Prolog

645 62 2
                                    

Rachel menatap keramaian kota dari
balkon kamarnya. Sekarang Rachel hanya memakai hotpant serta baju kebesaran berwarna pink baby, tak peduli dengan dinginnya angin malam yang seakan menusuk kulitnya

Perlahan ia memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Pikirannya dipenuhi dengan beberapa kejadian yang ia alami beberapa hari belakangan ini.

Lamuan Rachel terbuyur ketika mendengar suara ponselnya. Gadis itu segera mengambil ponselnya yang berada di meja tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Temui gue di tempat biasa

Rachel tersenyum sinis ketika membaca pesan yang baru saja ia terima, ia yakin pesan itu dari dia.

"Akhirnya loh berani menemui gue," guman Rachel.

Tanpa membuang waktu lagi Rachel segera menyambar kunci mobil yang berada di meja yang sama tempat ponselnya tadi.

****

Rachel mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata di jalan raya yang cukup sepi.

15 menit waktu yang harus ditempuh oleh Rachel untuk sampai ke tempat yang dimaksud oleh dia. Mobil Rachel berhenti disebuah pinggiran jalan yang sepi serta di sisi kanan dan kirinya adalah hutan yang lebat.

Persetan dengan rasa takutnya. Rachel segera keluar dari mobilnya dengan berbekal dengan penerangan dari ponselnya Rachel mulai memasuki hutan.

Setelah cukup dalam memasuki hutan akhirnya Rachel sampai ke sebuah danau, gadis itu mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang ia cari.

Matanya menangkap seseorang yang ia cari sedang terduduk di tepi danau seraya menatap lurus kedepan. Walau wajahnya tertutupi hoodie namun Rachel seseorang itu yang ia cari, ia segera berlari mendekat ke tempat seseorang itu berada.

Rachel berdehem sehingga membuat lelaki itu menoleh.

Seseorang itu tersenyum. "duduk Chel,"

Tanpa mengucapkan sepaka-katapun Rachel langsung duduk di samping seseorang itu.

"Apa tujuan loh ingin bertemu dengan gue?" tanya Rachel seraya menatap lurus ke depan.

"Gue kangen loh....." lirih seseorang itu.

Rachel terkekeh. "Kangen dalam bentuk apa nih? Kangen liat gue ketika menjadi gadis bodoh karena mengharapkan loh yang jelas-jelas mengabaikan gue atau kangen ngeliat gue dikucilkan?" tanya Rachel santai.

Seseorang itu tersentak mendengar penuturan Rachel, hatinya terasa perih.

Sebegitu menderitakah gadisnya?

"Loh berubah Chel, loh bukan Rachel yang gue kenal," ucap seseorang itu tak percaya.

Rachel kembali terkekeh. "Rachel yang loh kenal udah mati ketika semua orang meninggalkannya hanya karena kenyataan sialan itu,"

"Rachel loh nggak....."

"Cukup... jika boleh meminta, gue memilih tidak bertemu dengan dia dan loh, " potong Rachel dengan nada dingin.

"Gue benci dia! Dia seakan mimpi buruk dalam hidup gue, dia menghancurkan hidup gue," lanjut Rachel seraya mengusap air matanya.

Rachel tertawa miris, ia menitikkan air matanya setelah sekian lama bahkan ia lupa kapan terakhir kali ia menitikan air matanya.

"Please kembali menjadi Rachel yang dulu untuk gue, i love you Rachel," pinta seseorang itu dengan nada lirih.

"Me too," jawab Rachel dengan nada bergetar karena menahan tangisnya.

"Loh nggak bercanda kan?" tanya lelaki itu memastikan.

Rachel menoleh kepada seseorang itu namun beberapa detik kemudian ia kembali menatap lurus kedepan. "Tapi itu dulu, rasa cinta gue untuk loh perlahan  lenyap tergantikan rasa kecewa dan sakit hati karena loh lebih memilih gadis itu daripada gue...bahkan ketika gue sedang  berada pada titik terendah dalam hidup gue, loh lebih memilih untuk bersamanya,"

Rachel menatap lurus kedepan, ia tak memperdulikan air matanya yang sedari tadi jatuh dari mata indahnya.

Seseorang itu terdiam, ia merutuki kebodohannya beberapa tahun yang lalu.

"Gue juga manusia biasa, ada saatnya gue bisa bertahan dengan rasa sakit ini namun ada saatnya juga gue berhenti karena lelah disakiti," guman Rachel tanpa menoleh sedikit pun kepada seseorang itu.

"Di dalam hidup hanya ada 2 pilihan disakiti atau menyakiti, mungkin dulu gue nggak tega untuk menyakiti seseorang maka dari itu gue memilih disakiti...berharap suatu hari nanti loh akan menoleh kebelakang melihat gue," Rachel menghembuskan nafasnya pelan. "Gue salah besar! Semakin hari loh semakin acuh terhadap gue, gue lelah...sekarang sepertinya gue lebih memilih menyakiti, gue ingin membuat orang-orang merasakan apa yang gue rasakan," lanjut Rachel tajam.

"Rachel," guman seseorang itu pelan.

"Jangan pernah melihat dari 1 sisi saja sehingga loh berfikir gue adalah tokoh antagonis dalam kisah ini...cobalah melihat di sisi lain agar loh bisa mengerti sebetapa menyedihkan menjadi gue,"

Rachel melirik jam tangannya.

"Sepertinya gue harus kembali sekarang,"

Setelah itu Rachel beranjak lalu berjalan menjauhi seseorang itu.

Seseorang itu diam tak berkutit, ia hanya menatap punggung Rachel yang lama kelamaan menghilang.

Seseorang itu menghembuskan nafasnya kasar.

"Tuhan, apakah aku adalah lelaki yang tak pentas untuknya?"

Seseorang itu terkekeh.

Seseorang itu menertawai dirinya sendiri. "Oh bodoh! Apa yang gue katakan? Tentu gue tak pantes untuk Rachel, Gue adalah lelaki terburuk yang pernah ada di dunia ini, lelaki yang tega melukai hati gadis yang dicintainya berkali-kali,"

RachelicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang