Tujuh

17 2 2
                                    

Setelah kondisi badannya membaik, Lucy mulai kembali bekerja di Freyja sampai shiftnya selesai. Shiftnya akan selesai jika Dante telah selesai dengan kegiatan kuliahnya. Kecuali hari Sabtu, Dante akan datang pukul 10 pagi dan bekerja hingga jam 3. Selanjutnya Lucy akan menggantikan Dante hingga pukul 5 sore.

Sementara ini Dante membawa energi baru kepada Freyja. Banyak pelanggan yang mempertanyakan keberadaan Dante ketika Lucy yang kebagian jaga, kebanyakan dari mereka para wanita. Tidak hanya gadis-gadis muda bahkan Nenek-nenek tua pun mempertanyakan keberadaan Dante. Persis sekali dengan Christo. Baiklah Lucy harus fokus dan mulai mengenyahkan fikirannya dari Christo. Ia tidak ingin harinya rusak hanya karena bayang-bayang masa lalunya.

"Hey.. dimana pria yang biasanya berjaga disini saat sore hari?" Lucy menautkan alisnya melihat segerombolan Anak SMA di Hari Sabtu pagi. Matanya mulai meneliti satu persatu gerombolan tersebut yang terdiri dari tiga orang dan masing-masing berambut pirang. Tipikal pemandu sorak.

"Ohh dia tidak bekerja di Hari Sabtu sepagi ini nona-nona.. jadi kalian ingin pesan apa?" Lucy berusaha sebaik mungkin tidak mengumpat dan mulai mengembangkan senyumannya. Rasanya ingin sekali menjambak rambut mereka. Mereka para wanita pemandu sorak seperti biasa, memainkan rambut pirangnya dengan tangan, sementara tangan satunya lagi mengetuk-ngetuk meja konter. Ketiganya melalukan hal yang sama seperti triplets. Mengenakan rok super pendek dengan baju ketat. Lucy menahan nafas melihat tingkah anak-anak tersebut.

Saat kata-katanya terucap, yang menyatakan Dante tidak datang sepagi ini, Lucy bisa melihat raut kecewa dari tiga gadis pirang tersebut. Bibir mereka yang dipoles gincu merah melengkung kebawah. Duh gagal bertemu sang pujaan.

"Ohh ayolah.. kalian tidak bisa mendapatkan pria itu.. fyi kau harus menikahinya tahu, jika kau ingin kencan dengannya" Lucy mengatakannya sambil tertawa sembari menunggu pesanan mereka. Lucy tahu Dante bukan tipe pria pemain apalagi dengan keyakinannya. Sejauh ini ia selalu melihat tatapan sopan ketika Dante harus dihadapi oleh para wanita yang tergila-gila dengannya. Ia hanya akan tersenyum. Dia memang tipe pria baik. Saking baiknya kau akan mengira dia tertarik denganmu padahal karena memang dia baik dan memperlakukan semua wanita dengan lembut.

"Jadii anak-anak.. kalian membuat antrian Sabtu pagiku panjang. Cepat kalian mau pesan apa.."

"Baiklah.. 3 Red velvet cupcakes dan 3 Machiatto. Less sugar" Salah satu dari mereka, yang Lucy asumsikan sebagai pemimpinnya mengucapkan pesanan tersebut. Lucy mengangguk paham mulai mencatat pesanan mereka. Ia juga mengambil cupcakes di etalase bagian kanan counter. Disana berjejer rapi cupcakes dengan variant topping serta rasa. Selanjutnya ia mulai menghidupkan mesin kopi dan membuat espresso dan menyiapkan frothed milk. Dengan tangkas Lucy mulai menuangkan espresso tersebut ke dalam tiga mug sama banyak dan memberinya frothed milk sebanyak lima sendok teh.

"Ada pesanan lain? Aku akan mengantarnya ke meja kalian.. total semuanya 46 dollar 20 sen"

Sebelum Lucy menyelesaikan kalimatnya, bunyi pintu tanda pelanggan masuk mulai berdenting, dan sosok yang ditunggu-tunggu oleh para wanita muncul disana dengan senyuman mengembang seperti pai.

"Biar aku saja Lucy yang mengantarkan.. kau layani saja yang lain" Lucy sedikit bengong dan kembali tersadar setelah para gadis mulai menaruh uang di counter. Tanpa tips.

"Kau datang lebih awal satu jam Dante"

"Tenang saja kau boleh tidak membayar kelebihan jamku.. aku bosan di rumah" mendengar ucapan santai Dante Lucy langsung memutar bola matanya. Yang benar saja tidak membayar legawai, bisa-bisa Freyja akan ditutup karena pengeksploitasian karyawan. Lebih tepatnya part time-er.

"Ohh Dante yang benar saja.  Cepat urusi para pengagummu itu" Para gadis itu mulai menunjukkan raut wajah berbinar-binar seperti melihat barang diskonan di mall ketika melihat kedatangan Dante. Rambutnya yang hitam legam disisir rapi. Matanya yang berwarna abu-abu memberikan keteduhan. Tubuhnya yang atletis dibalut dengan kaos putih polos. Tungkainya yang jenjang dilapisi dengan jeans belel hitam. Tipikal pria yang menggunakan apa saja akan terlihat sangat menarik.

Lucy mulai melayani antrian selanjutnya, menghiraukan gadis-gadis yang mulai menggoda Dante ketika pria itu mengantarkan pesanan mereka.

"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?" Lucy mulai mengembangkan senyum kembali dan menatap pria yang mengantre di konternya. Mata berwarna coklat hazel yang asing.

"Affogato please dan ini.." Lucy mulai mengalihkan pandangannya ke nampan yang berisi bagel dan juga croissant. Tipikal pembeli baru yang bingung ingin menyantap roti apa. Dan Affogato di pagi hari? Yang benar saja. Pria ini sungguh unik.

"Baik. Totalnya 30 dollar 50 sen.. nanti affogatonya akan kami antar.. ada yang bisa kami bantu lagi?"

"No thank you" pria itu mulai memberi uang sebanyak 35 dolllar.

"Have a nice day!" Lucy tidak sempat melihat pria itu memberikan tips atau tidak.  Dengan cekatan Lucy membuka lemari es yang terletak di belakangnya. Disana terdapat bahan-bahan pembuat minuman serta es krim. Lucy mulai menganbil satu scoop vanila ice cream dan meletakannya di cangkir khusus. Setelah itu ia meraih botol yang berisi espresso yang telah di dinginkan. Lucy mulai menyiram Vanilla Ice cream tersebut dengan Espresso dingin. Jadilah secangkir affogato.

Setelah  affogatonya selesai, ia mulai mengantarkan pesanan tersebut ke meja nomor 3. Pria itu masih menatap jendela kaca yang mengarah ke perempatan jalan sembari menikmati bagel. Lucy tidak tahu siapa nama pria itu. Ini kali pertamanya Lucy melihat pria itu mengunjungi Freyja.

"Ini Affogatonya, silahkan" Pria itu tampak sedikit kaget dengan kehadiran Lucy dan reflek tersenyum malu kearahnya. Lucy tersenyum geli dan entah mengapa ia malah bertingkah konyol dengan istirahat di meja pria tersebut.

"Boleh aku duduk disini?" Pria itu mengangguk pelan dan sedikit heran. Begitu juga Lucy, entah mengapa ia malah memilih singgah disitu bukannya membantu Dante atau naik ke kamarnya.

"Well kau baru mengunjungi Freyja?"

"Hmm" pria itu berdehem setelah menyendok affogatonya perlahan meninggalkan jejak bekas ice cream di bibirnya sembari mengangguk. Lucy tidak bisa menahan tawanya. Kumis tipis pria tersebut tertutup oleh jejak ice cream.

"Ohh aku Lucy, aku bekerja disini"

"Alan. aku tinggal tidak jauh dari sini. Baru pindah sekitar seminggu yang lalu. Nice to meet you Lucy"

"Nice to meet you too Alan" mereka saling bersalaman serta tersenyum. Pantas saja Lucy tidak pernah melihat pria ini. Alan ternyata pendatang

"Kau sudah lama bekerja disini?" Lucy mengangguk sembari tertawa kecil

"Well mungkin aku bekerja seumur hidupku disini, lebih tepatnya semenjak aku di kandungan tapi secara resmi aku bekerja disini sejak aku duduk di bangku SMA" Lucy bisa melihat raut wajah Alan yang aneh. Tampak berfikir tentang korelasi bekerja seumur hidupnya dengan bekerja secara resmi disini. Mata coklat terangnya mulai tampak berbinar dan tersenyum yang Lucy anggap Alan mengetahui maksud perkataan Lucy.

"Ohh jadi kau.. anak pemilik toko ini? That's really cool!"

"Yeah, bisa dibilang begitu.. erm.. aku harus pergi membantu temanku disana.. have a nice day Alan"

"You too Lucy"

Lucy segera beranjak dari meja nomor tiga dan pergi ke konter membantu Dante karena tumpukan pelanggan yang disebabkan oleh gadis pemandu sorak. Sebagian dari mereka hanya mampir untuk membeli pai tidak menikmati roti tersebut di toko.




A/N
Sorry updaate telat hehew. Jumat kemarin diriku sedang hectic2nya.

Get Well SoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang