WITH YOU

339 24 6
                                    

Kyuhyun POV


Hanya dengan keberadaannya bisa membuat hati lebih tenang adalah sebuah keajaiban. Seperti menemukan potongan puzzle yang hilang. Terasa lengkap hanya dengan melihatnya bernafas, terasa istimewa hanya dengan melihatnya tersenyum karenamu, terasa semi sepanjang waktu hanya dengan mendengar suaranya. Hal yang bisa di sebut kebahagiaan hakiki.

Dan sekarang aku sedang merasakannya. Segala lelah menguap ketika pandang kami bertemu. Kegelisahan terkikis dalam peluk hangatnya. Dan sentuhannya membuatku hidup kembali. Rasa syukur seolah tak cukup mengingat sekarang dia akan menjadi milikku seutuhnya.

"Oppa... kau baik-baik saja?" Aku tersenyum menatap mata bulatnya yang tampak khawatir. "Daritadi kau melamun terus. Aku kan sedang berbicara."

Kakinya di silangkan begitu juga tangan di depan dadanya. Bibirnya mengerucut membuatku ingin menciumnya. Aku menghela nafas mengingat pikiran burukku yang menurutku tidak terlalu buruk.

"Aku mendengarkanmu."

"Bohong."

"Kau tidak percaya padaku?" Aku memasang ekspresi terluka membuatnya mendecih.

"Jadi apa yang tadi aku bicarakan?"

Mataku menyipit seolah berpikir. "Emmhhh... jadi..." Ku lirik dia yang tampak serius mendengarkan. "Kau bingung memilih tempat untuk foto pre-wedding kita kan?"

"Woahh.. tidak salah jika kakek sangat menyukaimu."

Aku tertawa mendengarnya. "Aku sudah menemukan tempat. Bagaimana jika di Bali? Sekalian kita liburan?"

"Bali? Umh... tidak buruk. Tapi aku sudah pernah ke sana beberapa kali untuk pemotretan. Aku ingin ke tempat yang lain."

"Jakarta?"

"Boleh. Tapi mereka bilang kota itu sangat padat. Macet dimana-mana. Dan panas. Kau yakin?"

"Lalu kau ingin dimana?"

"Huft, entahlah. Karena itu tadi aku bilang aku bingung."

Ku pijat pelipisku yang rasanya sedikit berdenyut. Apa yang mereka bilang tentang menghadapi wanita itu terkadang menyusahkan memang benar, meski aku sudah sering kali berhadapan dengan situasi yang mirip tetap saja aku masih tidak bisa menghindarinya.

"Ya sudah kita ke Bali saja. Kau kan pemotretan tidak jalan-jalan."

Dia tampak berpikir sebelum menganggukkan kepala. Untung saja wanitaku tidak terlalu keras kepala dalam hal seperti ini. Ku acak rambutnya pelan untuk mendapatkan tatapan kesalnya yang seringkali ku rindukan. Sebenarnya semua hal yang berkaitan dengannnya selalu berhasil menghadirkan candu akan hadirnya dan aku menyukainya.


***


"Pemandangannya indah," ujarnya begitu kami memasuki kamar. Dari sini memang bisa di lihat sawah yang membentang hijau. Membentuk garis batas antara bumi dan langit di kejauhan.

"Kau suka?"

Dia menganggukkan kepalanya dengan keras, seperti anak kecil yang terlalu bersemangat.

"Sebaiknya kau istirahat. Nanti malam kita akan berjalan-jalan sebentar lalu besok kita akan pemotretan."

Tidak ada jawaban yang ku dapatkan sampai aku mendongakkan kepala dan menemukan tatapannya yang memandangku secara intens. Aku mengernyitkan dahi dan memiringkan kepala sebagai tanda untuk bertanya ada apa tanpa suara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

About UsWhere stories live. Discover now