4. Kerja Kelompok

616 32 2
                                    

“Ih loe maksa banget! Kalau gue gamau ya gamau” protes Ica tiba-tiba saat Aldi sudah mendaratkan motornya tepat di garasi rumahnya.

Aldi tersenyum penuh kemenangan, “Ini demi tugas gue.”

“Tugas gue juga kali.” ucap Ica tak mau kalah lalu turun dari motor Aldi sambil sesekali memandang rumah Aldi yang cukup terbilang sangat nyaman sekali. “Tugas kita.” sambung Aldi yang membuat Ica terdiam dengan ucapannya barusan.

Aldi membukakan pintu rumahnya perlahan, sesekali melirik Ica yang sedari tadi tak berhenti menatapnya. “Sampai kapan loe diem disitu? Ayo masuk.” perintah Aldi lalu ia berjalan duluan disusul Ica yang langsung masuk ke dalam rumah beriringan dengan Aldi. “Gue ke kamar dulu ya, mau ganti baju. Atau loe mau ikut?” tanya Aldi jahil.

Ica melotot, “Nggaklah! Gue tunggu disini aja” ucap Ica lalu duduk di kursi ruang tamu. Aldi mengangguk dan pergi berlari kecil ke kamarnya.

Setelah kepergian Aldi dari hadapannya, Ica dengan sibuk langsung mengutak-ngutak Iphone-nya itu.

“Loe siapa?” tanya seseorang, yang telah membuat Ica berhenti dari aktifitasnya tersebut dan menoleh ke arah yang memanggilnya itu.

Ica mengkerutkan keningnya, “Lah loe sendiri siapa?” tanya Ica dingin.

“Gue Radit” balasnya singkat.

“Radit siapa? Raditya Dika?” tanya Ica sekali lagi dengan asal.

“Iya bisa jadi tidak tidak, loe temennya abang gue ya?” tanya Radit sambil menaikkan sebelah alisnya. “Hah? Abang?” tanya Ica bingung.

 “Iya abang. Abang Aldi”

BHAKKKK

“Abanggg?!” tanya Ica tak percaya dan bersumpah  dalam dirinya kalau itu benar ia akan menertawakan Aldi sampai puas.

Radit mengangguk santai, “Emang kenapa?”

“Jangan percaya ucapan adek gue, Ca!” ucap Aldi tiba-tiba.

“Gue percaya kok bang” jawab Ica sambil tersenyum lebar didepan Aldi lalu tertawa sekencang-kencangnya tanpa malu.

Aldi mendengus, “Shut up” Ica mengkerutkan keningnya, lalu terdiam beberapa saat. “Okey haha”

“Ngeselin” jawab Aldi pelan. Radit menggelengkan kepalanya melihat tingkah Abangnya itu.  “Bang oh ini temen abang?”  sambung Radit.

“Iya.” Jawab Aldi singkat.

Cuma teman doang, batin Ica.  Loe ngarep lebih ya Ca?

Ica menatap Aldi dengan tatapan sulit dimengerti, “Yaudah kita kapan kerja kelompoknya? Keburu sore nih” potong Ica cepat.

“Sekarang ikut gue yuk ke kamar” jawab Aldi lalu berjalan mendahului Ica.

*****

“Serius ini kamar loe, Al?” tanya Ica tak percaya. Aldi hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Sedangkan Ica masih memandangi sudut demi sudut kamar Aldi, ia masih tak percaya dengan kamar Aldi yang bisa dibilang rapih dan keren banget buat ukuran kamar cowok. Tekstur pada dindingnya mencerminkan pada diri Aldi karena memakai warna biru gelap, warna kesukaannya itu dan dengan dihiasi oleh hiasan dinding galaksi yang menimbulkan kesan sensual. Saat memasuk kamar Aldi itu seperti masuk ke dalam planet. Bisa dibayangkan kerennya gimana dong? Berbeda jauh dengan kamar Ica yang selalu terlihat berantakan sesuai dengan kepribadiannya dan kamarnya pun tak dipoles apa-apa hanya sentuhan warna pink soft saja.

“Kamar gue aja ga serapih dan sekeren ini. Biasa aja malah berantakan mulu.” gumam Ica pelan namun dapat terdengar oleh Aldi.

“Temen cewe yang gue ajak ke kamar tuh baru loe tau” kata Aldi tak menggubris ucapan Ica.

Heart Attack [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang