Seventh Reasons

150 16 0
                                    

"Tetsuya! Oi, Tetsuya! Ba—"

"Ada apa, [Name]-chan?"

Aku melompat kaget dan punggungku membentur pintu ruangan Tetsuya di belakangku.

Aku menarik nafas dan menghembuskannya. Sabar. "Kau kemana saja?"

"Dari kamar mandi."

Oke, kamar mandi. Tadi baru saja aku melewati kamar mandi, dan pintunya itu terbuka.

Ketika aku mengeceknya ke dalam, tak ada seorang pun di sana. Lalu sekarang? Tetsuya berkata dia baru saja dari kamar mandi?

Ini gila!

"Kita hampir terlambat," ucapku menekannya. "Kau cepat turun, bawa tasmu dan sarapan. Semuanya sudah menunggu di bawah."

"Baiklah."

—oOo—

Ketika aku hampir selesai mengenakan pantofel milikku, Bibi memberikan secarik amplop berwarna putih dengan pinggirannya yang berwarna merah dan biru, menandakan itu surat yang datang dari luar negeri.

Bibi memberikannya seraya tersenyum hangat, aku pun yang menerimanya surat itu dengan sangat antusias.

Kembali kulihat tulisan lembut yang kulihat teakhir kali sekitar seminggu yang lalu. Tertulis disana bahwa surat itu kini datang dari kota Dublin, Irlandia.

Ah, kota kelahiran Papa. Sudah lama aku merindukan kota itu, tapi sepertinya aku memang lebih cocok di Jepang daripada di sana.

Usai memberikan salam singkat, aku melesat menuju SMP Teiko dengan sepupu hantuku.

—oOo—

Begitu aku dan Tetsuya menginjakkan kaki kami di Teiko, aku langsung menuju Gymnasium, meletakkan tasku dan pergi lagi ke kelasku dengan langkah cepat.

Namun saat aku masih di tengah jalan, Momoi-chan dari belakang langsung menggamit lenganku dan tersenyum lebar.

"Ohayou, Momoi-chan," sapaku pada perempuan itu.

Momoi-chan menghela nafas panjang, wajahnya terlipat begitu malas. "Aku hampir saja terlambat karena Dai-chan sangat malas-malasan."

Aku tertawa kaku. Kalau dipikir, mungkin yang paling terlambat dari yang paling terlambat datang itu sebetulnya Aomine-kun dibanding Kise-kun.

"Tapi kau tetap bisa menyusul juga. Aku kagum denganmu, Momoi-chan."

Momoi-chan tersenyum lebar mendengar pujianku. "Ya, begitulah... aku juga tidak menyangka kalau Dai-chan bisa menurutiku walaupun dengan berat hati."

Aku tertawa. Benar juga.

Tetiba saja Momoi-chan menahan tanganku, aku tercekat dan hampir berteriak kalau saja ia tidak mengisyaratkanku untuk menutup mulut.

Begitu kuikuti arah pandang perempuan di sampingku, aku melihat Kise-kun di depanku.

Laki-laki berperawakan tinggi dan bertubuh atletis itu tampak berjalan dan di belakangnya aku mengikuti.

Namun, aneh! Langkah kakinya menuju ruang kelasku!

Sambil mengendap-ngendap, aku terus memperhatikan Kise-kun. Sesaat aku menyadari, dia membawa shopping bag besar di tangannya.

Aku tidak tahu pasti apa yang ada di dalamnya, namun sedikit menyembul dari dalamnya sesuatu berwarna ungu.

Itu apa? bunga?

✅️ [16+] 14 Reasons WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang