Kudengar disana suara langkah kaki yang seakan begitu berat, hingga aku tau jika urat urat kaki nya bergetar. Sepertinya dari arah Barat, dari arah matahari terbenam.
Kulihat amat pelan langkahnya. Sesekali ia terbungkuk bungkuk sambil tangannya mengais-ngais ke dalam angin, mengharap tumpuan agarnya tidak jatuh.
Kurasa nafasnya seakan tak mampu lagi untuk kembali, amat sesak dan berat, seperti bunyi kayu tua dimusim timur.
Kunalar lelaki itu berjalan dari tempat yang jauh, dari sumber air dimana sungai-sungai yang memantulkan gelora jingga berada. Semua itu terlihat dari pakaian nya yang sering dipakai penduduk desa itu.
Kulihat kala ia berjalan, bayangan raganya menutupi cahaya keemasan senja. Sekejap ilalang-ilalang itu menjadi gelap tertutup kelebat jubahnya yang putih, melambai-lambai diterpa angin senja dari Barat seakan menyambut dari perpisahan yang amat lama.
Kurasa ia melihat hamparan savana yang amat luas membentang ditanah ini. Namun, kemegahan itu tidak membuatnya terhenti. Kembali ia berusaha melangkahkan kaki menuju tujuan dengan segala kekuatannya yang tersisa.
Mungkin dia berpegang pada aksara yang didengarnya "Hasil keringat tidak pernah meninggalkan".
Aku terkagum, diujung sana nampaklah tebing yang menjorok ke samudera luas. Diatasnya kulihat tanahnya yang gundul, tak terlihat rerumputan sedikitpun. Seakan enggan, seakan menghormati perasaan dalam yang bersemayam ditanah nya.
"Ah, begitu lama sudah waktu itu, dan kau masih ada disana" ucapnya dengan rekahan bahagia.
Dengan pelan ia menuju sebuah kursi tua yang menghadap samudera luas, kursi itu agak panjang nampaknya.
Tangan tua nya menggenggam kursi itu dengan perasaan yang amat dalam, tak tersadar, berkilauan air mata kerinduan berlinang membasahi dagunya yang renta.
Ia duduki kursi itu sambil memejamkan mata dengan bersahaja.
Dirasakannya semilir angin senja dari samudera melewati sela sela rambutnya yang putih, terasa dingin.
Diciumnya aroma luas samudra bercampur bau padang savana dibelakangnya.
Ditariknya nafas dalam dalam sambil merasakan ketenangan dan kedamaian.
"Oh, sudah lama sekali.."
Di depan, terbentang samudera luas. Sebentar lagi matahari tenggelam seakan kedalamnya.
Disanalah lelaki tua itu berada. Duduk diatas kursi panjang diujung tebing tinggi daratan menuju samudera. Dikala senja dimana mentari ingin pulang kerumahnya. Dimana ombak menderu dengan perkasa. Merasakan indah kenangan bersama orang tercinta yang telah tiada. Orang yang selalu bersusah payah hanya untuk kebahagiaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hamparan Rasa
Random"Hidup memiliki banyak cerita yang menarik untuk direnungi. Cerita itu sangat indah untuk diingat kembali dimasa yang akan datang, ketika hujan barangkali, walaupun banyak dari cerita itu menyimpan rasa sakit yang mendalam, tapi tetap saja kita akan...