Satu

96 8 0
                                    

Angin musim gugur datang menembus kulit, meremas sel-sel kulit pada setiap insan manusia serta hewan, tumbuhan juga mulai menjukkan pertahanan dirinya, merapuhkan dirinya untuk bertahan. Terlihat rapuh untuk bertahan sejatinya mereka kuat.

Hilang sudah kebahagiaan musim panas. Kesenangan sesaat yang hanya berlangsung tiga bulan bagi Lucy.

Lucy makin mempercepat langkah kakinya. Ia lupa menggunakan mantel. Musim panas saja terus yang kau fikirkan. Lucy hanya mengenakan t-shirt tipis, tungkainya yang jenjang hanya dibalut celana jeans belel dilengkapi sneaker yang juga sama belelnya.

Sedari tadi orang yang melihatnya berpakaian seperti itu mengrenyitkan wajahnya sembari tersenyum mengejek dan merapatkan mantel yang dikenakan. Jika saja ibunya tahu, Lucy pasti akan diomeli habis-habisan. Tapi ayahnya akan paham kenapa putrinya ini lupa musim panas sudah berlalu. Kakaknya akan mengejeknya sama seperti orang-orang yang lewat sembari merapatkan mantelnya.

Lucy membuka pintu dorong berlapis kaca. Lonceng yang dipasang di pintu tersebut berdenting karena kedatangannya.

"Ohh Lucy.. kau selalu melupakan mantelmu..." benar saja ibunya sudah mengomel tidak peduli ada para pelanggan yang sedang berbelanja di tokonya

Lucy hanya tersenyum dan segera menuju ke lantai atas lebih tepatnya kamarnya berada.

Rumah Lucy berada di perempatan Jalan. Rumah ini merupakan bangunan tua. Lantai bawahnya digunakan sebagai Toko Roti milik keluarganya, Freyja's Bakery. Entah mengapa kedua orangtua nya memilih nama Dewi Freyja* sebagai nama tokonya.

Bangunan rumah tersebut sudah didesain seperti rumah toko. Dihiasi kaca yang menampilkan roti-roti di dalam etalase kaca. Di kaca tersebut tercetak "Freyja's Bakery" lengkap dengan gambar seorang wanita mengenakan topi chef. Diasumsikan sebagai Dewi Freyja yang memanggang roti tersebut. Gambar Dewi Freyja dan tulisan Freyja's Bakery tersebut tertempel  di jendela dengan stiker berwarna kuning ke-emasan. Lantai atas rumah tersebut merupakan tempat tinggal keluarga Lucy. Terdapat  tiga kamar utama dengan satu kamar tamu. Setiap kamar utama dilengkapi kamar mandi, ada ruang keluarga yang juga sekaligus berfungsi sebagai ruang tamu, maju sedikit maka akan terlihat pantry. Ada empat buah kursi bar terbuat dari kayu oak. Semuanya sangat berciri Skandinavia* sama seperti nama Toko Roti tersebut. Anehnya Ayah dan Ibu Lucy merupakan keturunan Prancis. Tidak ada darah Skandinavia.

Lucy berjalan kearah kamarnya. Matanya sibuk mencari seragam toko roti milik orangtuanya. Seragamnya berwarna putih lengkap dengan topi serta apron berwarna hitam senada dengan topi yang dikenakan. Lucy segera memakai seragamnya dan menyematkan name tagnya di dada.

"Adik kecil kau harus cepat sedikit.. saat jam sibuk kau doyan sekali kelayapan" suara kakaknya, Mark memenuhi lantai dua.

"Ya..ya..yaa.. aku juga punya kehidupan kakakku yang resek" Lucy segera berlari menuruni tangga dan mengambil alih kasir sekaligus barista, menggantikan ibunya yang sudah cemas dengan keadaan dapur. Dapurnya hanya diisi oleh lima pegawai, tiga diantaranya adalah anggota keluarganya sendiri sementara dua orang yang lain merupakan Jack dan Jill, kakak beradik kembar yang tinggal di flat sebelah toko rotinya. Mereka kerja paruh waktu mengingat mereka berdua kuliah mengambil jurusan patiseri sama seperti Abang Lucy, Mark merupakan senior mereka. Mark sudah lulus dan berhasil menciptakan banyak resep. Resepnya banyak menjadi unggulan Freyja's Bakery seperti Pie dengan aneka isian.

"Dua croissant dan satu bagel.. ada tambahan lagi?" Lucy menyebutkan pesanan pelanggan dan mulai menatap pelanggannya dengan ramah. Satu sisi kebohongan yang selalu ia tampilkan

"A cup of Black coffee please" Lucy mengangguk dan segera menuju mesin kopi. Memasukkan biji kopi dan menunggu mesin itu bekerja. Ia baru melihat pria paruh baya ini kemari. Seandainya ia lupa, pria ini tentu saja baru pertama kali kemari karena tidak membeli pie khas Freyja yang merupakan roti yang paling dicari-cari selain itu Lucy hampir hapal setiap orang yang datang ke toko rotinya, hapal kebiasaan-kebiasaan pembelinya; gulanya 2 pump, tidak menggunakan gula; susunya lebih banyak. Bahkan ia hapal nama pelanggannya dan Pie apa saja yang dibelinya.

"Baru pertama kali kemari sir?" Lucy mencoba memecah kesunyian dengan mengobrol dengan para pelanggan, sebenarnya ini salah satu usaha marketing supaya tokonya ramai. Pelanggan akan merasa nyaman dengan kehangatan toko roti keluarganya jika Lucy pandai menyambut mereka sehingga membuat pelanggan kembali untuk membeli roti lagi dan lagi atau sekedar mampir membeli kopi.

"Yeah... jendela itu benar-benar atraktif" Pria paruh baya tersebut berbicara sambil menunjuk Dewi Freyja. Lucy tersenyum menanggapi ucapan pria paruh baya tersebut, bunyi dentingan mesin kopi membuat fokusnya teralihkan kepada mesin. Ia segera menaruh kopi itu di nampan yang sudah ada dua buah croissant dan satu begel

"Semuanya $14.20 sen.." pria itu mulai membuka dompet dan memberinya uang $15. Lucy segera membuka mesin kasir dan memberikan struk serta kembalian kepada pria paruh baya tersebut

"Thank you for coming Mr. Gregor.. have a nice day!" Pria tersebut sedikit kaget--karena Lucy mengetahui namanya-- padahal pria tersebut menggunakan name tag. Mr. Gregor tersenyum dan membalas ucapan Lucy. Ia bisa melihat pria tersebut memasukkan kembaliannya ke dalam kotak tips. Berhasil. Licik memang.

Menjelang tengah hari toko rotinya akan kembali ramai dipenuhi orang kantoran. Mereka datang hanya sekedar memesan kopi atau teh atau bahkan limun jika musim panas. Saat bunyi bel tanda pelanggan masuk Lucy sudah bisa menebak siapa yang datang. Pria berperawakan tinggi dengan rambut coklat yang lumayan gondrong. Rambutnya ikal. Matanya sebiru langit musim panas. Lucy hanya menggeleng mendapati kehadiran pria itu dan mendekati konter.

"Teh pakai susu tidak pakai gula?" Ucap Lucy dengan suara nyaring. Pria tersebut tersenyum ingin membuka bibirnya untuk mengucapkan sesuatu tapi Lucy memotongnya.

"Susunya low fat.. ya aku hapal Zach" pria yang dipanggil Zach itu tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Kau memang pegawai teladan.." Zach berdiri di meja kasir sembari menopang dagunya dengan tangan kanannya. Matanya memperhatikan Lucy meracik tehnnya

"Aku memang menawan Zach, berhenti menatapku seolah-olah aku akan pergi enam bulan lagi" Zach meringis dan mengetuk-ngetuk meja kasir dengan jarinya

"Kau narsis gadis licik.. liat tips mu.. hampir penuh.. sudah berapa orang yang kau jilat hari ini dengan mulutmu yang kurang ajar itu" Lucy tertawa dan memberikan secangkir teh kepada Zach.

"Aku tahu kau tidak akan memberiku tips. Nikmati saja tehmu" ucap Lucy tanpa embel-embel 'thank you for coming and have a nice day'

"No thankyou for coming and have a nice day?" Sindir Zach membuat antrian panjang dibelakangnya

"Kau membuat antrianku panjang Zach.. pergi sana.." Zach hanya mengedip asal dan membawa secangkir tehnya meninggalkan Lucy dengan senyum mengembang.

"Zach kau belum membayar tehnya" Zach kemudian berbalik dan meletakkan secangkir tehnya di konter, mengeluarkan uang seharga teh tersebut. Benar-benar tidak niat memberikan tips.

*Dewi Freyja: Dewi kesuburan dalam mitologi Nordik
*Skandinavia: Daerah yang terletak disepanjang semenanjung Skandinavia termasuk ditaambah Denmark yang terletak di bagian selatan semenanjung Skandinavia

A/N
Terima kasih buat yang mau baca!!!! hehe. Ga janji bakalan update setiap minggu karena aku punya kesibukan sendiri hehe.. semoga suka yaa sama ceritanya dan maaf gaje maklum amatiran. Dibutuhkan kritik dan saran ya temen-temen. Sekali lagi terima kasih!!💕💕

Get Well SoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang