Prolog

9.1K 586 22
                                    

Warning : typo bertebaran, alur maju mundur, gaje, dramatis.

Harap vote sebelum membaca 😊.

Prolog.

Seorang pria paruh baya dan gadis kecil berjalan menelusuri gelapnya malam di kota besar itu. Mereka terus berjalan beriringan. Gadis kecil itu membawa sebuah boneka beruang kecil dengan warna biru. Sedangkan pria paruh baya itu membawa satu tas ransel di pundaknya.

Pria bersurai pink tua itu mengenggam tangan gadis kecil yang bersurai sama merah muda.

"Tou-chan, kita mau kemana?" tanya gadis kecil itu polos.

Pria yang dipanggil 'tou-chan' itu menatap wajah gadis yang berada di sampingnya. Membungkukkan badannya untuk menggendong gadis itu.

"Memangnya kenapa? Kau lelah?" tanyanya lembut.

Gadis kecil itu menggeleng.
"Tidak tou-chan, caku tidak lelah. Tapi caku tidak tau kita mau kemana. Memangnya kita mau kemana tou-chan?" tanya nya lagi.

Pria itu terkekeh pelan. Ia langsung mengecup kening gadis itu.
"Kau akan tau nanti." jawabnya.

Gadis itu menggembungkan pipinya. Itu sangat terlihat lucu bagi pria itu.
"Ihhh... Tou-chan main tebak-tebakan... Caku tidak suka... " ujarnya kesal.

Pria itu hanya tertawa dan terus berjalan. Ia tidak menjawab pertanyaan putrinya itu. Gadis kecil itu pun semakin lama semakin mengantuk, ia menyenderkan tubuhnya pada tubuh dang ayah. Mengalungkan tangannya di leher tegas sang ayah dan mulai terbuai dengan mimpi-mimpi yang menyambutnya.

***

Setelah lama berjalan, pria itu berhenti di depan gedung tua yang gelap dan dingin. Menarik nafasnya lalu mulai memasuki gedung itu perlahan.

Ia menggoyangkan tubuh putrinya yang kini terlelap itu sedikit kencang.

"Sakura. Sakura!! Bangun. Kita sudah sampai." ucapnya sambil berjongkok.

Sakura mengerjapkan matanya, ia menatap sekelilingnya sayu.
"Kita dimana tou-chan?" tanyanya serak.

"Kita sudah sampai saku... Turunlah, duduk disini" ucapnya sambil menurunkan tas ransel yang ia bawa di samping sakura.

Sakura menuruti perkataan ayahnya, ia duduk dengan perlahan. Ia masih bingung dan kesadarannya belum terkumpul penuh.

"Kenapa kita dicini tou-chan? Dicini gelap cekali." gumannya takut. Ia meraih tangan ayahnya dan memeluknya erat, menyembunyikan wajahnya di tangan sang ayah.

Sang ayah hanya tersenyum kecil.
"Disini adalah tempat teraman untukmu Saku." ujarnya.

Sakura menyeringit tak mengerti.
"Aman? Memangnya kenapa dicini aman? Justlu dicini celam, caku takut." ujarnya lirih.

Sang ayah mengusap lembut kepala Sakura. Mencoba memberikan pengertian.
"Kau akan mengerti jika kau sudah dewasa. Sekarang duduklah dengan tenang." ucapnya.

Sakura menurut dan mencoba duduk dengan tenang walaupun kini bulu kuduknya berdiri.

"sakura... kau tunggu di sini. tou-san pergi sebentar untuk menjemput nii-san mu. jangan kemana-mana." lanjut sang ayah.

Sakura menggeleng cepat, ia langsung meraih tangan ayahnya dan menggenggamnya erat.
"tou-chan... jangan tinggalkan caku di cini cendili... caku takut..." ucapnya lirih. Kini matanya pun sudah berkaca-kaca.

woundsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang