Chapter 6 (Hukuman 2)

18 6 0
                                    

POV Rara.

"Kenapa lo terima gitu aja hukumannya? Kalo gini kan gue sama lo jadi di hukum bareng." gerutu Rara saat di perjalanan menuju kamar mandi.

"Karena gue mau mempersingkat waktu." Rara yang mendengar jawaban singkat Dava hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Setelah mereka sampai di kamar mandi, mereka segera mengambil alat kebersihan yang dibutuhkan. Dava langsung mengambil sikat dan Rara mengambil ember air untuk mengguyur nanti.

"Wipolnya mana ya?"

"Tuh, di pojok." jawab Dava ketus.

Ketika Rara hendak mengambil Wipol yang berada di pojok kamar mandi, ia tidak melihat kalau lantainya licin. Ia terpeleset dan "bruk." Dava berhasil menangkapnya.

Beberapa menit setelah mata mereka bertemu, muncul siluet wanita dari cahaya arah pintu.

Brak

"Ohh, jadi gini kelakuan kamu di belakang aku?" Dava langsung membantu Rara berdiri dan melihat sosok pacarnya sudah berada diambang pintu. Yah, Vida namanya. Dava berlari mengejar Vida untuk memberi penjelasan.

"Sayang, sayang, dengerin penjelasan aku dulu."

"Yang kamu liat tadi, itu nggak seperti yang kamu pikirin sayang." Dava menarik tangan Vida dan mereka berdua berhenti.

"Terus tadi artinya apa?"

"Pakek ada acara di kamar mandi segala. Apakah yang seperti itu buat aku nggak cemburu?"

Dava menghela napas panjang. "Tadi aku sama dia di hukum suruh bersihin kamar mandi, sayang, terus tadi dia mau jatuh, terus aku tolongin, udah gitu aja, nggak ada niat macem-macem."

"Tapi tetep aja, dia tuu pelakor."

"Neng, kalo punya mulut di jaga bisa nggak? Jan ngatain orang sembarangan kalo nggak tau yang sebenernya terjadi." Dava berbalik dan mendapati Rara yang menyahut perkataan Vida itu. Rara kemudian melirik kelas dan name tag cewek posesif itu. Terdapat di sana nama Tsalvida dan kelas X.

"Sorry ya dek, tadi gue nggak sengaja. Kalo gue tau, gue mau jatuh, gue akan lindungi diri gue sendiri, dan ogah banget gue di lindungi sama cowok tengil ini." jelas Rara.

Vida yang mendengar penjelasan Rara, tidak menggubrisnya dan langsung berbalik meninggalkan Rara dan Dava. Dava sebenarnya ingin mengejar Vida, tapi tangannya ditahan oleh Rara. "Lepasin tangan gue!!"

"Nggak! Enak aja, gue giniin lo, karena lo masih punya hukuman. Jangan asal main lari aja."

"Tapi cewek gue lebih penting, Ra."

"Yah itu sih, terserah lo. Kalo lo mau gue laporin ke pak Bono, terus hukuman lo di tambah, bukan salah gue yaw." Dava menghela napas kasar. Mau tidak mau, dia harus menuruti Rara, agar hukumannya tidak ditambah. Mereka kembali mengerjakan hukuman mereka agar cepat selesai.

Kriiinnngg

"Udah dulu lah Dav, gue mau istirahat." Rara bangkit dari posisi awalnya. Dava iseng dan menciprati Rara dengan air sabun beberapa kali.

"Aww, Dava!! Mata gue perih." Rara mengusap-usap matanya yang terkena air sabun.

"So-sorry Ra, gue becanda."

"Becanda lo nggak lucu tau nggak?"

"Ya sorry, sini gue tiupin." Dava mendekatkan mulutnya ke mata Rara. "Aduhh kenapa jantung gue deg-deg-an gini?"

Tiba-tiba Manda, teman sekelas Vida, tidak sengaja lewat dan melihat keromantisan Rara dan Dava di kamar mandi. "Lahh, itu kan pacarnya Vida. Kok malah berduaan sama cewek lain sih?"

"Gue foto aja lah, terus gue kasihin ke Vida." lanjutnya dengan suara lirih.

Rara mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merasa matanya tidak seperih tadi. Manda langsung lari saat melihat Rara akan berlalu keluar.


Horee, karena kita updatenya nggantung, kita double update gaes. So, happy reading:)
Budayakan voment yaw:v

OUR STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang