Bifano 3

103 6 2
                                    

Hati gue udah digantung sama lo!
--Fano Pradipta Yasa--

"Lo?!" Bianca langsung berteriak histeris. Membuat cowok itu cengengesan gak jelas.

"Apa kabar?" Tanya cowok itu santai. Bianca masih tidak percaya apakah ini mimpi? Tentu saja bukan.

"Baik." Jawabnya tenang tanpa beban.

"Mau ngapain lo kesini?" Tanya bian to the point.

"Gue mau bilang sesuatu." Ucapnya sedikit gugup.

"Ck. Langsung aja deh gue gak mau buang buang waktu nih." Ucapnya acuh tak acuh.

"Gue pengen kita balikan." Ucapnya tegas layaknya seorang lelaki.

"Balikan? Balikan noh sama bok surti."

"Gue gak bercanda bi."

"Gue juga nggak tuh... Udah kan? Silahkan pulang bapak Yuda Yang saya takuti dan saya benci."

"Lo gak mau balikan sama gue?"

"Perlu gue jawab pak?"

Yuda hanya bisa berdecak pelan. Ia sudah memprediksi semua ini pasti akan berjalan kasar seperti tadi.

"Beri gue kesempatan bi."

"Gak usah maksa. Dia gak mau!"

Pandangan Bianca dan Yuda langsung terfokus pada sumber suara.
Siapa lagi coba? pasti udah ketebak kan! Gak mungkin satpam komplek gak mungkin pak RT pasti si Fano.

"Lo pacar Bian?" Tanya Yuda.

Dua duanya sama sama diam membisu. Fano takut membuat Bianca nyaman akan ucapannya padahalmah bianca nyamah biasa biasa aja.

"Udah kan Da? Gue capek mau istirahat lo bisa pulang." Ucap Bianca sopan dengan unsur pengusiran.

Yuda hanya bisa pasrah kesempatan nya untuk mendapatkan cewek yang paling dia cinta musnah. Setelah dia pamit dan dibalas anggukan oleh Bianca Yuda langsung membawa pergi jauh Mobil merah miliknya.

"Lo juga gak mau pulang?"

"Lo ngusir gue?

"Cihh yaudah pergi sonoh."

"Ishh gue mau ajak lo jalan."

"Ogah."

Masya allah untung cewek. Batin Fano.

"Gak tau balas budi banget sih lo. Udah di tolongin juga."

"Dih. Udah pulang sono. Gue masih ngusir secara halus nih."

Fano hanya bisa berdecak pasrah. Sangat sulit mengajak cewek ini jalan. Beda sama mantan mantan nya dulu yang sangat sangat dan lebih dari sangat mudah.

"Yaudah pacar pulang dulu jangan kangen, Dosa. Biar setan aja."

***

Pagi sekali Bianca datang karena kewajibannya sebagai ketua osis juga memang karena dia sudah terbiasa datang pagi.

Masih pagi saja sudah ada masalah di kelas XI IPS 1 sebagai ketua osis memang kewajibannya untuk melerai agar tidak bertambah panjang.

"Apa apaan sih?!" Suaranya yang lantang dan tegas membuat kegiatan itu berhenti, iya kegiatan yang sangat sangat tidak berfaedah itu. Sorot mata tajam Bianca mampu melerai semuanya. Memang tidak salah bu rita memilihnya sebagai ketua osis. Dan untung masih pagi jadi belum banyak siswa yang datang.

"Nanda! Ikut gue ke RO (Ruang Osis)!"
Ucap Bian saat melihat yang berkelahi ternyata Nanda dan..Fano!.

Mereka berdua jalan beriringan. Nanda terpaksa menyelesaikan semuanya. Ia pergi dengan tatapan benci pada Fano.

Ketua osis vs the most brandal boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang