Enam : Terlintas

17 0 1
                                    

"Elu sih, emosian mulu . Rasain dah sekarang , Karel orangnya ngambekan loh" Ucap Almira menakuti Keya.

"Ih gimana dong, Verel siapa lagi ah " Sunggut Keya yang mulai merasa tak enak pada Karel

"Ya itusih derita lo ya, gue nggak ikut ikutan deh" Ketus Almira yang ikit kesal kepada Keya

Almira pun hanya berlalu meninggalkan Keya dengan dahi yg berlipat.

"Bodoamat nanti aja pusing ah" putus Keya yg sudah tidak peduli.

  ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Eh Ke, udah buat puisi yg kemarin disuruh sama bu Ningsih belum?" ucap Nadila seraya mengguncang tubuhku yang sedang terlungkup.

Pertanyaan Nadila menarikku kembali ke alam sadar,padahal sedikit lagi aku akan bertemu idolaku,huh dasar Nadila.

"Apaan?" jawabku tak bersahabat seraya mengerutkan dahi memberi sinyal tah suka pada Nadila.

"Buset marah mulu,lo pasti udah kan bikin puisi?. Nah sekarang bikinin yg gue dong paling bentar doang kan,ya Ke??"

"Ish bikin sendiri napa,gue ngantuk bat sumpah " jawabku,masih dengan raut tak bersahabat

"Yaelah Ke pelit amat bantuin temen apa salahnya sih itung itung ibadah Ke bagi bagi ilmu, elu sih kalo ngajarin bawaannya mau nelen orang mulu " ujar Nadila yang masih mencoba merayuku.

"Bawel bgt sumpah, sana pilih aja puisi yg di notes hp gue nih nih " sunggutku kesal, sedangkan Nadila langsung menyambut dengan penuh suka .

Sambil menunggu Nadila memilih dan menyalin Puisi karyaku akupun menopang dagu teringat kejadian kemarin, aku membuat Karel marah.

Seraya menatap Karel yang sedang serius dengan ponsel di hadapannya, Aku mulai memikirkan bagaimana caranya meminta maaf padanya, karena jujur aku merasa sangat tak enak hati padanya.

Tiba tiba saja aku berinisiatif men- datangi Karel dengan entah apa yang ada di fikiranku entahlah aku rasa aku sudah kehilangan kesadaranku saat itu.

"Maaf ya Rel maaf, gue ga sengaja tau "
Ucapku setelah memberanikan diri.

"Apaan,ngapain lo disini sana balik ke meja lu ganggu aja " Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

" Ya kan gue minta maaf, sewot bener dah lu" ujarku dengan ketus.

"Sumpah ya, elu yang salah tapi elu yang ngegas hebat bener dah " sinisnya menanggapi ucapanku tadi .

" Ya gimana elu sih sok sokan gak mau maafin liat ya Tuhan aja mau tuh maafin kesalahan umatnya yang Astaghfirullah, lah elu siapa sok sokan kagak mau maapin orang " ucapku yang sedang kesal dibuatnya.

" Yaudah iya gue maafin sana pergi ngeselin banget deh " ketusnya masih dengan menatap ponselnya.

Aku bersumpah kata kata ketus yang di ucapkannya benar benar berhasil membuat moodku semakin memburuk apalagi wajah tak pedulinya yang membuatku sangat ingin menancapkan kuku kuku indahku ke pipi mulusnya itu tidak lupa ditambah dengan dia yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya saat berbicara denganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang