1. Perkenalan

1K 38 5
                                    

“Eh pea bangun! kenapa lo kebo banget sih!” teriak Bastian –Yang bernotabene sebagai Kaka Ica satu-satunya.

Ica mengelap iler disekitar bibirnya, sesekali mengganti posisi tidurnya dan memeluk erat gulingnya seakan-akan guling itu kekasihnya. “Jangan pergi..” gumam Ica pelan sekali yang hampir tak akan terdengar oleh Babas. Tapi nihil, itu tetap akan terdengar jelas oleh pendengaran Babas.

 “Anjrot punya adek jorok banget sih! Masih untung gue nganggep lo adek gue.” Gerutu Babas kesal melihat tingkah Ica dihadapannya itu. “Iya sayang gue gaakan pergi dari loe kok, gue gaakan pergi sayang.” jawab Babas sekenanya, sambil sesekali tertawa renyah. “Loe kenapa lagi sih Ca, pasti mimpiin Iqbaal lagi kan” batin Babas. Lalu ia beranjak pergi dari kamar Ica yang percuma nggak akan digubris oleh adiknya itu.

Tiba-tiba saja, Ica terbangun dari tidurnya sambil sesekali mengucek matanya dan mengerutkan keningnya melihat sesosok yang sudah sangat dikenal Ica sedang berjalan kearah pintu kamarnya itu. “Woy kampret ngapain loe kak disini! tolol. Ganggu aja” semprot Ica lalu bangun dari tidurnya dan melirik kearah jam dinding yang ada di kamarnya. Pukul 05.00 wib.

 

Masih pagi banget, males sekolah tapi gue harus sekolah biar bisa lihat dia.

Babas menoleh kearah suara yang memanggilnya itu, dia menarik nafas panjang. “Aduh loe bego atau gimana sih? Gue tadi udah bangunin loe tapi loe malah enak tidur sambil iler dimana-mana terus—“ Babas tak melanjutkan ucapannnya itu lagian percuma tak akan didengar. “Yaudah loe udah solat subuh belum?” lanjut Babas cepat.

Ica menggeleng, “Belum”

“Yaudah solat dulu sana minta doa kepada Allah agar Caca Muthia Prasetyo dimudahkan dalam masalah perjodohan dan tidak keras kepala apalagi marah-marah ke gue lagi yang tidak pernah salah apa-apa ini kepada Caca, karena gue terlalu polos. Aamiiin” celetuk Babas sambil menatap langit-langit dinding kamar Ica dan mengusap kedua tangan kewajahnya.

 Ica melotot, “Apaan sih loe kak nggak jelas. Lebay tau nggak sih. Udah sana pergi gue mau solat duluusir Ica sambil mendorong tubuh Babas lalu menutup pintunya rapat-rapat.

*****

Cewek itu memang begitu. Menganggap orang-orang terdekatnya itu selalu mencampuri urusannya padahal itu tidak sama sekali.  Memang terkesan tak peduli tapi disatu sisi ia sangat menyayangi orang-orang terdekatnya, Cewek yang bernama lengkap Caca Muthia Prasetyo yang biasa dikenal Ica memang memiliki sifat yang cuek, masa bodo, egois, keras kepala, jorok tapi siapa yang nggak bisa menebak apa yang sebenarnya ia rasakan? Dia sebenarnya ramah banget, selalu jadi pendengar yang baik untuk siapapun yang curcol dengannya, gampang nangis, susah banget marah. Satu lagi kalau udah sayang sama orang bakal sayang banget. Mau dia buruk sekalipun tetap aja rasa sayang itu nggak akan hilang kecuali ada penghalangnya.

“Mah, Ica pergi sekolah dulu ya,” ucap Ica sambil mengambil sehelai roti yang ditaburi oleh nutella. “Sama siapa?” tanya Tami –Mama Ica sambil mengaduk-aduk adonan yang sedang dibikinnya itu.

“Sama Kak Bas lah. Sama siapa lagi.” jawab Ica datar. Tami hanya menggangguk, “Hati-hati.Itu Papa masih di Singapura pulangnya paling bulan depan”

Ica hanya memutarkan bola matanya lalu mengacuhkan ucapan terakhir Tami dan pergi keluar menyusul Babas yang sudah menunggu di motor ninja kesayangannya itu, “Yuk cepet ntar gue terlambat.” ujar Ica datar dan Babas pun langsung menancapkan gasnya.

Heart Attack [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang