PENYELAMATAN DAN KEMARAHAN

3.1K 227 3
                                    

Hutan Pinggiran Kota, 01:42 AM

Langkah kaki Athena dan timnya berderap cepat menembus kegelapan, napas mereka berat namun tetap teratur. Hembusan angin malam membawa aroma tanah basah dan dedaunan, tetapi tidak cukup untuk menyamarkan bahaya yang mengikuti mereka.

"Kita butuh tempat berlindung," Hera berbisik, matanya masih terpaku pada peta digital. "Ada kota kecil sekitar lima kilometer ke arah utara. Jika kita bisa mencapainya sebelum fajar, kita bisa menyusun strategi di sana."

Athena menatap Artemis dan Afrodit, yang sama lelahnya tetapi tetap waspada. "Baiklah, kita bergerak cepat. Jangan biarkan mereka menemukan jejak kita."

Mereka baru saja melangkah maju ketika suara gemuruh terdengar dari kejauhan—helikopter. Athena memaki dalam hati.

"Mereka sudah menemukan kita," gumam Artemis, mengangkat busurnya dengan waspada.

"Tidak mungkin secepat ini," Hera menimpali. "Aku belum mendeteksi sinyal mereka mendekat."

Tapi suara itu semakin mendekat, dan dalam hitungan detik, sebuah helikopter hitam tanpa tanda pengenal muncul di atas mereka, menyorotkan lampu sorot putih terang ke tanah. Athena segera memberi isyarat agar semua berpencar dan mencari perlindungan di balik pepohonan.

Namun, sebelum mereka sempat bertindak lebih jauh, suara dari pengeras suara menggema di seluruh hutan.

"Jangan bergerak! Kami datang untuk membantu!"

Athena menyipitkan mata, mencoba mengenali suara itu. Dan kemudian, ia melihatnya—tujuh sosok berdiri di tepi hutan, bayangan mereka tampak kontras di bawah cahaya lampu sorot.

BTS.

---

"Ini gila," gumam Afrodit ketika mereka akhirnya bertemu di tengah hutan. "Kenapa mereka ada di sini?"

Jin melipat tangan di dadanya. "Pertanyaan bagus. Seharusnya kami yang bertanya itu padamu. Kenapa kalian bertindak sendiri tanpa koordinasi dengan kami?"

Athena mendesah. "Ini bukan waktunya berdebat. Kami sedang dalam pelarian, dan mereka pasti sudah mengirim pasukan untuk mengejar kami."

"Tepat," kata Namjoon, dengan ekspresi serius. "Dan itulah alasan kami ada di sini. Kami tidak bisa membiarkan kalian menghadapi ini sendirian."

Jungkook mengeluarkan tablet kecil dan menampilkan peta digital. "Kami sudah menganalisis lokasi terdekat yang bisa kita gunakan sebagai tempat perlindungan sementara. Ada gudang tua di dekat sini yang bisa kita manfaatkan."

"Bagus," kata Athena. "Kalau begitu, kita harus segera bergerak sebelum mereka mengejar kita."

Tim segera bergerak, mengikuti jalan setapak kecil yang hanya terlihat samar di bawah sinar bulan. Tae dan Jimin berada di garis depan, mata mereka tajam mengawasi setiap kemungkinan ancaman. Sementara itu, Suga dan J-Hope melindungi bagian belakang, memastikan tak ada yang mengikuti.

Setelah hampir satu jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah gudang tua yang tampak terbengkalai. Pintu kayunya berderit ketika mereka mendorongnya masuk. Begitu mereka semua berada di dalam, Namjoon segera menutup pintu dan memastikan tak ada yang bisa masuk tanpa mereka sadari.

---

Tak butuh waktu lama sebelum suasana menjadi tegang. Jin melangkah maju, menatap Athena dengan ekspresi tajam. "Oke, sekarang kita bicara. Kenapa kalian bertindak sendiri tanpa melibatkan kami?"

Athena menatap Jin balik, tidak mundur sedikit pun. "Situasi berkembang terlalu cepat. Kami tidak punya waktu untuk menunggu dukungan."

"Omong kosong!" Jin membentak, nadanya penuh kemarahan. "Kita ini tim, Athena! Kau tahu betul kalau bertindak sendiri hanya akan membahayakan semuanya!"

"Dia benar," kata Namjoon, suaranya lebih tenang tapi sama tajamnya. "Kalian mengambil risiko besar tanpa rencana yang jelas. Jika kami tidak datang tepat waktu, apa yang akan terjadi? Kalian bisa saja mati!"

Afrodit, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Kami tidak berniat mengabaikan kalian, tapi ini bukan misi biasa. Kami menghadapi sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada yang kita duga sebelumnya."

"Kami tahu," kata Suga dingin. "Itulah kenapa kami ada di sini. Tapi keputusan kalian untuk bergerak sendiri tetap saja bodoh."

Athena mengepalkan tangannya. "Jangan bertindak seolah-olah kalian satu-satunya yang peduli pada keselamatan tim ini. Kami tahu risikonya."

"Kalian tahu, tapi tetap nekat," balas Jimin, nada suaranya terdengar kecewa. "Kalian pikir bisa menangani ini sendirian?"

Hening. Tak ada yang berbicara selama beberapa detik, sampai akhirnya Jungkook menghela napas dan berkata, "Apa pun yang terjadi, kita tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi mulai sekarang, kita harus bertindak sebagai satu tim."

Semua saling bertukar pandang. Athena akhirnya mengangguk. "Baik. Kita akan bekerja sama."

Jin masih terlihat marah, tapi ia akhirnya mengalah. "Bagus. Sekarang, beri tahu kami semua yang kalian ketahui tentang proyek Titan."

---

Hera mengambil alih pembicaraan, menjelaskan semua yang mereka temukan sejauh ini. "Mereka berencana menyebarkan virus biologis ini dalam satu bulan. Jika kita tidak menghentikan mereka sebelum itu, seluruh kota akan berubah menjadi senjata berjalan."

J-Hope bergidik. "Ini gila. Bagaimana cara kita menghentikannya?"

Athena menatap BTS satu per satu. "Kita harus menemukan dalang di balik ini. Orang yang disebut sebagai 'D.A.'. Kami tidak tahu siapa dia, tapi kami yakin dia adalah otak dari semua ini."

"Kalau begitu, kita mulai dari petunjuk yang kita miliki," kata Namjoon. "Hera, apakah ada kemungkinan kita bisa melacak lokasi dari data yang kalian peroleh?"

"Aku akan mencoba," jawab Hera. "Tapi aku butuh waktu."

Suga mengangguk. "Kalau begitu, kita bertahan di sini untuk sementara."

Malam itu, mereka menyusun rencana baru—rencana yang melibatkan semua anggota tim. Kali ini, mereka tidak akan bertindak sendiri. Mereka akan bekerja sama, dan mereka akan memastikan proyek Titan dihentikan sebelum terlambat.

Di luar, angin berhembus kencang, membawa pertanda bahwa perang baru saja dimulai.

AGENT-X [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang