Malam ini kulihat banyak bintang, mungkin awan memberi kesempatan untuknya bersinar. Dengan cerah keunguan yang jernih menjalar ke selatan. Amat indah langit malam ini.
Dibawahnya, Aku bersimpuh di padang luas rerumputan, tidak ada pepohonan disini, hanya rumput ilalang sejauh mataku memandang. Ilalang yang terus bergoyang disapu angin malam.
Sejenak Ku istirahatkan tubuhku yang lelah kala senja tadi. Kuraba rumput kuning yang ada disekitarku, oh, sungguh suatu nikmat kehidupan. Sudah lama kiranya aku tidak merebahkan tubuh ini.Tiba-tiba Aku terhenti kala Aku teringat Wanita itu. Wanita yang sempat mengusir kelabu hari-hari Ku. Wanita yang sempat memperindah senja Ku.
Mungkin Aku rindu. Sudah amat lama Aku tidak berbicara dengan nya. Mungkin Aku rindu. Sudah amat lama Aku tidak melepas gelak tawa Ku dengan nya. Tidak ada sesuatu yang kusembunyikan ketika berdua dengannya. Semuanya seakan bebas, nampak dan lepas.Aku tersadar. Ku rasakan air dari mataku membasahi pipi kanan Ku, menggenang di telapak tanganku yang terlentang dibawah pipiku. Air itu memantulkan cahaya jutaan bintang dilangit malam yang ada di atasku. Kusapu air itu dengan perlahan, sembari menutup mataku. "Ah, malam mulai larut. Tapi tak ada bulan diatas sana." Batinku. Tapi Aku tidak bisa tidur dengan lelap, seakan ada yang menahan mataku untuk terpejam.
Pandangan Ku kabur terhalang letih. Kulihat dengan temaram, kabut putih datang kesekelilingku. Kabut itu menggemakan cahaya bintang diatasnya, seperti awan yang disinari. Lalu merambat disela sela rerumputan.
Ku coba untuk memejamkan mataku sekali lagi. Aku tak mampu!Kurasakan batinku teramat sakit, sesak rasanya dada ini. Dengan tersengal aku mencoba bernafas, aku seakan tercekik. Mengapa semua terasa sulit. Aku mulai menangis, tangisan yang dipenuhi dengan kegelisahan. Namun tangisan ini tidak mampu membuatku damai. Aku berteriak dengan rintihan tangisanku. Tersedu sedan dengan penuh isakan dalam. Menggeliat tubuhku ditanah dingin itu, merusak dan mencabut rerumputan dibawahku.
Teriak ku menggaung mengusik tenangnya malam. Teriakkan yang menghabiskan nafas dan suara. Aku terisak menahan sakit Ku.
Rintihan dalam batin Ku berkata. "Ah, kenapa Engkau pergi disaat puncak kebahagiaan.. disaat merekah merah dengan segarnya.. tahukah Engkau betapa perihnya ketika Engkau cabut dari tanah subur hatiku.. Oh Bunga Ku.."Akan begini Aku sepanjang malam, dimalam yang bercahaya keunguan. Menahan sakitnya kerinduan. Wahai Bunga, Aku disini. Di tanah lapang rumput pendek tanpa pegunungan. Ditemani jutaan kemilau bintang warna warni tanpa Bulan. Oh Bunga, Engkau akan menemukanku di kelilingi kabut putih gema cahaya bintang, yang merambat disela ilalang. Oh Bunga, Aku berbaring dipadang hamparan. Oh Bunga, ditanah mana sekarang Engkau bersarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hamparan Rasa
Random"Hidup memiliki banyak cerita yang menarik untuk direnungi. Cerita itu sangat indah untuk diingat kembali dimasa yang akan datang, ketika hujan barangkali, walaupun banyak dari cerita itu menyimpan rasa sakit yang mendalam, tapi tetap saja kita akan...