PROLOG

16 0 0
                                    



Tumbuh dewasa adalah salah satu ketakutan yang tidak bisa ku hindari selama ini, kini aku benar-benar tumbuh menjadi seorang remaja yang siap untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi, seperti banyak orang katakana masa putih abu-abu adalah masa-masa yang membanggakan bagi siapa saja yang berada didalam lingkungannya, jati dirimu tumbuh mengikuti alur usiamu, bagi ku masa putih abu ini adalah awal dari penderitaan diri yang terlahir sebagai manusia, kita harus belajar, harus mengikuti sistem yang telah di buat harus mengerjakan semua tugas yang dikehendaki, seperti robot yang masih dalam proses pencetakan saja. ,Memaksa kita untuk menjadi apa yang tidak kita inginkan, buat apa ku mengikuti proses seperti ini ?? tidak lain hanya untuk selembaran kertas ijazah.

Lebih baik aku sibuk dengan pekerjaan ku sendiri, tak ada teman tak ada wanita, tak ada cinta hal itu biasa saja, sebab kita hidup di dunia sendiri dan mati juga sendiri, untuk apa aku mengerjakan sebuah ilusi yang tak ku ingin kan ??,

Tidak banyak orang mengenalku di sekolah, bisa di bilang tidak satupun siswa mengenaliku, kecuali guru-guruku (pergi menuju sekolah) seperti biasa menunggu angkutan umum untuk bisa sampai ke sekolah, tidak masalah menjadi seorang anak yang broken home, bagi ku keluarga yang sempurna itu hanyalah ilusi belaka, dari 1miliar orang yang hidup di muka bumi ini mungkin hanya 10 juta pasangan saja yang benar-benar menikmati kehidupan penuh cinta, sisanya hanya sebuah ilusi untuk menutupi kekurangan ataupun keburukannya.(dalam angkutan)

Bukannya tak ingin bergaul, tapi aku merasa seperti manusia yang penuh dengan kutukan, takut bergaul minder bahkan aku merasa seperti bukan mahluk bumi, setiap melempar senyuman kepada seseorang, tak ada satupun yang membalas senyuman dariku, mungkin ku terlihat sangat aneh sebagai manusia.

Silahkan turun kita sudah sampai di tujuan, kata paksupir angkot yang berhenti tepat depan sekolah ku, pak pak maaf jangan ditutupdulu, sahut ku," sambil berlari menuju gerbang sekolah " di depan terlihatsatpam penjaga sekolah yang akan menutup gerbang , Erlang Picasso anakkelas dua belas ipa 2! Lagi-lagi kamu terlambat, nama bagus, tampang oke, gaya kerentapi sifat mu sangat menjengkelkan buruk sekali tidak pernah berubah dari kelassatu sering buat masalah," katanya yang telah hafal nama ku," maaf pak ini yangterakhir deh besok-besok aku tidak akan terlambat lagi janji deh, " sahut kusambil mengangkat jari kelingking symbol perjanjian masa kecil, "eleh dari duluseperti itu sekarang gitu lagi, kamu itu sudah senior disekolah ini beri contohyang baik untuk adik kelas mu,"sahut pak satpam sembari membuka pintu gerbangsekolah, dan mempersilahkan ku masuk," yaudah masuk ini yang terakhir besokkalau telat lagi ngak akan bapak buka gerbang buat kamu,, " iya pak iya tenangaja nah ini buat bapak " sahut ku sembari menyogok selembaran kertas yang darisemalam sudah ku siapkan untuk mengambar wajah pak satpam, dan langsung sajamelangkah menuju kelas," kamu itu punya bakat, terimakasi lang, dengan sedikitberteriak pak satpam memuji hasil karyaku.
 

    

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 28, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ERLANG PICASSOWhere stories live. Discover now