Sikap Minhyun pagi ini cukup membuat Fikha terkesiap. Dimulai dari insiden igauan maut Fikha yang membuat ia berakhir rela tidur tanpa alas apapun, hingga ungkapan langsung mengenai kesukaannya terhadap masakan sang istri. Entah apa yang terjadi, Minhyun masih terus menunjukkan perkembangan pesat dengan mengantarkan Fikha ke restoran Ayah Jisung hari ini. Walaupun Fikha harus terkena atmosfer suram dari Seonho dan Minhyun di mobil, setidaknya Fikha bisa melihat sisi lain dari Minhyun Baskara.
Bertemu dengan Ayah Jisung merupakan hal paling terindah di dunia. Melihat Fikha berlari tergopoh-gopoh menuju tempatnya membuat Ayah Jisung tergelak. Beliau bangkit dari tempat duduk, kemudian membuka tangan lebar-lebar siap menangkap Fikha ke dalam pelukan. Fikha memekik riang sembari menggeliat geli akibat mendapat gelitikan di belakang leher. Para karyawan restoran lantas luluh melihat keakraban ayah dan anak tersebut.
"Yah, buatin menu paling laris bulan ini, ya? Laper belum makan, hehe ...." ucap Fikha. Ide meminta menu paling laris itu spontan muncul dari buku rekapan milik Ayah Jisung di meja. Sang ayah mendesis, sebal dengan kebiasaan buruk tidak sarapan tepat waktu Fikha yang tak kunjung berhenti.
"Jangan. Sekarang yang lagi laris udang crispy sama baby kailan. Kamu alergi. Makan cumi aja, mau?" Fikha nampak berpikir, beberapa saat kemudian ia mengangguk. Perutnya sudah berdemo, meminta asupan apa saja yang penting itu makanan yang mengenyangkan.
"Bin, masakin si non cumi bumbu, ya! Yang enak, jangan kematengan," teriak Ayah Jisung ke ruang dapur. Maksud hati beliau ingin menyuruh Hyunbin, koki termuda di restorannya, untuk bekerja supaya anak itu tidak bermalas-malasan di pagi hari. Namun, perintahnya seperti tak menuai respon.
Tak lama, terlihat sesosok lelaki tiang bercelemek keluar dari dapur dengan langkah gontai. Mukanya seperti tampang-tampang baru bangun tidur. Ayah Jisung bergeleng heran sembari berdecak.
"MashaAllah, Hyunbin. Pagi-pagi udah ngantuk, mau jadi apa kamu!" Omelan Ayah Jisung akhirnya mengudara. Hyunbin nyengir, bersikap seolah kesalahannya hanya hal sepele.
"Habis ngapain tadi malam? Kok lesu begitu sih, Bin?" tanya Fikha.
"Kemarin habis nge-game, Non. Mumpung kuota banyak, aku push rank," jawab Hyunbin. Nadanya kelewat santai untuk seorang karyawan yang sedang bicara di depan bosnya. Raut wajah Ayah Jisung sudah tidak enak, namun ia memutuskan untuk memunggungi karyawannya ketimbang emosi. Fikha menunduk, berusaha untuk menahan tawa. Melihat wajah kecut ayahnya membuat pita suaranya serasa ingin meledak.
"Aku belum makan, nih. Bisa nggak buatin aku sarapan yang enak?"
Hyunbin mengangguk. Ia mengacungkan jempol mantap. "Apa sih yang enggak buat Non Fikha," lanjutnya sebelum masuk lagi ke dapur untuk mempersiapkan makanan.
Fikha pun kembali ke dalam meja, mendapati Ayah Jisung yang sudah menopang dahi lelah. "Untung aja bocah itu masakannya enak. Coba enggak, sudah Ayah biarin jadi busung lapar di jalanan." Keluhan sang ayah disambut oleh tertawaan Fikha dan Yujin, pelayan gadis restoran yang kebetulan sedang di meja mereka, meletakkan jus melon dan secangkir kopi hangat.
"Tadi teh Hyunbin sudah saya gugah berkali-kali, Bapak. Tapi kupingnya suka sarombong, nggak mau dengerin," timpal Yujin dengan dialek khasnya. Gadis ayu itu kemudian menatap Fikha sambil menampilkan barisan giginya yang rapi.
"Oh iya, Non. Selamat, ya." Kening Fikha berkerut.
"Selamat buat apa?"
"Apalagi kalau bukan buat pernikahan Non atuh. Semoga teh langgeng dan cepet dikasih momongan, ya."
Wajah Fikha memanas. Kedua matanya sontak mengarah kepada sang ayah yang sedang menyimak pembicaraan mereka. Namun, Ayah Jisung tak pandai membaca situasi. Beliau malah balik mengode Fikha untuk cepat membalas ucapan selamat Yujin. Fikha yang masih gelagapan itu pun menelan ludah, membasahi tenggorokan yang mendadak kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
AC
FanfictionRafikha nyaris menyerah akan cinta, tepat sebelum pria itu datang ke kehidupannya. Minhyun Adhi Baskara, pria elusif dengan puluhan sisi tertutup yang senantiasa memancing ketertarikan Fikha untuk membukanya. Terkait dengan pribadi sang suami, kehid...