Lima

9 2 0
                                    

Lucy menaiki tangga kayu dirumahnya dengan perlahan. Ia bisa mendengar decitan antara sandal jepit yang ia pakai dengan tangga kayunya yang tua. Suara langkah kakinya akan terdengar sampai lantai dua.

Ia tidak heran mendapati Mark telah menghadang dirinya di tangga, mendapati mata sembab dan jejak air mata kering di pipinya. Hidung Lucy berwarna merah. Kulitnya yang pucat membuat dirinya sangat mudah sekali untuk dibaca. Apalagi selepas menangis.

Lucy bisa merasakan Mark tidak menunjukkan ekspresi kaget ketika mendapati dirinya dipeluk oleh Lucy dengan erat. Lucy tahu kakaknya tidak peduli dengan bau parfum yang ia kenakan telah tergantikan dengan bau keringatnya. Mark tampak tenang. Ia mengusap perlahan punggung Lucy membiarkan adiknya singgah sebentar di pundaknya. Lucy memeluk kakaknya dengan erat. Tangisnya pecah.

"Hey adik kecil. Aku sudah mandi dan bauku menjadi mengenaskan. Lihat ingusmu berceceran dimana-mana" Lucy yang mendengar kakaknya membisikkan hal-hal menjijikan perihal dirinya langsung melepaskan pelukannya dan sedikit tertawa. Ia tahu Mark sebenarnya mencoba menghibur dirinya dan bermain peran sebagai kakak paling menjengkelkan di dunia. Walaupun kenyataannya memang.

"Maaf.. aku merindukan Christo"

Mark mengangguk dan mengacak rambut Lucy pelan. Lucy menundukkan pandangannya. Ia takut menatap Mark. Ia tidak suka tatapan --aku sedih melihatmu--

"Yaaa aku tahu.. tapi kau harus tegar Lucy. Christo pasti sedih melihatmu menangis terus-terusan, bau, ingusan, belum mandi lagi"

Tapi, begitulah Mark. Ia akan membuat bagaimana caranya adiknya akan tertawa. Walau harus sambil menangis. Lucy mulai mendelik kearah kakaknya dan melepaskan pelukannya dengan cepat. Ia tahu kata-kata apa yang harus keluar dari mulutnya

"Kau memang kakak paling berengsek sedunia Mark"

🌃🌃🌃

Selepas mandi shower dengan air hangat Lucy langsung menghantamkan tubuhnya ke kasur. Hari ini berat. Lucy masih teringat bayang-bayang Christo dan pegawai barunya, Dante. Mereka berdua bercampur aduk. Senyuman keduanya mengacaukan pertahanan Lucy lagi. Air matanya yang sudah mengering kembali turun.

Biasanya selepas bekerja Christo dan Lucy akan melakukan petualangan liar. Mereka menamai itu petualangan liar karena.. salah satu dari mereka atau bahkan keduanya masih mengenakan seragam Freyja. Bau-bau badan yang liar masih menempel di tubuh mereka.  Christo akan membawa dirinya mengelilingi  Queens mengenakan Ducati kepunyaannya dengan senyuman mengembang selama petualangan itu. Awalnya Lucy takut untuk mengikuti petualangan liar. Tapi lama kelamaan ia mulai terbiasa. Lucy masih ingat, hari itu udara musim panas New York lumayan membuatnya menggigil. Biasanya Christo akan menyebutkan kemana mereka berdua akan pergi. Tapi hari itu berbeda. Lucy berteriak mencoba bersaing dengan suara Ducati tapi Christo masih tetap diam. Walaupun ia tidak bisa melihat wajah Christo, Lucy bisa merasakan bibirnya melengkungkan senyuman. Rasanya kadang Lucy ingin sekali memukul punggung Christo yang dilapisi Jaket kulit. tapi tangannya tak mampu melepaskan diri dari pinggang Christo untuk berpegangan barang sedetik pun.

Lucy sedikit mengrenyitkan kening ketika melewati Astoria Park. Selama petualangannya dengan Christo, dirinya tidak pernah dibawa lebih jauh dari Astoria Park. Selalu dalam kawasan Queens.

Ketika motor melaju mengitari sungai East, Lucy sedikit tahu kemana dirinya akan dibawa pergi. Manhattan.

Sekalipun dirinya tinggal di New York, Manhattan seperti Borough asing bagi Lucy. Terlalu banyak gemerlap dan terlalu banyak turis, Rawan sekali kejahatan, dan tentu saja macet.

Deretan gedung pencakar langit mulai menyambut dirinya. Ia bisa melihat Empire State Building yang berdiri dengan megah. Bersaing dengan gedung pencakar langit lainnya.

Lucy tahu kemana dirinya akan dibawa. Central  Park. Central Park di musim panas lumayan ramai. Pasangan muda-mudi bergandengan tangan menjadi pemandangan terlalu normal. Sementara dirinya dengan Christo hanya berjalan beriringan. Sebagian orang melihat mereka dengan tatapan aneh. Lucy dan Christo masih mengenakan seragam Freyja. Untungnya tanpa name tag, topi, serta apron.

"Hey aku merasa seperti pegawai yang diam-diam kabur pada shift malam bersamamu.."

"Hey.. kau masih terlalu muda"

Lucy spontan memukul punggung Christo. Ia tahu Christo akan pura-pura meringis kesakitan. Dan ya. Ia bisa melihat deretan gigi putih yang meringis kesakitan dengan senyuman. Dengan senyuman.

"Aku 18 tahun Christo. Ya walaupun aku belum legal untuk minum.. mengapa kalian semua selalu menganggapku adik kecil, terlalu muda dan sebagainya--"

Lucy tiba-tiba terdiam. Ia mendapati Christo yang menatapnya sembari melengkungkan senyuman. Tidak. Ia tidak melihat raut 'hey aku bercanda' disana. Ia melihat tatapan yang sebenarnya sangat sulit didiskripsikan. Tapi ia sering mendapati Ayahnya diam-diam menatap ibunya seperti itu. Seperti penuh... cinta? Sial.  Lucy masih bisa merasakan tatapan itu sampai sekarang. Rasanya terlalu perih sampai ke ubun-ubun.

"Lucy.. kau sudah bukan adik kecil lagi bagiku. Aku tahu ini adalah pernyataan paling aneh.. tapi aku menyukaimu"

Ia masih ingat Musim panas tahun itu. Central Park kala itu. Dan semua petualangan liar yang ia habiskan bersama Christo. Lucy bisa merasakan bantalnya basah.

🌃🌃🌃

Membiarkan jendelamu terbuka saat musim gugur adalah sebuah kesalahan besar. Sebelum matahari terbit, Lucy terbangun dengan tubuh menggigil. Ia tidak sanggup untuk beranjak dari kasur dan menutup jendelanya.

Ia hanya menarik selimutnya sampai menutupi muka. Mencoba bertahan dengan udara yang semakin lama semakin turun.

Lucy masih terus mencoba memejamkan matanya. Hidungnya mulai gatal. Ia bisa merasakan ingus di hidungnya. Apakah dirinya menangis? Ya itu 4 jam yang lalu sampai akhirnya ia jatuh tertidur. Tapi ia tidak menangis sekarang. Kepalanya terasa pusing. Ingin sekali rasanya ia berteriak untuk memanggil Mark di kamar sebelah.

"Ku mohon jangan sekarang.."

Beruntungnya Mark masuk ke kamar Lucy. Biasanya ia akan membangunkan Lucy pada pukul 3 dan mulai bekerja di Freyja membuat roti sampai pukul 5 selanjutnya mereka sekeluarga akan saling bergantian untuk membersihkan diri.

"Ya Ampun Lucy.. kau tidak menutup jendelamu dan sial mengapa kau menutupi wajahmu dengan selimut"

Lucy bisa merasakan tangan Mark yang mulai mengecek suhu tubuhnya.

"Kau gemetaran"

"Badanmu panas sekali.."

Lucy berusaha membuka mulutnya dengan susah payah. Tubuhnya benar-benar tak keruan.

".. bi-bi..sakah kau me-me..nutup jendelanya Mark?"

Lucy kemudian menarik selimutnya lagi menutupi wajahnya. Ia bisa merasakan angin tidak lagi masuk melalui jendelanya.

A/N

Woah. Maafkan diriku baru update tapi aku menepati sesuai janjikan:") dan yaaaaaa aku sepertinya bakalan update tidak sesuai jadwal visa aja seminggu lebih dari sekali jadi nantikan yaa update tiba-tibanya karena aku sudah tidak UAS dan bau-bau liburan sudah tercium HAHAHAHA

Setelah difikir-fikir dengan matang. Kayanya aku bakal ngerombak ceritanya dari awal aku tambahin cast dan introduction gitu biar ga tbtb langsung cerita kan lebih elegan gimana gitu😂😂 tapi masalahnya aku bingung mencari cast karena mencari artis yang mirip sama penokohanku itu susah._. Tapi akan aku usahakan😂😂

so far gimana menurut kalian jalan cerita wattpad ini? Aku butuh kritik dan saran kalian😶😶

Have a nice day semuanya!!








 








Get Well SoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang