Part 4

17 5 1
                                    

Cuaca hari ini cukup tidak mendukung, hujan deras dengan petir, dan angin yang cukup kencang membuat Boy dan Cantika terpaksa berangkat ke sekolah menggunakan mobil pribadi dan Boy yang menyetir, sementara Cantika duduk di kursi sebelah kursi supir.

Cantika berharap kalau tragedi membersihkan kooridor sekolah tidak terulang lagi, karena hujan yang cukup deras ini membuat jalan menuju sekolah dipadati dengan mobil-mobil sehingga membuat kemacetan.

"Bang awas itu lampu merahh", Cantika yang sedang memainkan ponsel nya dikejutkan karena Boy ingin menerobos lampu merah. "Ettt, astaghfirullah, gak liat gue", Boy langsung menginjak rem agar tidak menerobos lampu merah tersebut.

Sudah hampir 15 menit mereka berjalan di bawah deras nya hujan, walau sebenar nya naik mobil sih gak jalan. Akhir nya mereka sampai di sekolah. Untung saja hari ini mereka tidak datang terlambat seperti kemarin.

"Bentar ya Can, gue cariin payung dulu", Boy keluar mobil dan melangkah menuju bagasi untuk mencarikan payung. "Emmm Can, lo bawa payung gak?, gue rasa payung nya lupa gue masukin barusan", tanya Boy ke Cantika

"Ya gila sii, boro-boro gue bawa payung. Masa gak ada sih bang?, coba cari lagi bener-bener, siapa tau keselip", Cantika mulai panik karena tidak mungkin saja dia datang ke kelas dengan keadaan baju lepek karena gak pake payung. Cantika pun ikut membantu mencarikan payung di bagian tegah mobil, walau hanya meraba-raba dengan tangan dari kursi depan. Tetapi sama saja, Cantika tidak menemukan payung tersebut.

Tiba-tiba ada seseorang mengetok jendela mobil Cantika. Cantika tidak bisa melihat siapa orang yang mengetok jendela mobil nya, karena kaca nya terguyur hujan dan berembun. Akhir nya Cantika membuka jendela mobil nya. Cantika terkejut karena yang dilihat nya adalah sosok yang paling dia benci di sekolah ini, Hans.

"Ngapain lo?", tanya Cantika ketus dari dalam mobil. "Ini gue bawa payung, sini gue anterin ke dalem, mumpung gue lagi baik nih", ucap Hans kepada Cantika.

"Gausah, makasih atas tawaran lo yang gak ikhlas itu.", jawab Cantika dengan fakesmile nya. "Yaelah, gini nih orang Indonesia, ditawarin bukan nya bilang makasih malah seudzon, lo mau ntar lo telat lagi terus disuruh ngepel nyapu di kooridor sekolah cuman gara-gara telat gak ada payung?", tanya Hans dengan sangat meyakinkan. "Bener juga lo ya?, yaudah deh gue ikut sama lo", Cantika langsung turun dari mobil nya dibantu oleh Hans yang membukakan pintu mobil nya itu.

"Gue duluan ya bro", ucap Hans sambil menepuk pundak Boy dua kali yang masih sibuk mencarikan payung di bagasi mobil nya. "Loh Can, kok lo ninggalin gue si?, najis banget", teriak Boy pada Cantika yang mulai melangkah jauh. "Lo sih lamaa", teriak Cantika dari kejauhan.

"Thanks yaa"

"Hah? Apaan?", Hans yang sedang melipat payung nya itu langsung diam terkejut. "Yaa.. Makasih", ucap Cantika yang bingung dengan sikap Hans. "Lahh... Gak salah nih? Lo bilang makasih sama gue?", Hans tertawa geli karena Cantika berterima kasih untuk pertama kalinya. "Dasar yaa orang Indonesia, diucapin terima kasih, bukan nya bilang sama-sama malah ngetawain", Cantika yang merasa diremehkan membalas semua perkataan Hans. Hans yang mendengar perkataan Cantika langsung diam, rona merah di pipi Hans tidak bisa ia sembunyikan karena saking malu nya, baru pertama kali ini ucapan nya dipojoki sama perempuan. "Yaudah lah, simpen aja tuh ungkapan sama-sama lo. Gue duluan", Cantika langsung berjalan dan meninggalkan Hans sendirian di lobby.

●●●

"Assalamualaikum anak-anak", sapa Pak Tamrin kepada semua murid 11 Mipa 1. "Wa'alaikum sallam pak", jawab seluruh murid. "Oke langsung aja ya, hari ini kita mau ulangan apa mau praktek?", tanya pak Tamrin seorang guru IPA yang gak suka banget dikacangin dan yang bikin dia jadi guru yang limited edition adalah, dia guru yang paling budek di sekolah ini.

"Lah pak, kok dadakan sih"

"Yaelah pak malapetaka banget"

"Tologin kita lah pak sekali-kali"

"Masha Allah si bapak"

"Kalo tau gini mah mending jamkos aja pak"

"Waduuh.. Pada semangat banget nih kayak nya buat ulangan ya,,, padahal bapak belom nyiapin soal-soal nya loh. Yaudahlah demi kalian, kita langsung aja. Oke, sekarang siapkan kertas lembar nya", ucap pak Tamrin dengan percaya diri nya.

"Watdehel, gue rasa dia bukan budek lagi deh Can. Emang dasar nya gak punya kuping tu guru", keluh Tiara yang memasang raut muka yang menyedihkan nya itu.

"Ketebak udeh ini mah", ucap remeh Dino.

"Google lah sans"

"Yaudah ya nak, bapak ambil foto coppy-an soalnya dulu sebentar, nanti bapak balik lagi. Jangan kemana-mana ya kalian, belajar dulu sana sampe bapak balik lagi", jelas pak Tamrin. "Iyaa pakk", ucap seisi kelas.

30 menit kemudian...

"Buset ya ini pak Tamrin kemana anjir", tanya Arya pada Yudha. "Batu anjir. Gak jelas banget tolol", Yudha emang kalo udah kesel, nada bicara nya bakal beda kayak biasa nya.

Disisi lain, "Haduuh.. Kasihan anak-anak itu pada nunggu, hihihihihii", ucap pak Tamrin yang sedang asik menyurup kopi dengan pak Edi di dapur.

●●●

"Cantikaaa!!!", teriak Yudha yang menghampiri meja gue dengan Tiara.

"Paan?"

"Sini dah ikut gue", Yudha menarik Cantika keluar kelas dengan buru-buru. "Etdah pelan-pelan Yud...". Langkah kita terhenti ketika kita sudah sampai di taman sekolah. "Kenapa sih Yud?", tanya Cantika penasaran.

"Gu-gu-gue mau ngomong Can sama lo", ucap Yudha yang terbata-bata. "Yaelah. Biasa nya ngomong sambil teriak, tumbenan sekarang ngajak ngomong di tempat sepi. Lo sakit ya?", tanya Cantika.

"Gue udah gak tahan lagi Can, gue capek. Sebener nya, gue nganggep Aliya itu...."

Hello Guisee!!!! Apa kabar kalian semuaaa??????hehehehe...

Wadadaaww..
Itu si Yudha kenapa yaa?
Lanjut baca aja ya gengss
Jangan lupa vote+comment nya kawanddd❤❤❤




You'll Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang