BAB 3

27 2 0
                                    

NEXT!!!!!!!!!!!!!!!!!!

“ dengar ! aku tidak memanfaatkan kesedihanmu, keterpurukanmu saat itu Brin. Aku- “

            “ aku tau kau tulus dari nuranimu. Dan tolong jangan pernah melakukan apapun yang dikatakan Jem padamu. Biarkan aku yang mencari kebahagiaanku Jas. Aku tidak ingin semua perkataan Jem menjadi beban untukmu. Aku belum bisa bergerak dari ruang yang sudah kami buat meskipun semua perlahan-lahan retak Jas. Aku perlahan-lahan terkadang membangunnya kembali. Berusaha menguatkan sebisaku. Aku tidak ingin dia pergi”kata Brinka dengan tenang.

            “ aku tidak ingin aku melukaimu Jas. kau sudah memiliki tunangan. Dan kau sudah memiliki kebahagiaan. Pergi dan tempuh itu. biar aku disini meratapi hidupku. Aku tidak butuh bantuan darimu. Anggaplah kasarnya begitu” kata Brinka lagi. Perkataan Brinka seperti pisau yang menusuk hati Jas perlahan. Jadi tindakannya selama ini tidak ada arttinya sama sekali pagi perempuan yang perlahan sudah dicintainya itu.

            “ kenapa kau begitu ingin berdiri lama diatas kesedihanmu? Sementara sudah seharusnya semenjak banyak kesempatan padamu kau harusnya memanfaatkannya. Bangkit. Apapun itu. harusnya kau bisa Brin. Aku kira kau gadis kuat. Ternyata kau hanya memakai topeng paslu ketegaran?” kata Jas. dia ingin menampar Brinka agar gadis yang masih dibius dengan masa lalunya itu terbangun.

            “ kata siapa aku kuat? Di dunia ini tidak ada gadis yang kuat ketika mengetahui cinta dan persaannya pernah hancur. Sekali terpuruk, meskipun bangkit luka ini terlihat nyata meski sudah ditutup kebahagiaan baru.” Brinka menatap Jas tajam.

            “dengar Brinka. Kau harus pergi dari masa lalumu. Jem bukan memin-“

            “ kau tidak tau apa yang di inginkan Jem! kau mengarang semuanya! iyakan! Kau pura-pura bertemu dengannya di mimpimu! Sengaja memperdengarkannya padaku!! Agar aku percaya begitu saja? Hahhh..tidak Jas! aku bukan perempuan lugu seperti yang kau bayangkan! “kata Brinka dengan lantang.

            “ oh begitu! Kalau aku mengarang pertemuanku dengan Jem, bagaimana denganmu yang setiap hari bercerita denganku jika Jem mendatangimu, memelukmu, menemuimu di mimpimu setiam malam minggu?! Apa itu tidak mengarang?! Kau lebih kejam membuat scenario kehidupan nyata ini Brinka! Kau! Jem sedih dan tak pernah tenang melihat gadisnya keras, egois seperti ini!”

            “ harusnya kau tau! balas budi yang di inginkan Jem hanya kau menginginkanmu bahagia! BAHAGIA! Melepas semuanya perlahan! Bukan seperti katamu menguatkan! membangun kembali semuanya! kau tidak akan pernah membangkitkan dia yang sudah pergi jauh darimu Brinka! Sadar!” kata Jas sambil memegang bahunya. Mengguncangnya agar gadis rapuh itu sadar. Brinka menangis tak bersuara. Dia menahan sesak dadanya.

            “ Pergi! Aku tidak membutuhkanmu! Meskipun Jem mengingingkan kau yang jadi pelindungku, bukan berarti kau berhak memasuki hatiku Jas! bukan!!!!” teriak Brinka kemudian tersungkur di tanah. Jas menatap Brinka yang kini seperti orang bersujud di hadapannya.

            “ brinka…” kata Jas lirih. Harusnya ini menjadi akhir liburan indah. Bukan liburan tragis seperti ini.

            “ pergi!” kata Brinka yang kelihatannya semakin lelah. Jas tidak bergeming dari tempatnya. Akhirnya Brinka berdiri, memilih lebih baik dirinya yang pergi dari hadapan Jas.

_

            Dia membenamkan dirinya dibalik selimut tebal yang kini menyelimuti dirinya. Ditenggelamkan dirinya berusaha menutup telinganya. Dia tidak ingin mendengar apapun dari sekitarnya. Dia terfokus pada dirinya, pada hatinya. Kejadian tadi masih terngiang di pikirannya, ketika Jas meneriakinya mengatakannya seorang gadis yang keras? Gadis yang egois?. Air matanya lanjut mengalir ke pipinya. Kalau memang itu yang sebenarnya di titipkan Jem, kenapa jem tidak pernah memberikan dan mengatakannya kepada dirinya? Kenapa saat mereka bertemu malah Jem menambah rindunya. Isak tangisnya makin menjadi. Diraihnya ponselnya kemudian mengetikan SMS kepada bosnya jika dia mengundur jam pulangnya ke Indonesia. Dia meminta waktu tenggat seminggu lagi berada di kota itu.

_

            Sedari tadi yang dia dengar adalah samar-samar isak tangis. Di satu sisi dirinya ingin menenangkan memeluk gadis itu, meradakan air matanya yang membuat hati si gadis kopi itu rapuh. Dia semakin terasa tersiksa. Maafkan aku jem. maafkan aku..sepertinya aku menyerah.

_

            Dua bulan kemudian…

            Setelah kejadian itu semuanya berjalan seperti biasa tapi situasi terasa kaku. Jika mereka ditugaskan berdua untuk menyelidiki tempat kejadian perkara, Brinka lebih memilih untuk  mengendarai mobil sendiri ketimbang harus satu mobil dengan Jas. Seperti hari ini misalnya, mereka dipaksa oleh atasan mereka untuk menyelidiki kasus kecelakaan yang terjadi di daerah Nagoya. Brinka segera mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan Jas yang tampak berpikir lama.

            “ kami sudah menyelidiki kasus-kasus sebelumnya. Menurut kalian apa perlu kita menaruh CCTV di daerah ini?” tanya Sarah kepada Brinka dan Jas.

            “ aku rasa kita harus melakukan itu.” kata Jas.

            “ memangnya kau sudah yakin jika kasus ini ada sangkut pautnya dengan kasus sebelumnya sarah?”tanya Brinka. Sarah menatap Jas meminta penjelasan.

            “ Jas tidak mengatakan kepadamu tentang semua penyelidikan yang sudah kami lakukan sebelumnya?” Sarah memandang mereka bergantian.

            “ baiklah. ada baiknya aku membiarkan kalian berdiskusi berdua saja. Aku yakin Jas bisa membantumu. Permisi” Brinka dengan cepat melangkah meninggalkan mereka.

            Sarah yang menangkap sesuatu yang janggal antara Jas dan Brinka segera mencecarnya dengan tatapan ingin tahu lebih. Jas yang mengerti dengan apa yang di inginkan Sarah, akhirnya dia menyeret gadis itu masuk ke dalam mobil untuk menjelaskan semuanya.

            Sementara di sisi lain, di balik mobil hitam ford, Brinka menatap dua orang yang saling bertautan di lengan. Dia kemudian mendesis melihat pemandangannya.

            “ kau mau membuatku hancur Jem? dia sudah memiliki tunangan dan kini dia dekat dengan teman satu kantor ku juga. Omong kosong apa ini.” kata Brinka segera menekan gas mobil nya dan mengitari jalanan yang lumayan rame sore itu.

My Coffee GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang