya dia sampai di luar sekolah dengan selamat.Dengan uang sakunya, dia mencegat angkutan kota dan menuju ke rumah Nabila.

***

"Loh, kok cuma ada lo?" Tanya  Shafa kepada Afin "Desta mana?"

"Desta lagi pergi, katanya sebentar, tapi ini udah setengah jam dia belum balik juga,"

"Oooh..." Shafa mengangguk memgerti "Btw, ngapain kita disini sih? Nabila emang lagi di rumah?"

Afin mengangkat bahunya lalu menerawang ke arah rumah Nabila, masih sama seperti kali terakhir mereka liat. Tapi Afin yakin, Nabila ada di dalam.

"Kita masuk yuk," ajak Afin

"Gue takut, lo yakin ada Nabila di dalem? Gimana kalo nggak ada?"

"Ya makanya kita liat dulu, kayanya pintu rumahnya nggak di kunci deh, nanti kalo nggak ada Nabila. Kita balik aja," ujar Afin meyakinkan.

"Yaudah deh, gue ngikut lo aja," ucap Shafa.

Mereka berdua pun masuk kedalam rumah itu. Rumah yang tidak terlalu besar namun rumah tetangga lain sangat jauh keberadaannya dari rumah ini.

Ceklek, Afin mencoba membuka pintunya, benar saja. Sedang tidak di kunci. Mereka pun masuk ke dalam rumah itu, berantakan, seperti bukan rumah manusia.

Mereka ingat, pernah ke rumah ini dulu, mereka bahagia, bercanda tawa bersama, benar benar atmosphere yang sangat berbeda dari dahulu.

Mereka berjalan dengan sangat pelan dan hati hati, takut takut kalau ternyata ada orang di dalam rumah ini.

Psssshhh... Suara keran air menyala dari kamar mandi.

"Jangan jangan ada orang di kamar mandi," bisik Shafa.

"Masa sih?" tanya Afin.

Lalu mereka mendengar suara rintihan kesakitan, diiringi tangisan.

"Nabila? Itu suara Nabila," Ucap Afin lalu mencoba membuka pintu kamar mandi namun terkunci.

"Nabila? Lo nggak papa kan?" Afin mengeraskan suaranya agar bisa terdengar dari dalam.

"Nabila?!" seru Shafa.

Brak brak! Afin memukul pintu kamar mandi yang terbuat dari plastik tersebut. Brak brak brak! Shafa ikut membantu. Kenapa pintu nya begitu keras, mereka mencoba mendobraknya,pintunya tidak juga terbuka.

Afin mencari akal, dia melihat sebuah kayu di belakangnya, seperti kayu bekas kursi. Dia mengangkat kayu tersebut.

"Minggir Shaf," ucap Afin.

Afin mengambil ancang ancang "Nabila awas!!!" seru Afin. Lalu bruaaaaakkkk!!! Pintu itu jatuh mengenai bak mandi.
Nabila ada di sana, tergeletak lemas tak berdaya, di atas closet duduk, bajunya penuh darah, dan tangan kanannya memegang pisau.

Shafa menutup mulutnya tak percaya.

MOHON MAAF APABILA ADA PIHAK YANG MERASA DIRUGIKAN, INI HANYA FIKTIF. JANGAN LUPA FOLLOW, READ, AND VOTE.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About EXSSEB "Friendship Will Be Endless"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang