2. [DEE]

15 3 0
                                    

   Malam ini, Dee sedang menunggu Biru tertidur. Biru takut tidur sendirian jika kedua orangtuanya tidak berada di rumah. Meski Dee juga mengantuk karena saat ini pulul 22.00 tepat, Dee tetap melakukannya untuk Biru. Karena dunia Dee adalah tentang Biru. Setelah kejadian 'retaknya hati Dee' satu bulan lalu, semuanya berjalan baik-baik saja. Dee mencobanya seperti itu. Padahal ia tahu kalau persahabatan yang dianggap murni oleh Biru, sudah tercampur dengan rasa cinta. Namun Dee tak mau pusing-pusing memikirkannya. Sekiranya hal itu baik untuk Biru kedepannya, semua akan dilakukan Dee meski itu mengorbankan perasaan Dee sendiri. Benar kata Kendru, cinta itu bukin orang bodoh dan tidak bisa berfikir realistis.

"Dee?" Suara serak Biru memanggil Dee yang sedang duduk di meja belajar Biru.

"Iya, Bi?" Jawab Dee lembut.

"Kamu masih disitu, kan, Dee?" Biru memastikan Dee masih berada dalam kamarnya. Entah akan jadi apa ia malam ini tanpa Dee di kamarnya. Mungkin Biru akan tidur subuh-subuh.

Dee menatap Biru, "Iya. Sampai Bi tidur nanti, Dee disini," Dee tersenyum pada Biru yang tidak melihatnya.

"Dee, bawa iPod nggak?"

Dee mencari-cari iPodnya yang tertumpuk buku-buku Biru yang acakadul, lantas tersenyum sendiri ketika menemukannya. iPod ini pemberian dari Biru dan Dru yang patungan saat Dee berulang tahun ke-12, "Bawa, nih, Bi." Tukas Dee.

"Lagu Leaving on a Jet Plane, dong, Dee," Pinta Biru.

Dee tersenyum kecil nan tipis. Ada bagian dalam hatinya yang senang karena sedikit dari diri Biru yang Dee kenal tidak berubah seiring berjalannya waktu. Saat rilisnya lagu Leaving on a Jet Plane yang di nyanyikan oleh Chantal Kreviazuk sebagai soundtrack film Armageddon puluhan tahun lalu, Dee, Dru dan Biru kecil langsung mencintai lagu dari pertama kali mereka mendengarnya. Bahkan tidak berubah sampai sekarang. Ketika malam minggu datang dan masing-masing dari mereka tiada kerjaan, Dee, Dru dan Biru memutar lagu itu keras-keras sambil memakan pizza dan bermain monopoli. Masa-masa yang menyenangkan sebelum mereka beranjak dewasa.

Beberapa menit setelah lagu Leaving on a Jet Plane diputar, sudah terdengar dengkuran halus dari mulut Biru. Dee coba merekam momen ini. Jendela yang terbuka, lagu Leaving on a Jet Plane mengalun pelan, bau kamar Biru yang khas, dan juga dengkuran halus dari mulut seseorang. Dee coba memasukkan memori ini ke dalam otaknya. Dee selalu merekam saat-saat yang  menurutnya menimbulkan kebahagiaan.

Karena kebosanan tidak melakukan apapun selain menyenandungkan lagu Leaving on a Jet Plane, Dee mengambil secarik kertas dari buku tulis Biru. Lantas ia menulis semua hal tentang Biru, perasaanya pada Biru, unek-unek yang selama ini disembunyikan dari Biru. Sebenarnya Dee benci menulis. Hasil tulisan Dee selalu jelek meski dibenahi seperti apapun. Kadang, Dee merasa muak dengan segala hal dalam dirinya. Setiap beribadah ia selalu bertanya-tanya, kenapa ia tidak dilahirkan sebagai Hangkara saja? Kenapa harus menjadi Delusi dan segala kekurangannya?

Dee tertidur pulas setelah ia menulis hal tentang Biru. Dee tertidur di meja belajar Biru dengan tangannya yang menggenggam secarik kertas.

                                   **

Dru memutuskan mendatangi rumah Biru untuk menjemput Dee, "Dee! Dee!" Panggilnya dalam rumah Biru.

Bi Lastri-pembantu rumah tangga Biru- yang terkaget karena Dru datang dengan berteriak pun mendatangi Dru, "Mas Dru? Cari mbak Dee, ya?"

Dru mengangguk, "Iya, bi. Dee kemana? Tadi izin ke rumah Biru sebentar tapi kok sudah tengah malam masih belum pulang juga," Jelas Dru.

"Di atas mas Dru. Di kamarnya Den Biru. Nunggu Den Biru tidur kayaknya. Mas Dru langsung ke atas saja."

Dru mengucapkan terimakasih sambil berjalan mendatangi kamar Biru.

Dru mengetuk kamar Biru pelan, "Dee pulang, dicari bunda."

Tidak ada sahutan dari Dee. Dru coba mengetuk pintu lebih keras lagi, "Dee, pulang!"

Masih hening yang menyambut Dru. Ia yang tak sabaran lagi karena menunggu terlalu lama, mengedor-gedor pintu kamar Biru, "Dee, masyaAllah! Pulang, Dee! Bunda nyari!"

"Dee! Dee! Delusi!" Seru Dru lantang.

Dee yang tengah tertidur pulas otomatis berjingit mendengar suara Dru memanggilnya. Dee segera berlari keluar dari kamar Biru setelah membenarkan letak selimut Biru. Dee pulang bersama Dru yang sudah ngoceh tak karuan.

Dee lupa, ia pulang tanpa membawa kertasnya.

Imaji, DeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang