01

134 7 4
                                    

"Dalam menghadapi masalah, jangan menjadi bagian dari masalah tersebut, tapi kita harus menjadi bagian dari solusi"

⛅⛅

Davin?! Milly?!" ucap Queen setengah menjerit, tak percaya dengan pemandangan menjijikan di depan matanya.

Nggak disangka tapi nyata. Kejadian ini cukup menjadi bukti, dua orang yang mempunyai arti penting dalam hidup Queen tega berkhianat. Kompakan!

Davin, cowok yang hampir tiga tahun menyandang status sebagai pacar Queen, wajahnya seketika memucat saat kepergok sedang berbuat yang tak pantas dilakukan dengan Milly.

"Queen?" Bibir Davin komat-kamit, bingung cari alasan untuk mengelak.

Mata Queen memerah. Dadanya terasa sesak, ingin menangis. Tapi, Queen berusaha menahannya. Ingin berteriak sekencang-kencangnya, namun terasa tercekik.

Tahan...Tahan, Queen. Kontrol emosi lo...
Queen mati-matian menenangkan sisi lain dirinya.

"Jadi,ini yang kalian lakukan dibelakang gue?!"

Milly menarik bedcover untuk menutupi tubuhnya saat Davin turun dari tempat tidur. Ekspresi ketakutan tersirat di wajahnya.

Queen menatap Milly yang ditatap sama sekali nggak berani membalas.

"Aku bisa jelasin semuanya,Queen. Ini semua nggak seperti yang kamu kira. Kamu salah paham," jelas Davin.

"Apa?! udah ketangkap basah masih bisa bilang salah paham?!" Queen geleng-geleng saat mendengar alasan Davin.

"Salah paham? kamu bilang salah paham?!" cewek berparas cantik itu, Queen, masih ditempat semula. Berdiri di ambang pintu dengan hati teriris.

Bresss!

Hujan di luar semakin deras, ditambah gemuruh petir. Suara hujan terdengar jelas saat tak lagi ada suara di antara mereka bertiga. Keheningan tercipta.

Queen kembali menatap Milly yang masih terdiam. Wajah Milly semakin menunduk sambil memeluk bedcover begitu mata mereka bertemu.

"Bener, Mil, yang barusan gue lihat salah paham?" Mata Queen berkabut. Nggak sanggup lagi ditahan, setetes air membsahi pipinya. "Apa salah gue, Mil? Kenapa lo tega ngelakuin semua ini ke gue?"

Milly tetap membisu, membuat Queen semakin kesal. "Milly, apa ini yang namanya sahabat?!" Ingin sekali Queen menjambak rambut sekalian menonjok dan mencakar wajah Milly sampai nggak berbentuk.

"Queen...,sayang..." Davin mencoba memberi penjelasan dengan mendekati Queen.

Plakk!

Tamparan panas tepat mengenai wajah Davin. "Masih berani lo panggil gue sayang?!"

"Please! dengerin penjelasan aku dulu," kata Davin sambil mendekat ke Queen. Saat hampir menyentuh bahu Queen, tangan David buru-buru ditepis. Queen mundur selangkah.

"Don't touch me! mulai detik ini, lo bukan lagi siapa-siapa gue! Dan lo, Milly, thanks. Karena lo, gue jadi tau apa arti 'sahabat'."

"Queen...," panggil Davin dan Milly berbarengan.
Queen tersenyum kecut, lalu menyeka air mata. "Gue harap, ini terakhir kalinya gue lihat muka lo berdua!"
Secepat mungkin Queen pergi meninggalkan kos Milly, tak peduli masih hujan. Dia berlari menuju mobil, nggak sanggup berlama-lama ditempat itu. Dalam hati, Queen berjanji, cukup hari ini menginjakkan kaki di kos Milly.

Cuaca enggan bersahabat dengan cewek berambut ikal itu. Hujan semakin deras, membuat pandangannya nggak jelas karena menangis. Ditambah kabut di luar kaca mobil, semakin mempersulit penglihatan Queen.

Karena tidak kuat, mobil ditepikan di pinggir jalan, lalu di matikan. Queen segera menelungkupkan wajah di atas setir mobil, lalu menangis sejadi-jadinya. Rasanya benar-benar sakit.

Selama ini, Davin dianggap Queen sebagai cowok baik-baik,perhatian,romantis, dan selama hampir tiga tahun ini berhasil meyakinkannya bahwa tidak ada lagi cowok sebaik Davin. Nyatanya yang terjadi, Davin telah selingkuh, bahkan dengan sahabatnya sendiri. Milly juga kelewatan. Seperti di dunia ini kekurangan cowok, sampai-sampai cowok sahabatnya diembat.

"kenapa harus Davin,Mil....?" ratap Queen. Orang yang selama ini mendapat tempat spesial di hatinya tiba-tiba mengkhianatinya.

"Davin berarti selama ini kamu bohongin aku!" teriak Queen. Setir mobil kena sasaran gebuk Queen. "Milly,gue benci sama lo! pengkhianat!

***

Setelah beberapa saat meluapkan emosi, Queen mengatur napas, berusaha untuk berpikir jernih. "Tenang, Queen...,tenang..."

Perlahan, Queen mengingat ulang semua kejadian ke belakang. Bermula sehabis membeli DVD di Plaza Senayan, seperti ada yang memberi petunjuk. Hujan,karena hujan pula, membuatnya malas langsung pulang. Lagi pula, semenjak Queen dan Milly beda kampus, jarang banget mereka bertemu atau ngumpul bareng kayak dulu saat masih satu sekolah. Queen sibuk dengan hoby baru-nya, foto-foto. Milly juga sibuk dengan tugas kuliahnya. Namun siapa sangka, di belakang Queen, Milly justru sibuk jalan sama Davin. Apalagi, Davin dan Milly satu kampus.

"Bodohnya, aku sama sekali nggak terpikir sampai sejauh itu" batin Queen

"Thanks, God." Setelah dirasa cukup tenang, Queen kembali mengemudikan mobilnya dengan perlahan.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang