Dia Dinda. Seorang perempuan yang ramah cantik dan disenangi banyak orang, mempunyai 2 orang sahabat cowok yang juga sangat menyayanginya. Rizky dan Maxime. Dikelilingi 2 cowok yang tampan dan keren membuat sebagian kaum hawa merasa iri padanya. Bahkan banyak yang mengatakan persahabatan mereka adalah palsu. Bagaimana mungkin?
Ya, orang-orang berpikir. Tidak mungkin kedua sahabat cowok itu tidak mempunyai perasaan pada Dinda, pasti salah satu dari mereka atau bahkan keduanya pernah berebut untuk mendapatkan perhatian oleh gadis itu. Tidak tidak! Dinda merasa sejauh ini mereka tidak pernah bertingkah aneh atau sekedar memberi perhatian lebih padanya, semuanya sama saja. Baik Rizky maupun Maxime seperti menganggap Dinda benar-benar adik.
Tidak sampai disitu, ada banyak orang yang menyayangkan kalau saja Dinda juga benar-benar tidak mempunyai perasaan pada salah satunya tentu saja dia termasuk gadis yang bodoh dan juga rugi. Dikelilingi cowok tampan tanpa ada perasaan spesial dari Rizky atau Maxime.
-
Tapi hari ini berbeda dengan tingkah Maxime, sebenarnya bukan cuma hari ini, tapi beberapa bulan terakhir Maxime yang dulunya sama saja dengan tingkah Rizky yang apa adanya sekarang dirinya lebih sensitif dan juga penyayang, ia akan melakukan yang terbaik agar Dinda terus merasa nyaman disisinya.
Begitu juga dengan tingkah yang lain. Sejak kemarin Rizky tidak banyak memberi waktu untuk kedua sahabatnya itu, dia sibuk dalam perkuliahan dan juga organisasi kampus. Terpaksa untuk menjaga pertemanan itu tetap nyaman Maxime dan Dinda malah sering menghabiskan waktu berdua.
"Lo tau gak? Sebenarnya hari ini gue juga gak bisa jemput lo." kata Maxime yang masih melajukan kendaraan roda empat itu dengan sangat santai. Sementara Dinda berkerut dahi lantas menatap Maxime tidak mengerti.
"Why?" tanya Dinda.
"Yaa, ada yang pengen gue pergi. Dan ini tuh penting banget." kata Maxime.
"Ha? Kenapa gak bilang sih? Seharusnya gue pakai taksi aja pulangnya. Sorry deh gue ngerepotin lo." lirih Dinda. Benar-benar gadis itu merasa tak enak akan kejujuran Maxime sekarang ini.
"Bukan. Se-penting pentingnya hal itu, lebih penting persahabatan kita. Gue mau kalau lo terus merasa nyaman disisi gue atau juga Rizky." kata Maxime yang berusaha membuat Dinda kembali santai.
Heran. Dinda terdiam dengan tingkah Maxime. Hari ini lagi dan lagi Maxime membuat dirinya banyak berpikir. Apa yang disembunyikan pemuda itu sampai membuat ia terus saja di spesialkan.
"Malah makin gak enak gue, kalau lo kayak gini." ucap Dinda.
"Astaga Din. Itu juga yang mau gue pergi, gak pasti buat hidup gue nyaman. Lo tau gak apa yang paling buat gue nyaman sekarang?"
"Apa emang?"
"Lo Rizky dan persahabatan ini." kata Maxime lantas tersenyum tipis.
Dinda menghela napas lantas ikut tersenyum. Benar-benar merasa aneh ketika Maxime malah terang-terangan mengatakan kalau dirinya sangat nyaman akan persahabatan mereka. Bukannya sama saja? Kalau dia dan juga Rizky terkadang malah membuat cowok itu sedikit risih. Apapun itu, Dinda hanya bersyukur semua candaan ia untuk Maxime dapat diterima begitu saja tanpa merasa terluka atau tidak nyaman.
"Yaudah deh, terserah lo. Yang pasti gue gak mau kalau lo seperti ini karna lo ada apa-apa." kata Dinda.
Deg! Sekarang Maxime yang merasa aneh, apa ini akan menyakiti Dinda nanti jika tiba saatnya cowok itu akan pergi?
![](https://img.wattpad.com/cover/149285031-288-kad31e3.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Terakhir Sahabat.
Cerita Pendekjust cerpen gak ada deskripsi. baca aja langsung.