2. " Give It to Me. "

138 20 2
                                    

Suran

" Kalian berdua, ikut saya ke ruang guru! "

Perintah itu memang sudah biasa untukku dan Yoongi, namun kali ini terdengar begitu menyedihkan karena yang memerintah adalah seorang guru yang baru saja mengajar di kelas kami.

" Terimakasih atas undangannya. " ucap Yoongi sambil tersenyum dingin.

Singkat cerita, kami menghadap ke ruang guru untuk menerima hukuman berupa soal matematika esay yang berjumlah tujuh puluh lima nomer. Ya, tujuh puluh lima nomer, dan itu harus di kumpulkan dua hari lagi.

Aku tak menyangka jika guru setampan dia bisa memberikan hukuman semenyeramkan ini.

Aku yang tak begitu membenci matematika, dengan berat hati masih bisa menerima soal ini. Namun beda halnya bagi Yoongi, sang pencari faedah. Saat ini tampang coolnya tengah diselimuti kabut suram nan beracun.

" Yoongi. Wajahmu suram sekali. "
" Ya.. Inilah kehidupan. " dia menjawabnya tanpa ekspresi, lengkap dengan nada sedatar papan tulis.
" Apa perlu ku antar pulang? "
" Tenang saja, otakku masih bekerja dengan normal. " jawabnya sambil melangkah pulang.
" Ya! Yoongi! " aku menemukan sebuah keganjilan.
" Wae?! " ia menoleh dengan gaya sok cool andalannya.
" Kau mau kemana? "
" Pulang. "
" Kau masih waras kan? "
" Ya pastinya. "
" Bukannya kau biasa pulang lewat sana? " aku menunjuk ke jalan yang ada di samping kananku.
" Oh iya. " ia berjalan menuju ke arah jalan yang ku tunjuk.
" Aish.. Yoongi. "
" Kenapa lagi?! "
" Kau mau jalan kaki? "
" Hn. "
" Apa kau lupa jika jarak rumahmu itu hampir sepuluh kilometer?! "
" Oh iya, berarti aku harus naik bus. "

Beginilah parahnya Yoongi jika dimabuk matematika. Aku takut jika dia gagal pulang ke rumah karena otaknya yang sedang blank itu.

Ketika bus tujuannya datang, aku pun ikut naik lalu duduk tepat di sampingnya.

" Kenapa kau naik bus ini? " Yoongi bertanya tanpa memandang ke arahku.
" Untuk memastikan jika kau benar pulang ke rumah. "
" Kau berlebihan. "
" Sikap linglungmu itu yang justru berlebihan, ppabo! "

Bus telah sampai, dari sini kami cukup berjalan kaki sedikit lagi untuk sampai di kediamannya.

" Kenapa kau terus mengikutiku?! " tanya Yoongi dengan dahi berkerut kesal.
" Untuk memastikanmu sampai ke rumah. "
" Aku sudah tak apa apa. "
" Buktinya? "
" Oh.. Kau ingin bukti. Satu tambah satu, dua. Dua tambah dua, empat. Tiga tambah tiga, enam. " ia menghitung lengkap dengan gerakan jari. Inilah saat yang paling aku suka, ketika sosok dinginnya berubah jadi semanis gulali.
" Hahaa.. Kau menghitung seperti anak umur tujuh tahun. " ledekku. Yoongi tak bergeming, namun bisa dilihat dari raut wajahnya jika ia tengah menahan kesal yang bercampur malu.

Langkah kami berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah yang tergolong mewah. Tangan kanan Yoongi bergerak menekan bel. Tak lama kemudian keluarlah sang adik yang berwajah tampan nan menggemaskan.

 Tak lama kemudian keluarlah sang adik yang berwajah tampan nan menggemaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Love [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang