Part : 02

1.4K 27 7
                                    

"Maksud lo apa nonjok pipi gue hah?" tanya Anggi setengah berteriak seraya menatap Bagas, kesal.

Kebetulan di jam pertama di kelas Anggi belum ada guru yang masuk, dan juga sama sekali tidak ada guru yang melewati kelasnya sehingga tidak dapat melihat kehebohan di kelas Anggi.

"Nis, Bagas tuh. Kok tadi aku dengar dia nyebut nama kamu, ya," ucap wanita yang berada tak jauh dari kerimunan, tepatnya di kelas yang sama dengan perdebatan saat ini. Tempat duduknya bersebelahan dengan Nisa, dan sekarang posisi mereka jadi berdiri, mencoba kepo melihat ke arah perdebatan kedua laki-laki di kelasnya yang tertutup oleh gerumbulan siswa-siswi yang menyaksikan.

"Serius, kamu?" tanya Nisa meyakinkan. Wanita di sampingnya menganggukan kepala. Nisa mencoba mendekat. Bertepatan dengan suara heboh yang mulai semakin menarik pandangan orang lain, termasuk Nisa dan temannya. Di lihatnya Anggi dan Bagas sudah saling berkelahi, saling memukul ke arah wajah, menabrak bangku demi bangku di sekitarnya. Penghuni kelas yang melihatnya seakan terbawa suasana, mereka bersorak dan menonton perkelahian Bagas dan Anggi.

"Nisa milik gue!!" teriak Bagas di sela pukulannya ke Anggi.

"Nisa sukanya ke gue, bego!!" Anggi berteriak tidak kalah keras. Perkelahian anak SMP hanya karena Meributkan satu wanita yang diincarnya, ada-ada saja, pikir Nisa yang saat ini menggeleng-gelengkan kepala. Memangnya enak jadi sorotan mata banyak orang ketika yang berkelahi menyebutkan nama dirinya lalu semua pasang mata tertuju langsung kepada Nisa? Ini justru membuatnya malu.

Sementara itu Anggi berusaha bertahan dari hantaman Bagas yang mulai hendak memukulnya lagi. Anggi berhasil meraih tangan Bagas yang melayang, sehingga kemudian dia putarkan tangan Bagas ke belakang.

"Tuhkan, gue benar Nis. Mereka berkelahi karena kamu," ucap teman Nisa yang masih setia berdiri di sampingnya.

"Apaan si, kok jadi aku? Terus aku harus gimana sekarang? Kamu aja deh yang pisahin mereka!"

Teman Nisa mengangkatkan bahu, ogah.

Nisa menelan ludah. Mesti gimana lagi? Semua orang meliriknya tak jelas, membuat dia risi. Wanita itu kemudian berjalan menghampiri Anggi dan Bagas. Dia masih memasang wajah kesal. Melihat Nisa mendekat ke arahnya, Anggi dan Bagas seolah terhipnotis. Mereka memberhentikan perkelahiannya.

"Nis, dia yang mulai!" lapor Anggi duluan, membuat Bagas yang mendengarnya langsung menoyor kepala Anggi.

"Apaan, lo yang mancing!"

"Lah, lo yang duluan kesini, buat apa coba? Kalau lo gak—"

"Anggi stop!" teriak Nisa, napasnya mulai naik turun. Dia merasa malu terhadap teman-teman sekelasnya. Meski merasa diperebutkan, itu tidak membuatnya bangga diri.

"Nis—"

"Bagas," lirih Nisa memotong ucapan Bagas.

Bagas diam.

"Kalau mau berkelahi, di luar sana! Di lapangan! Biar ketahuan sama banyak guru, terus kalian tenar di sekolah. Terus berhasil membuat nama baikku tercoreng oleh kalian. Mau!?" tegas Nisa, membuat Anggi dan Bagas merasa seram sekaligus merasa lucu melihat gadis imut yang membentak mereka. Gadis itu terkesan tengah berusaha marah, tetapi dipandang lucu dan semakin menggemaskan oleh Anggi dan Bagas.

"Dia marah atau apa?" lirih Bagas menyenggol Anggi.

"Kebelet boker! Bego!"

****

Setelah dua hari dari perkelahian sekaligus perdebatan itu, Anggi dan Bagas sama-sama tidak diperbolehkan Nisa untuk bertemu dengannya. Mereka dihukum sampai hari minggu untuk tidak menemui Nisa ataupun mengajaknya ngobrol.

Seiring waktu berjalan, hukuman itu akhirnya sudah selesai. Besok adalah hari Senin, itu berarti Anggi dan Bagas sudah bebas dari hukuman Nisa.

Malam ini, Anggi berpikir bagaimana caranya agar bisa menarik hati Nisa lebih dulu kebanding Bagas. Setelah sebelumnya banyak berpikir, ia kemudian menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Tersenyum setelah ia mendapati sebuah ide. Dia berpikir besok dia akan mengajak Nisa makan berdua, kemudian segera meminta Nisa untuk jadi pacarnya. Wow!

Selang beberapa menit setelah berkhayal untuk rencananya besok. Perlahan, senyuman itu memudar. Anggi kini memikirkan bagaimana ia bisa memiliki banyak uang untuk menteraktir Nisa sekaligus mempersiapkan segalanya? Dia sebelumnya berpikir akan memberi boneka beruang besar untuk Nisa. Seperti di kebanyakan action romantis di film kebanyakan. Tetapi, kini dia berpikir bagaimana untuk bisa membelinya sementara ia tidak punya simpanan uang banyak?

"Hm, Raihan! Bocil itu kan rajin nabung!" gumam Anggi lalu menyeringai.

To be continued...

_______________

Baca terus kelanjutannya yah😙

Salam 😉

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang