Yang Terakhir

957 126 12
                                    

"Jungkook,"

Jimin menyisirkan pandangannya pada gundukan tanah yang diselimuti oleh rerumputan hijau di hadapannya, "Selamat ulang tahun."

"Aku membawa Bunga Krisan Kuning yang indah untukmu."

Ia menaruh sebucket besar Bunga Krisan Kuning ke atas rerumputan itu, menggeserkannya tepat ke samping nisan adiknya. "Aku juga membawa keikhlasannya."

Jimin jatuh terduduk di sana. Ia meremas pahanya karena isakan sialan yang hendak tergumam, "Kau bertambah dewasa."

"Aku benci kenyataan bahwa tinggimu yang bahkan melebihiku."

"Padahal, kita makan makanan yang sama, juga minum susu bersama - sama. Aku yang lebih tua darimu. Tapi, kenapa malah kau yang lebih tinggi?"

Jimin terkekeh hambar. Tidak akan ada lagi kata manis di dalam hidupnya. Tidak akan ada. Karena, pemanis hidup Jimin telah pergi meninggalkannya sendirian.

Pergi meninggalkannya, walaupun waktu itu Jimin dengan sepenuh hati menantinya untuk kembali mengerjapkan mata.

"Aku menunggumu untuk bangun. Tapi, te-tetapi,"

"Kau malah memutuskan untuk tetap tertidur dan meninggalkan aku."

Pria itu mengelus rerumputan makam adiknya, "Apa kau sedang merayakan pesta ulang tahunmu di sana?"

"Maaf, aku tidak bisa memasakkanmu sup rumput lautnya. Padahal hari ini adalah hari istimewa untukmu dan juga untukku."

Jimin terisak, air matanya tumpah ruah membanjiri wajahnya. "Keparat sekali kau, Kook. Merayakan pesta ulang tahunmu tanpa aku."

"Jadi...," Jimin menghapus air matanya yang meleleh turun, "Apakah pestanya sangat menyenangkan?"

"Apakah kau sudah merasa bahagia?" [*]

 
  
   Selesai.


 
  
«Senyum Palsu yang Terakhir»

Senyum Palsu yang TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang