RINAI SALJU DI BEIJING

46 9 0
                                    

Di antara rinai salju,
terselip rindu yang menggebu,
tercurah cinta yang membara.
Di antara rinai salju
kenangan itu seakan luruh dan membeku.

Liliana menutup jendela apartemen yang ditempatinya. Apartemen itu berdiri menjulang di tengah kota Shanghai, China. Angin musim dingin yang berembus dan membelai sampai ke pori-pori terdalam kulit mematahkan pengembaraannya. Namun Lili tidak lekas beranjak begitu saja dari sana. Gadis bermata bulat itu tetap berdiri mematung memandangi latar kota yang sudah dihiasi dengan gemerlap cahaya dan kilauan lampu di tepi sungai Huangpu yang terbentang jauh di kegelapan.

Aliran sungai Huangpu yang berada di tengah kota membelah Shanghai menjadi dua bagian yakni timur dan barat. Bagian timur merupakan sisi kota yang modern sementara bagian barat kota adalah old town. Lili sendiri menetap di bagian timur kota Shanghai. Bukan karena sisi kotanya yang modern yang membuatnya ingin menetap di sana, tapi pekerjaanlah yang menuntutnya.

Namun jauh di lubuk hatinya Lili sangat merindukan tempat tinggalnya sewaktu ia masih menetap di Beijing. Kota dengan rinai saljunya yang menawan. Kota yang menyisakan kenangan di hati Lili.

Lili menghela napas berat lalu mengembuskannya ke udara. Oh, Beijing. Kenapa masih saja ia merindukan kota tersebut? Ataukah bukan kotanya yang ia rindukan melainkan seseorang yang dulu pernah mengisi hari-harinya kala ia masih menetap di sana? Ah, tidak. Dia buru-buru menepis sesosok siluet yang membayang di pelupuk matanya. Dia tidak boleh merindukan siluet itu. Dan mungkin sebaiknya ia menyusul adiknya untuk tidur. Iya, mungkin itu cara satu-satunya supaya angannya tidak lagi mengembara ke kota Beijing.

Dalam satu tarikan tangan, Lili menutup tirai jendela yang masih terbuka lalu ia segera beranjak menuju kamar. Meski ia tidak tahu apakah malam ini ia akan tidur nyenyak atau malah terjaga sepanjang malam, entahlah!

●●●

Setiap hari selama satu minggu Lili terus menerus dilanda kerinduan yang semakin menggebu akan kota Beijing. Bahkan bukan cuma itu saja, kenangan bersama Dewa pun seakan ingin ikut menyiksa batinnya. Meski ia sudah berusaha meyakinkan dirinya bahwa belum tentu Dewa juga merindukannya, namun tetap saja rasa rindu itu singgah di hatinya. Mungkinkah ia dilanda karma karena sudah menyakiti hati Dewa?

"Kak, mungkin sebaiknya kita kembali saja ke Beijing," usul Anne, adik dari Lili, ketika dia melihat Lili kembali berdiri termenung di dekat jendela yang sama.

"Itu juga yang sedang Kakak pikirkan, An. Kakak merasa jiwa Kakak sepenuhnya berada di sana. Kakak merindukan Beijing, An," ujar Lili sambil terisak.

Anne meraih Lili ke dalam pelukannya, "Anne mengerti perasaan Kakak. Besok kita kembali ke sana ya , Kak."

Lili mengangguk. Tekadnya pun sudah bulat. Dia akan kembali ke Beijing.

Perjalanan Shanghai-Beijing yang harusnya memakan waktu lima jam dengan menggunakan speed train atau kereta cepat, kini harus rela ditempuh dalam waktu kurang lebih enam jam. Hal itu dikarenakan salju yang sedang turun dengan deras di sepanjang perjalanan, membuat laju kereta sedikit terhambat.

Lili melayangkan pandangan keluar jendela kereta. Rinai salju yang semakin tebal menjadi latar yang memanjakan mata dan membuat seluruh pemandangan menjadi putih bersih di beberapa tempat yang dilalui kereta.

Namun entah kenapa Lili merasa seperti de javu. Angannya pun kembali menerawang ke masa itu, masa di mana cintanya luruh bersama derasnya rinai salju yang jatuh ke bumi Beijing.

●●●

"The Summer Palace" atau "Yihe Yuan"dalam Bahasa Indonesia lebih sering disebut sebagai "Istana Musim Panas", menjadi tujuan Liliana di sore yang bersalju itu. Busana musim dingin membalut tubuh mungilnya. Senyum pun senantiasa menghias bibir gadis berwajah oriental itu. Tak heran, karena dia hendak bersua dengan kekasihnya yang pasti sudah lama menunggu. Dan benar saja, lelaki bertubuh jangkung itu sudah berdiri di atas jembatan sembari memandangi danau buatan atau Kunming Lake yang pada saat itu sedang membeku dan ditutupi putihnya salju.

RINAI SALJU DI BEIJINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang