Aku memikirkan kata-kata Sera tadi di kelas. Saat dia akan cerita, guru jam pertama masuk kelas dan kami pun langsung belajar.
Ah, aku sangat penasaran dengan cerita Sera. Tapi apa boleh buat mungkin memang bukan waktunya. Toh nanti juga aku akan kenal dengan cowo itu, kita kan sekelas.
Tadi aku perhatikan cowo itu memang tampan tapi dingin sekali, banyak siswa khususnya kaum hawa dikelasku mencoba penarik perhatiannya namun dia abaikan. Apa aku akan berhasil mendekatinya? Setelah melihat reaksinya terhadap cewe-cewe dikelas, membuat nyaliku ciut.
Sampai sekarang pun aku tidak tau nama cowo itu, karena aku tidak terlalu memperhatikan saat Bu Sitha mengabsen.
"Hmmm, apa aku tanya saja pada Sera yah?" batinku.
Divya : Sera?
Sera : Iyh Div, ada apa?
Divya : Boleh aku tau nama cowo yang tadi kita bicarakan?
Saat ingin mengirim pesan itu aku sempat ragu dan ku hapus kembali kata-kata itu.
Divya : Tdk apa2, hnya memastikan apa benar ini nomor km. Heheh,,,
Sera : Iyh, ini memang nomorku. Hmm, chatnya dilanjut lgi nanti yh. Soalnya aku lagi diluar.
Divya : Baiklah. Bye,,,
Setelah pesan itu terkirim Sera tidak membalasku lagi, mungkin Sera sedang bertemu seseorang.
Tok, tok, tok,,,
Terdengar suara ketukan pintu disusul dengan panggilan Mamah dibalik pintu. "Via, kamu sudah makan siang belum?"
"Belum Mah, Via belum lapar. " balasku tanpa membuka pintu. Aku memang anak yang tidak sopan yah. Tapi Mamahku tak pernah mempermasalahkan hal itu. Mungkin Mamah mengerti kalau putrinya ini butuh privasi.
****
"Ra! Kantin kok sepi sih, gak kayak biasanya deh penuh. Nyari tempat duduk aja nyampe bikin kepala pusing." ucapku.
"Lo gak tau yah, kantin sepi karena dilapangan utama ada yang tanding futsal." jawab Sera.
Aku yang mendengarnya hanya mengangguk sekaligus bingung, emang apa sih ramenya futsal nyampe yang nonton banyak banget. Bola satu diperebutin banyak orang, kenapa nggak kasih aja satu pemain satu bola, jadi adilkan nggak perlu saling berebut.
"Masalahnya yang tanding futsal senior kece semua jadi banyak yang nonton, apalagi cewenya beuhh penuh deh di setiap koridor. Bukan karena suka sama tanding futsal tapi suka liatin senior yang mainnya." lanjutnya.
"Sekece apasih seniornya? Aku belum pernah liat loh, mentor waktuk OSPEK bukan?" kambuh deh sifat kepoku heheh, tak apalah daripada kudet.
Sera sempat menggelengkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke telingaku lalu berbisik "Bukan, senior kita yang ini agak bermasalah jadi saran aku sih kamu harus jaga jarak kalau ketemu dia."
Tubuhku langsung merinding mendengar ucapan Sera, ganteng tapi bermasalah sama sekali bukan tipeku. Oke! mulai sekarang ada catatan baru, aku harus menjauh dari senior bermasalah itu. Tapi mukanya aja aku gak tau gimana bisa tau harus menjauh. Saat sedang berpikir tiba-tiba ada cogan masuk ke kantin. Wihh cuci mata nih ganteng, tinggi, putih, gagah. Fix,,, tipe aku banget.
"Gantengnya, Ra! Coba liat disana." tunjukku pada Sera.
"Aduh Div, itu orang yang aku maksud."
Ah, masa sih dia orangnya. Aku gak percaya, dari sini dia gak keliatan bermas-
Brukk,,,
Kaget! Beneran kaget banget baru juga mau bilang gak bermasalah, eh tau nya udah buat kekacauan aja. Kalau kaya gini aku gak mau terlibat sama sekali.
"Ra! Ke kelas yuk! Tiba-tiba gak betah nih."
"Ya udah, ayo cepetan."
Aku dan Sera ingin cepat keluar dari kantin yang mulai berisik ini. Aku gak mau kejadian dimasa SMP terulang lagi. Sebisa mungkin jangan sampai wajah ku terlihat oleh senior bermasalah itu.
"Woy, lo berdua mau kemana? Asal nyelonong aja."
Deg-
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories with Him
Cerita PendekSekolah yang penuh dengan kenangan dimana aku bertemu dengan teman baru, bertemu guru baru, dan tempat dimana kisah cintaku dimulai.