Chapter 4

6.9K 535 55
                                    

"Apa yang kau lakukan sih?! Kenapa kau sampai sakit segala?" ucap Sakura dengan ketus pada seorang lelaki berambut pirang jabrik yang duduk dihadapannya.

Lelaki berambut pirang jabrik itu hanya tersenyum dan tidak mempedulikan sahabatnya yang sedang terlihat jengkel. Ia meringis dan berkata, "Sahabat macam apa kau ini? Padahal aku sedang sakit, seharusnya ucapkan 'Semoga cepat sembuh' atau kalimat yang semacam itu, dong."

Sakura meringis menghadapi sahabat pirangnya. Sikapnya memang berlebihan, namun ia merasa sebal karena ia terpaksa menghadapi situasi yang canggung karena pria itu tidak masuk kerja kemarin.

"Berkat kau tidak masuk kerja kemarin, aku terpaksa membawa si laki-laki aneh yang kuceritakan waktu itu ke rumahku."

Naruto, si lelaki pirang jabrik itu, meminum kopi nya dan meneguknya sebelum meletakkan cangkirnya di atas meja. Hubungan pertemanannya dengan Sakura benar-benar akrab hingga mereka bercerita apa saja, termasuk mengenai lelaki aneh yang mendadak menghampiri meja Sakura di restoran.

"Maksudmu si teme?"

Sakura mengernyitkan dahi, "Teme? Siapa?"

"Kau sedang membahas Sasuke, kan?" Naruto balik bertanya.

Sakura meringis mendengar ucapan Naruto. Berani sekali lelaki itu menyebut boss nya sendiri dengan sebutan 'teme'. Apakah lelaki itu benar-benar benci dengan boss nya? Tapi kenapa lelaki itu masih tetap mau bekerja di perusahaan itu?

"Kau menyebutnya 'teme'? Bagaimana kalau dia tahu? Nanti kau dipecat."

"Dia memang tahu, kok. Bahkan dia juga memanggilku 'dobe'. Itu panggilan sejak kecil."

Sakura benar-benar terkejut dengan ucapan Naruto. Ia tak mengira kalau Naruto ternyata memiliki hubungan yang sangat dekat dengan CEO perusahaannya. Pantas saja lelaki itu bisa dengan mudah membuat Sakura mendapat pekerjaan di perusahaan ini dengan jabatan dan gaji yang lebih besar dari perusahaan sebelumnya.

"Ya ampun. Kau tahu, semalam dia mabuk setelah lomba minum dengan Yamato-buchou. Akhirnya aku terpaksa membawa dia pulang, soalnya alamat rumah yang tertera di kartu identitasnya ternyata apartemen. Untung saja orang tuaku tidak berani marah padaku setelah tahu lelaki yang kubawa pulang adalah bossku."

Naruto menatap Sakura dengan tatapan tidak percaya. Ia sudah mengenal Sasuke selama dua puluh tahun dan ia cukup mengenal Sasuke meskipun lelaki itu cenderung pendiam dan dingin. Lelaki itu tak pernah mabuk sebelumnya dan tampaknya tak begitu menyukai alkohol. Ia terkejut mendengar lelaki itu bisa mabuk.

"Mabuk? Bagaimana mungkin? Selama aku mengenalnya, dia hampir tidak pernah minum lebih dari segelas alkohol."

Sakura menggelengkan kepala, "Aku juga tidak tahu. Yamato-buchou memintaku menemaninya minum dan mendadak temanmu itu menawarkan untuk menggantikanku."

Naruto tersenyum tipis. Entah kenapa ia merasa senang setiap kali ia mengetahui Sasuke menunjukkan kehangatan hatinya. Lelaki itu adalah orang yang dingin, namun sebetulnya lelaki itu adalah orang yang perhatian meski tak ingin menunjukkannya secara terang-terangan.

"Kurasa itu caranya menunjukkan perhatian padamu."

Sakura hampir menyemburkan minuman yang akan ditelannya tepat di depan wajah Naruto. Pada akhirnya ia tersedak dan terbatuk-batuk hingga membuat Naruto mengkhawatirkannya. Rasanya sungguh sulit dipercaya, untuk apa lelaki yang baru mengenalnya satu hari mempedulikannya?

.

.

"Kau tidak berniat menikah, Sasuke-kun?"

Symphony of Autumn (Sasuke x Sakura)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang